Menari Bersama Ombak (2)

Other

by Administrator

Oleh: Siti Djuwariyah

Perlahan aku terus mencoba menyesuaikan diri melalui hari-hari tanpa suami. Finansial ketika itu yang terus menipis juga menjadi persoalan tersendiri. Namun demikian, aku harus tetap bisa melaluinya.

Seperti saat hendak mengantar keberangkatan si buah hati ke pondok. Awalnya, aku merasa bingung bagaimana mengurusnya. Sebab, si bungsu Zufar harus membantu nenek di kantin, sehingga tak bisa mengantarnya.

Sementara, jika aku sendiri yang mengantar pastilah repot. Sebab, tentunya aku juga harus mengajak si kecil sembari membawa barang-barang naik bus. Kalaupun menyewa mobil, saat itu tidak memungkinkan, sebab tidak ada uang lebih.

Aku berusaha berpikir positif, Allah pasti kasih jalan keluar. Namun, bagaimana caraku menemukan solusi itu.

Akhirnya, aku coba menelpon pakde dan bude yang ada di Semarang. Aku mohon dan minta tolong agar bisa meluangkan waktu untuk mengantar buah hatiku ke pondok. Alhamdulillah, mereka bersedia, termasuk soal rapid test juga akan dibantu biayanya.

Pertolongan Allah juga datang ketika aku si buah hati yang lain harus kembali ke pondok. Sementara pakde dan bude tidak bisa mengantar karena ada acara yang tidak bisa ditinggal. Kebetulan ada seorang wali santri yang akan mengantar anaknya balik pondok, sehingga buah hatiku juga bisa ikut.

Juga ketika anakku lainnya harus ganti HP karena rusak termasuk bayar banyak iuran untuk acara wisuda SMP. Ternyata, nenek membelikan HP baru agar dia bisa sekolah daring lagi. Usaha jahitku pun tak disangka diberi uang muka dulu, padahal biasanya pembayaran diberikan ketika jahitan sudah selesai semua.

Uang itu bisa kugunakan dulu untuk bayar iuran-iuran sekolah, tagihan listrik dan air termasuk kebutuhan sehari-hari. Bahkan, masih cukup untuk melunasi semua hutang-hutang yang selama ini jadi beban dan tanggungan.

Ketika dua buah hatiku menelpon dan menangis karena beratnya menghafal Alquran sesuai yang ditargetkan pondok, aku juga terus menyemangati. “Berpikir positif, anggap itu ujian kecil dan akan membuat dirimu bahagia jika kau ingin berhasil,” itu yang selalu kukatakan pada mereka. Selalu berprasangka baik.

Alhamdulillah semuanya bisa mudah dilalui. Pun ketika datang acara wadaan aku kadang masih bingung bagaimana mengatur urusan. Allah berikan solusinya, anak yang SMP libur sekolah sehingga bisa gantian dengan Zufar bantu nenek di kantin, sementara Zufar bisa antar kami dengan bantuan pinjaman mobil Avanza dari Cak Ucup (Allahumma yarham)

Alhamdulillah ya Allah, aku bersyukur sekali atas segala pertolongan-Mu. Ketika dulu aku merasa berat hingga sempat ku berkata “Kapan pertolongan-Mu datang?” itu semua karena kebodohanku yang tak kusadari bahwa sesungguhnya pertolongan-Mu itu dekat. Karena kebodohanku itu pula aku tak bisa melihat jalan yang mulus di depan.

Sekali lagi, karena pertolongan-Mu, kau ilhamkan aku untuk selalu berpikir positif dan berprasangka baik.

Tak kusangka telah kunikmati menari bersama ombak di lautan ilmu-Mu yang luas. Aku hanya perlu menemukan dan menyesuaikan irama debur air ombak itu agar ku bisa bahagia menari bersamanya.

baca juga: Menari Bersama Ombak (1)

 

 

 

Komentar

Tulis Komentar