1917 Sukses Gambarkan Suramnya Perang Dunia

Other

by Ikhlasul Ansori

Baru-baru ini, sebuah film tentang Perang Dunia I berhasil mencuri perhatian banyak orang dan para kritikus film. Film itu berjudul “1917”, yang dirilis pada akhir tahun 2019 untuk Amerika dan Inggris. Di Indonesia, film ini baru dirilis di beberapa bioskop pada Januari 2020. Film 1917 telah menjadi film Box Office dan mendapatkan rating tinggi di beberapa website rating film: 89% di Rotten Tomatoes dan 8,5 di IMDB.

Sebenarnya, sudah banyak film-film yang mengambil tema tentang Perang Dunia I, seperti film Path Of Glory (1957), Lawrence Of Arabia(1962), Gallipoli(1981), Beneath Hill 60(2010) dan War Horse(2011). Kebanyakan film itu mengambil latar belakang atau menggambarkan kisah tentang peperangan parit di Front barat di Perancis Utara, dimana pasukan aliansi Inggris-Prancis melawan pasukan Jerman dalam pertempuran Parit yang membuat kondisi pertempuran menjadi alot dan memakan korban jiwa yang tinggi di kedua belah pihak.

Film "1917" bercerita tentang dua orang tentara inggris yang bertugas untuk menyampaikan pesan untuk menunda serangan untuk menyelamatkan 1.500 pasukan yang akan masuk ke perangkap pasukan Jerman. Karena adanya kerusakan pada saluran telepon menyebabkan, mereka harus membawa pesan tersebut dengan berjalan kaki. Selama perjalanan mereka melihat horror dan realita perang yang kejam, dimana mayat-mayat berserakan dan membusuk di parit dan di No Man’s Land.

1917 juga memperlihatkan bagaimana kondisi parit-parit yang berlumpur, para prajurit yang lelah dengan pertempuran, parit yang dipenuhi tikus-tikus yang memakan mayat dan mayat-mayat tentara yang membusuk, film ini berusaha semaksimal mungkin menunjukan kondisi Perang Dunia I yang sesungguhnya. Terutama ketika scene saat kedua prajurit tersebut sedang melewati No Man’s Land.

Akting George Mackay dan Dean-Charles Chapman juga patut diapresiasi karena terlihat sangat natural dalam mengekspresikan karakter mereka sebagai prajurit yang menjelajahi medan perang dan melihat kegerian dari perang. 1917 juga minim menggunakan efek CGI, sehingga jumlah prajurit yang ada dalam film tersebut merupakan pemeran figuran yang sebenarnya.

Namun yang paling menarik dan menjadi point utama dari film 1917 adalah format pengambilan gambarnya. Teknik yang digunakan adalah teknik pengambilan gambar One-Shot. Yaitu pengambilan gambar dilakukan hanya dengan satu kamera tanpa adanya transisi antar gambar d film tersebut. Sehingga penonton merasa bahwa kita sedang terlibat dalam perjalanan mereka melewati pertempuran. Karena teknik pengambilan tersebut membuat proses shooting film menjadi lama dan berbiaya yang besar.

Film 1917 berhasil menunjukkan kepada kita kebrutalan Perang Dunia I yang telah menewaskan jutaan tentara. Juga menggambarkan para prajurit yang sudah lelah dan ingin pulang kepada orang tua, istri dan anak-anak mereka. Film ini sebenarnya dapat dikategorikan sebagai film antiperang karena menunjukkan bahwa horor dan penderitaan yang disebabkan oleh perang tidak memandang siapa pun.
“Perang ini sebenarnya hanya dimenangkan oleh orang terakhir yang hidup,” kata Kolonel Mackenzie

Setidaknya 1917 berhasil memberikan kita gambaran bagaimana suramnya Perang Dunia. Semoga ini membuka mata kita dan semakin berharap bahwa Perang Dunia III tidak akan pernah terjadi.

Komentar

Tulis Komentar