Masterplan Al Qaeda 2020: Strategi Jitu Memukul Kepala Ular (2)

Other

by Kharis Hadirin

Pada awal 2005, Syaif Al-Adl dalam rilisnya menyebut tentang scenario besar yang ia sebut sebagai Master Plan Al Qaeda 2020. Terdapat 7 fase di dalamnya untuk menguasai dunia, menghancurkan kekuatan Barat dan mendirikan Khilafah Islamiyah.

Fase pertama yakni kebangkitan. Fase ini dimulai awal 2000 dan berakhir tahun 2003. Tujuannya adalah memprovokasi Amerika dan sekutunya untuk datang dan menyerang negara-negara Muslim melalui berbagai serangan yang menargetkan negara-negara Barat, termasuk Amerika dan membunuh banyak warga sipil.

Invansi militer Amerika dan sekutunya terhadap negara-negara Muslim akan memudahkan bagi Al Qaeda untuk mengobarkan semangat jihad kepada umat Muslim di seluruh dunia untuk melakukan perlawanan. Sekaligus hal ini juga sebagai strategi untuk menjangkau dan menghancurkan Amerika ‘di luar kandang’.

Fase kedua yakni membuka mata. Fase ini direncanakan berlangsung pada tahun 2003 hingga 2006. Tujuannya adalah untuk merekrut pemuda-pemuda Muslim di seluruh dunia agar bergabung bersama organisasi-organisasi Islam yang terafiliasi pada Al Qaeda dengan memulai narasi-narasi perlawanan terhadap dominasi Barat dan sekutunya.

Fase ketiga yakni bangkit dan berdiri. Fase ini dilaksanakan sekitar tahun 2007 hingga 2010. Tujuannya untuk menambah personil yang siap terjun ke berbagai medan perang di seluruh dunia. Di sisi lain, dalam fase ini Al Qaeda juga mendorong kepada seluruh anggotanya untuk memusatkan perhatian pada kawasan Semenanjung Arab, terutama Suriah, dengan dalih bahwa bum Syam (Suriah) akan menjadi arena pertarungan terakhir umat Islam melawan orang-orang kafir di bawah kepemimpinan Imam Mahdi.

Fase ini sendiri dimulai dengan adanya gejolak politik di kawasan semenanjung melalui fenomena Arab Spring atau Kebangkitan Dunia Arab dengan tumbangnya para pemimpin negara-negara tiran atas perlawanan rakyat.

Fase keempat yakni pemulihan keadaan. Fase ini bertujuan untuk menjatuhkan kekuasaan rezim-rezim tiran yang mencengkeram negara-negara Islam dengan melakukan kontak secara langsung dengan menargetkan berbagai kepentingan Barat. Dengan kata lain, tumbangnya rezim tiran melalui gerakan kudeta militer akan memutus ketergantungan pada Barat yang nantinya akan berpengaruh perekonomian dunia.

Di satu sisi, runtuhnya rezim juga memberikan kesempatan kepada dunia Islam untuk bangkit menata kembali system negara yang berpayung pada hokum Islam. Fase ini direncakan sekitar tahun 2010 hingga 2013.

Fase kelima yakni memproklamasikan negara. Pada fase ini memfokuskan untuk mendirikan Daulah Islam dengan menggabungkan berbagai organisasi jihad di dunia dimana hal ini direncakan pada tahun 2013 hingga 2016.

Pada 2006, Al Qaeda justru sempat mendeklarasikan daulah bernama ISI (Islamic State of Iraq) yang berpusat di Fallujah, Irak dengan menunjuk Abu Umar Al Baghdady sebagai Amirul mukminin.

Banyak kalangan berpendapat bahwa proklamasi ISI pada tahun 2006 sebagai percepatan agenda pendirian khilafah oleh Al Qaeda. Analisa ini tak berlebihan, karena pada saat itu ISI didirikan di bawah pengaruh kuat Al Qaeda cabang Irak di bawah kepemimpinan Abu Mus’ab Az Zarqawi. Hubungan antara kedua tanzhim jihad (Irak dan Afghanistan) itu masih erat dan bersifat atasan-bawahan. Maka wajar jika proklamasi ISI dibaca oleh pengamat sebagai pelaksanaan agenda khilafah oleh Al Qaeda.

