Kopi, Dari Makanan Kambing Menjadi Pemersatu Umat

Other

by Ahsan Ridhoi

Anda tentu pernah mendengar seloroh seperti ini: segala selesai dengan secangkir kopi. Sepintas memang terdengar hiperbolis, karena kopi memang tak bisa menyelesaikan segala hal. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), terorisme dan kemiskinan misalnya, tak mungkin selesai hanya dengan meneguk segelas kopi.


Namun faktanya, penikmat kopi tak sedikit di dunia ini. Dari Ernest Hemingway sampai Eka Kurniawan, dari George Bush sampai Jokowi, dari rakyat biasa sampai pesohor, semua penikmat kopi atau setidaknya pernah sekali meminum dalam hidupnya.


Kopi tak ujug-ujug bisa menjangkau semua kalangan. Biji hitam berasa pahit dan beraroma menyengat ketika diseduh ini, memiliki sejarah panjang sampai bisa menjadi minuman yang digemari di dunia.


Giorgio Milos dalam artikelnya di The Atlantic berjudul Coffee's Mysterious Origins menyebut sejarah penemuan kopi masih misterius. Sebagian sejarahwan meyakini kopi dikenal dan mulai dikonsumsi pada abad ke-13, sebagian lain pada abad ke-15, tapi versi lain menyebut lebih jauh dari itu.


Versi terakhir ini berdasarkan legenda Ethiopia, negeri yang disebut asal kopi. Menurut legenda ini, kopi pertama kali ditemukan oleh seorang penggembala kambing bernama Kaldi. Ia melihat kambingnya memakan biji buah lalu bertingkah aneh. Kambingnya menjadi aktif, berjingkat-jingkat, seperti kelebihan adrenalin.


Bukan satu kambing yang bertingkah demikian, tapi setiap kambing yang memakan biji tersebut. Kaldi menjadi penasaran dan mencoba memakan biji yang sama. Dalam cerita, Kaldi mengaku rasa biji itu sedikit unik. Campuran getir, pahit dan sedikit manis. Ia pun merasa tubuhnya lebih berenergi setelah memakan biji itu.


Daerah tempat Kaldi menemukan biji aneh itu bernama Kaffah. Di sana, sampai sekarang masih ditemui banyak pohon kopi yang tumbuh liar. Nama Kaffah lah yang kemudian mendasari penamaan biji tersebut menjadi kopi atau kahwa dalam bahasa Arab, kaveh dalam bahasa Turki dan coffee dalam bahasa Inggris.


Legenda di atas belum bisa diverifikasi kebenarannya, tapi telah menjadi cerita rakyat di Ethiopia dan hampir seluruh Afrika sebagai bentuk klaim daerah asal kopi.


Berabad-abad setelah kisah Kaldi dan kambingnya, seorang filsuf Persia bernama Ar-Razi (850-922M), menulis artikel pertama tentang kopi. Ia menyebut kopi sebagai obat. Ia mengenalkan sebuah resep makanan bernama bunchum yang terbuat dari bunn, istilah untuk biji kopi yang masih hijau. Makanan ini menurutnya berkhasiat menambah energi bila dimakan di pagi hari.


Berkat tulisan Ar-Razi, kopi jadi populer di semenanjung Arab. Termasuk mengundang orang-orang Yaman membeli bibit dan biji kopi dari Ethiopia dan menanamnya di daerah mereka pada abad ke-15. Yaman diyakini sebagai tempat pertama pembudidayaan kopi. Dari mulai tanam, petik, sangrai, sampai konsumsi.


Konsumen kopi di Yaman adalah para sufi. Mereka meminum kopi untuk tetap terjaga di malam hari agar bisa bermunajat kepada Tuhan. Karena, para sufi berkeyakinan Tuhan sangat dekat di malam hari. Terlebih keyakinan mereka mengharamkan wine atau khamr, maka kopi adalah pilihan terbaik untuk menggantikannya.


Kebiasaan para sufi membuat kopi mendapat julukan penghantar menuju Tuhan dan wine of Islam. Julukan ini semakin mengarusutama pada abad ke-16, ketika Kekhalifahan Ottoman menaklukkan Arab dan menjadikan kopi sebagai salah satu komoditu utama.


Pada masa Kekhalifahan Ottoman pula berdiri kedai kopi pertama di dunia bernama Kaveh Kanes (kedai kopi), di Istanbul. Kaveh Kanes lain kemudian berdiri di Mekkah, Damaskus dan Kairo.


Eratnya kopi dengan kehidupan Islam, membuat Konsili Paus pada abad ke-17 meminta Paus Clemente VIII untuk mendeklarasikan kopi sebagai minuman iblis. Namun, Paus Clemente VIII tak serta merta memenuhi usulan itu. Ia ingin mencoba dulu minum kopi. Apa yang terjadi? Paus Clemente VIII malah menyukai kopi dan menolak permintaan Konsili Paus.


"Minuman iblis ini sangat nikmat. Kita mesti menyontoh minuman iblis ini dengan membaptisnya," kata Paus Clemente VIII.


Keputusan Paus Clemente membuka ruang kopi masuk ke tanah Eropa. Muslim dan Kristen bisa bersitegang di ranah agama, tapi tidak di perkara kopi. Jual beli kopi antara Muslim dan Kristen berjalan. Dalam hukum tak tertulis, kedua belah pihak sepakat tak boleh terjadi ketegangan agama di kedai kopi.


Kedai kopi pertama di Eropa berdiri di Venesia pada 1645, menyusul lima tahun kemudian di Inggris, 22 tahun kemudian di Prancis, 24 tahun kemudian di Boston, dan kini di seluruh Eropa, Amerika bahkan dunia dengan berbagai nama dan jenis suguhan.


Eropa yang terpesona dengan kopi, kemudian membuatnya sebagai komoditi penting dalam misi penaklukan dunia. Pada abad ke-18, Belanda membawa kopi dari Mocha, Yaman, ke Jawa. Kopi pertama ditanam di Indonesia melalui kebijakan tanam paksa. Sekaligus memunculkan jenis kopi premium yang kini kita kenal dengan Mocha Jawa.


Kopi mendunia pada Abad ke-20. Tak setiap sudut jalan pun terlewat dengan kedai kopi. Dari skala besar hingga kecil. Di situ, manusia dari beragam suku bangsa dan latar belakang ekonomi berkumpul. Meminum kopi, bercengkerama, dan mungkin menyelesaikan masalah mereka tanpa ketegangan. Bhinneka tunggal kopi.


Jadi, apakah Anda sudah minum kopi hari ini?

Komentar

Tulis Komentar