Saya Terancam Gagal Melihat Lazio Juara Musim Ini Karena Corona

Other

by Ahsan Ridhoi

Saya mulai mengerti sepakbola saat berusia lima tahun. Tim pertama yang saya tonton pertandingannya adalah SS Lazio dari layar televisi. Karena kakak angkat saya adalah fans berat tim asal ibu kota Italia itu dan tak pernah melewatkan satu pertandingan pun yang ditayangkan di televisi.

Itu adalah musim 1999/2000. Musim terbaik dalam sejarah klub yang berdiri pada 1900 lalu ini. Dengan skuad bertabur bintang seperti Diego Simeone, Sebastian Veron, Pavel Nedved, Roberto Mancini, Dejan Stankovic, Marcelo Salas, Alessandro Nesta, Sinisa Mihajlovic, dan Simone Inzaghi, tim ini meraih scudetto atau gelar juara Serie-A Italia untuk kali kedua sepanjang sejarahnya.

Pertandingan penentu gelar juara Lazio saat itu, adalah melawan Reggina di stadion Olympico, Roma. Lazio menang 3 gol tanpa balas melalui kaki Simone Inzaghi, Sebastian Veron dan Diego Simeone. Beberapa tahun kemudian, saya tahu ini lah pertandingan sepakbola pertama yang saya tonton itu. Karena di ingatan saya hanya menyisakan adegan kakak angkat saya jingkrak-jingkrak sambil berteriak “Lazio juara” dan gambar perayaan sekumpulan orang mengangkat piala di televisi.

Sejak saat itu kalau ditanya teman tentang klub bola favorit, saya akan tegas menjawab Lazio. Meskipun masih tak terlalu tahu tentang Lazio. Lambat laun, saya benar-benar menjadi fans klub ini. Menonton setiap pertandingannya dan berpesta ketika mereka menang serta mendapat gelar juara. Setidaknya saya tiga kali menyaksikan Lazio mengangkat piala Copa Italia dan dua kali piala Supercopa Italia. Terakhir beberapa bulan lalu saat mereka mengalahkan Juventus 3-1 di final Supercopa Italia di stadion netral, di Arab Saudi.

Namun, rasanya belum cukup kebahagiaan apabila tak melihat mereka mengangkat piala Serie-A Italia. Musim ini peluang itu besar sekali. Di bawah asuhan pelatih Simone Inzaghi, Lazio main bagus. Mereka tak terkalahkan di Serie-A Italia sejak Desember lalu sampai saat ini. Membuat tim berjuluk Biancocelesti sementara menempati posisi kedua di bawah Juventus dengan selisih satu poin.

Mengingat Lazio telah dua kali mengalahkan Juventus musim ini—satu di pertandingan liga, lainnya saat final Supercopa Italia, gelar juara semakin nyata. Bukan tak mungkin saat leg kedua liga di kandang Juventus nanti Lazio akan menang lagi. Quarto lini depan Lazio, Immobile, Luis Alberto, Savic, dan Correa saya yakin mampu mengobrak-abrik pertahanan Juventus seperti di dua laga sebelumnya.

Saat scudetto benar-benar diraih Lazio, akan menjadi sangat istimewa. Bukan hanya melepas puasa 20 tahun, tapi juga membangkitkan nostalgia 20 tahun lalu. Juara dengan mengungguli Juventus dan karen andil Simone Inzaghi.

Masalahnya, bayangan indah saya itu terancam tak menjadi nyata. Federasi sepakbola Italia menghentikan sementara lanjutan Liga Italia karena wabah Corona. Terlebih wabah ini sudah menjangkiti pemain Juventus. Ancaman liga musim ini bakal sepenuhnya dihentikan pun semakin nyata.

Jika benar liga dihentikan dengan posisi saat ini, maka besar kemungkinan gelar juara diberikan kepada Juventus sebagai pemuncak klasemen sementara. Harapan saya otomatis pupus.

Lazio pernah mengalami kejadian serupa pada 1915. Saat itu Lazio bermain hebat di kejuaraan sepakbola Italia pra era liga. Mereka menjadi yang terbaik dari regional pusat Italia. Menang empat kali beruntun. Gelar juara pun sudah di depan mata. Hanya perlu mengalahkan juara regional lain di pertandingan final. Namun, kejuaraan mesti dihentikan karena Italia terlibat Perang Duni I.

Saat gelar diberikan federasi empat tahun setelahnya, pada 1919, justru Genoa yang mendapatkannya. Bukan Lazio. Alasan federasi karena Genoa adalah pemuncak klasemen wilayah Utara dan masih menyisakan satu pertandingan. Keputusan yang tak adil.

Semestinya, federasi menentukannya lewat pertandingan antara Lazio da Genoa. Bahkan empat tahun setelahnya. Baru bisa memastikan siapa yang layak menyandang gelar juara. Itu lah sebabnya direksi klub Lazio sampai sekarang masih menuntut keadilan ke federasi walaupun peristiwa sudah terjadi lebih dari seabad.

Saya tentu punya empati lebih terhadap korban virus Corona ketimbang Lazio. Corona adalah wabah mematikan dan saya mendukung pemerintah Italia melakuka lock down demi mencegah penyebarannya lebih lanjut. Sudah ribuan orang di Italia yang positif mengidap Corona. Sebuah bencana kemanusiaan yang memilukan.

Saya juga oke saja kalau Liga Italia musim ini mesti dihentikan tengah jalan. Namun, gelar juara jangan otomatis diberikan ke Juventus. Tangguhkan saja sekalian gelarnya sampai keadaan mereda. Lalu gelar pertandingan penentuan juara antara Lazio melawan Juventus saat waktu yang tepat.

Atau, jadikan saja Lazio dan Juventus sebagai juara bersama. Saya yakin gelar juara mereka akan didedikasikan bagi seluruh rakyat Italia dan para penyintas Corona. Saya pun tak akan kecewa.

Semoga federasi sepakbola Italia bisa bersikap bijak dan adil.

Komentar

Tulis Komentar