Namun ISI belum nampak sebagai embrio khilafah sejak ia berdiri. Hal ini tidak lepas dari tekanan militer berbagai pihak, di internal ISI sendiri masih lemah dan timbul banyak perselisihan.

Pun demikian ketika ISIS mendeklarasikan diri sebagai Khilafah Islamiyah pada Minggu (29/6/2014) melalui juru bicara Abu Muhammad Al-Adnani dengan menunjuk Abu Bakar Baghdady sebagai amirul mukminin, dianggap tidak sejalan dengan prinsip perjuangan Al Qaeda. Bahkan Al Qaeda sendiri tidak menganggap Khilafah yang dibentuk oleh ISIS sebagai bagian dari Master Plan.

Fase keenam yakni konfrontasi total. Pada fase ini akan terjadi perang total antara dua kubu, ‘Hizbullah vs Hizbussyaithon’. Pasukan Hizbullah mewakili kelompok-kelompok jihad yang terkonsentrasi di berbagai medan pertempuran. Sementara Hizbussyaithon mewakili Barat dan sekutunya, termasuk militer pemerintah yang terafiliasi pada aliran Syi’i. Fase ini direncanakan akan tejadi pada tahun 2016.

Fase ketujuh yakni kemenangan mutlak atau kemenangan definitif. Dimulai dari fase konfrontasi total yang diyakini oleh para konseptor Al Qaeda akan berjalan singkat, yakni selama 3 tahun, dan direncanakan selesai pada tahun 2020 dengan ditandainya berdirinya Khilafah Islamiyah yang didukung oleh berbagai fraksi kelompok jihad di seluruh dunia.

Bagaimana kelompok jihad di Indonesia menyikapi Masterplan Al Qaeda 2020 ini?

Diakui atau pun tidak, sebagian besar kelompok-kelompok jihad yang ada di Indonesia saat ini menjadikan Al Qaeda sebagai basis rujukan dalam menentukan arah perjuangan. Kecuali Jama’ah Anshoruh Daulah (JAD) yang sejak semula menyatakan sikap pertentangan dan permusuhan terhadap JI maupun Al Qaeda

Salah satu kelompok yang menjadi basis akar rumput gerakan jihad di Indonesia tentu saja Jama’ah Islamiyah (JI). Kelompok ini, meski tidak memiliki koneksi secara langsung dengan organisasi Al Qaeda, namun banyak pihak meyakini bahwa JI berafiliasi pada arah perjuangan Osama Bin Laden. Bahkan salah satu landasan Ali Ghufron alias Mukhlas untuk melakukan aksi serangan bom di Bali pada 2002 lalu, diakui tidak lepas dari fatwa Osama Bin Laden untuk melakukan serangan dengan menargetkan berbagai kepentingan Barat.

Karenanya, ketika disinggung perihal Masterplan Al Qaeda pada 2020, seorang anggota JI dalam sebuah diskusi internal dengan tim Ruangobrol pada awal Januari ini menjelaskan, bahwa saat ini baik dirinya maupun sebagian anggota lain sedang bersiap menyambut Masterplan Al Qaeda pada 2020.

Dengan adanya konflik Iran – Amerika Serikat dan ancaman terjadinya perang dunia ketiga yang muncul di awal tahun, seolah menjadi pembenaran bahwa agenda besar yang dicanangkan oleh Al Qaeda akan terwujud seiring terjadinya berbagai kemelut politik di dunia.

Meski Masterplan Al Qaeda pada 2020 muncul sebatas wacana, lantas hal ini tidak menjadikan kita untuk menutup mata untuk melihat persoalan yang ada. Terlebih ancaman keamanan terhadap pemerintah maupun masyarakat akan senantiasa ada, maka memahami pola gerakan dan dinamika kelompok yang terjadi baik local maupun global juga menjadi menarik untuk selalu dikaji.

Komentar

Tulis Komentar