“Harta yang paling berharga adalah keluarga.... Istana yang paling indah adalah keluarga.... Puisi yang paling bermakna adalah keluarga.... Mutiara tiada tara adalah keluarga“.
Siapa yang tak asing dengan lirik lagu di atas. Yap! Theme song keluarga cemara. Sinetron legendaris para anak 90-an. Lagu yang berjudul Harta Berharga ciptaan Arswendo Atmowiloto dan dinyanyikan oleh Novia Kolopaking selaku emak, membuat rindu akan kebersamaan keluarga.
Kabar gembira untuk kita semua, bahwa film ini akan muncul di layar lebar pada tahun 2019 mendatang, dengan gaya yang lebih kekinian. Kali ini, Bunga Citra Lestari yang akan membawakan theme song tersebut dengan lantunan yang sedikit berbeda.
Sudah pada gak sabar kan?
Bagi pendatang baru, ketika mendengar lantunan lagunya pun sudah bisa menebak, bahwa ini menceritakan akan pentingnya keluarga.
Keluarga; ayah, ibu, dan anak. Cinta, kehangatan, dan kasih sayang yang tak terbendung. Pengorbanan hingga cucuran keringat dan pegal-linu sang ayah, dapat terbayar dengan senyuman sang buah hati.
Keluarga adalah benteng pertahanan pertama bagi seluruh anggotanya. Tempat pertama dalam mengenyam pendidikan.
Ibu dan ayah sebagai pengajar untuk kebutuhan spiritual dan rohani anak-anaknya. Sedih, senang, keluh kesah, amarah, kesal dituangkan dan dibicarakan secara bersama dalam konferensi meja makan.
Sampai pada akhirnya teknologi semakin maju. Bahkan terus memperbarui dalam kurun waktu bulan, sampai tahun. Namun, tak semua pohon cemara mampu melindungi para keluarga dari terpaan kemajuan teknologi yang kini bisa dengan mudah diakses oleh siapapun.
Lama kelamaan konferensi meja makan menjadi hening. Sang anak mulai lebih berpengetahuan dibandingkan orang tuanya.
Di sisi lain, "kedok" sibuk mencari nafkah menjadi perhatian yang sangat penting!
Tenang, ayah dan ibunya sama-sama canggih, kok. Tapi, bagaimana ceritanya jika keduanya juga sibuk dengan gadget masing-masing?.
Perhatian orang tua tak lagi seperti sediakala.
Tak perlu sedih nak! Media sosial siap menjadi tempat kesedihan dan kegalauanmu. Namamu akan dielu-elukan, teman mayamu banyak, mereka siap 24 jam untukmu.
Kegalauan, kegelisahan, kekosongan hati salah seorang gadis 16 tahun kelahiran Jakarta, pun akhirnya berhasil ditangkap sosok-sosok yang berperan aktif di medsos.
Salah satunya dengan kelompok ekstrimis. Orangtuanya sibuk. Tak ia dapatkan waktu untuk saling berbincang lagi.
Kelompok ektrimis ini telah berhasil menguasai pasar-pasar kegalauan dan pencarian jati diri anak muda. Banyak orangtua yang mulai cuek dan kudet. Sungguh, sedih sekali.
Keluarga yang tadinya sebagai benteng pertahanan pertama kini hancur. Kenapa? Karena diskusi, tanya-jawab, curcol sudah tak ada lagi.
Sampai kapan akan begitu terus? Tunggu sampai terjerumus ke kelompok ekstrimis seperti kisah seorang gadis dan keluarganya itu?
Hidupkanlah kembali konferensi meja makan itu.
Gambar: https://goo.gl/images/RyZvYx
Komentar