Acara di Bandung yang Membuka Perspektif Baru (Bagian 3-Habis)

Other

by Administrator 1

Oleh: Hadi Masykur 

Acara Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) di Jepara membawa saya mengenal teman-teman baru. Perkenalan itu pula yang akhirnya membawa saya ke acara selanjutnya di Bandung.

Selepas Salat Magrib, dengan di antar istri naik sepeda motor saya menuju terminal dekat rumah saya di Kabupaten Semarang. Saya berangkat ke Bandung dengan perasaan suka cita. Sebelum berangkat, saya berpamitan dengan ibu.

Bagi saya, acara di Bandung itu acara besar pertama yang akan saya ikuti. Acaranya adalah Dialog Nasional Keagamaan dan Kebangsaan, mengambil tema “Penguatan Sinergi Kelembagaan dalam Penanganan, Pencegahan, Deteksi Dini dan Resolusi Konflik Keagamaan di Indonesia”. Acara itu digelar Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas) Kementerian Agama RI.

baca juga: Kali Pertama Pergi dengan Jujur (Bagian 2)

Sengaja saya berangkat malam hari sebab acara di Bandung dimulai esok hari. Bus yang aku tumpangi perlahan menyusuri jalur selatan. Siang hari, bus sudah masuk wilayah Bandung, masih di jalan tol.

Oleh kru bus, saya diturunkan di Jalan Tol Mohammad Toha. Sebab, menurut sopir, itu rute tercepat ke lokasi acara. Jadilah sebuah pengalaman baru, turun di tengah tol, lompat pagar pembatas dan menuruni jalan setapak.

Sampai di jalan raya, saya memesan ojek online. Sekali lagi, info dari sopir, walaupun tempat sudah dekat tetapi macetnya luar biasa. Naik ojek motor adalah pilihan terbaik agar cepat sampai tujuan.

Betul juga, tak lama, saya sampai di lokasi acara. Tepat tengah hari. Saya langsung hubungi Pak Syafaat, alhamdulillah beliau langsung merespons cepat dan saya diminta langsung bergabung dengan beliau.

Ternyata di sana juga baru pada ngumpul.  Ada Pak Pendeta Paulus, Bu Deva, Pak Abi, Pak Arip, Pak Dedi, selain tentu Pak Syafaat sendiri.

Setelah saling sapa dan mendapatkan kunci kamar, saya bergegas ke kamar untuk istirahat menunggu acara yang rangkaiannya akan dimulai sore hari. Setelah perkenalan dan serangkaian kegiatan, malam harinya acara resmi dibuka.

Perspektif Baru
Alhamdulillah selama acara berlangsung, banyak ilmu baru yang saya dapatkan. Terutama, sudut pandang baru dari kebanyakan kaum muslimin. Bagi saya, ini pengalaman berharga, sebab selama ini saya lebih banyak berkutat dengan satu sudut pandang saja, yang menurut saya benar.  

Ternyata, semakin kita belajar dan memahami pikiran orang lain, akan menjadikan kita semakin toleran dengan pendapat orang lain.

Semoga, ini menjadi langkah awal untuk menjadi yang lebih baik. Pemaparan para pemateri juga makin membuka cakrawala pemikiran saya, untuk lebih mendalami dan memahami moderasi beragama. Sebab, memang realitanya kita hidup di tengah masyarakat yang majemuk.

Pada acara itu pula ada paparan soal pemolisian masyarakat. Di sana ada banyak ilmu dan informasi, mulai dari penyebab terjadinya konflik, contoh-contoh konflik yang pernah terjadi di Indonesia, tahapan penanganan konflik, penyebab konflik agama termasuk peta dan polanya, strategi pencegahan konflik, strategi penghentian ketika konflik terjadi hingga strategi pemulihan pasca-konflik.

Dari situ juga saya mendapatkan ilmu baru bagaimana penguatan sistem regulasi-regulasi, kewenangan dan koordinasi dalam penanganan konflik keagamaan di Indonesia.

Tak kalah menarik adalah yang dipaparkan Alissa Wahid, putri sulung Presiden ke-4 Indonesia Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Meskipun hadir daring, paparannya sangat menarik, yakni soal peran dan kontribusi perempuan dalam upaya bina damai dan resolusi konflik.

Ada pula ilmu baru yang saya dapat bagaimana membangun relasi nir-kekerasan melalui pendekatan HAM dan resolusi konflik sebagaimana paparan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI). Tak kalah seru juga apa yang disampaikan Prof. Bambang tentang pencegahan konflik perspektif moderasi beragama (wasathiyatul Islam).

Materi tentang jurnalisme damai: kontribusi media dalam eskalasi dan de-eskalasi konflik juga merupakan ilmu baru bagi saya.

Acara itu berlangsung hangat. Selain diisi pemaparan materi dari para pakar, kami juga melakukan diskusi yang menghasilkan 10 rekomendasi terkait tema yang diusung. Rekomendasi kami diterima Staf Ahli Menteri Agama RI.

Banyaknya tokoh yang hadir, membuat saya belum bisa mengenal semuanya apalagi berdiskusi. Acaranya juga padat.

Bawakan Oleh-Oleh

Setelah mengikuti serangkaian acara, dan mengobrol dengan beberapa orang, saya kembali ke kamar. Teman sekamar saya, Bapak Ambo Tua dari Sulawesi Selatan, juga banyak bercerita. Kami mengobrol santai.

Dari Bapak Ambo Tua juga saya dapat cerita tentang pentingnya memahami dan menyelami sesuatu supaya tidak salah menilai. Saya diajak Bapak Ambo Tua ke luar hotel, menikmati indahnya malam Kota Bandung. Kami juga menyempatkan diri kulineran. Selain itu juga, Pak Huda selalu mengingatkan sekadar membeli oleh-oleh untuk keluarga. Saya pun membelinya.

Rampung itu semua, kami kembali ke hotel untuk beristirahat. Paginya, setelah sarapan, Pak Ambo pamit duluan, saya menyusul kemudian.

Perjalanan kali ini semoga banyak membawa manfaat yang bisa saya ambil untuk selanjutnya dipraktikkan demi kemaslahatan umat.

Tepat saat Isya berkumandang, saya sampai ke Semarang. Dijemput istri tercinta di pemberhentian bus. Bersepeda motor, kami pulang. Membawa oleh-oleh, saya kembali bertemu ibu yang saat itu sedang menjaga si kecil. Senyum bahagia kami karena bisa berkumpul lagi.

baca juga:Perjumpaan Awal dengan Pak Huda (Bagian 1)

Komentar

Tulis Komentar