MY PRISON MY COLLEGE : Sel Isolasi Lapas Kelas 2A Salemba Jakarta Pusat (2)

Other

by Arif Budi Setyawan

Saya yang pada saat itu datangdengan bekal yang bisa dibilang cukup [adauang saku yang diberikan oleh salah satu anggota Densus dan dari jaksaeksekutor yang mengantar saya ke lapas, ditambah dengan deterjen danperlengkapan mandi yang cukup, serta bantuan lauk kiriman dari napiter yangsudah ada di lapas Salemba sebelum saya] mencoba membuktikan teori daripelajaran yang saya dapat malam itu. Pada malam berikutnya saya membelisebungkus rokok, sebuah korek api, dan beberapa bungkus keripik singkongmelalui tamping lalu saya minta Nando untuk membagikannya kepada yang lain.


Luar biasa, ucapan terimakasihmereka dan canda tawa mereka setelah menerima pemberian saya itu terasa sangatmenyenangkan jiwa saya. Ada kebahagiaan tersendiri yang tak bisa dilukiskandengan kata-kata. Saya hampir menangis saat itu.


Hari-hari berikutnya jika sayaada lauk atau nasi yang berlebih maka saya akan menawarkannya kepada paratetangga dan semuanya akan menerima dengan senang hati. Nasi dan lauk yangmungkin di luar saya nggak doyan memakannya, bisa sangat berarti bagi mereka. Kapanlagi saya bisa bersedekah dengan sesuatu yang sedikit dan sederhana tetapimemiliki dampak yang luar biasa bagi orang lain seperti saat itu. Segala pujibagi Allah SWT yang memberikan kesempatan kepada saya untuk berbuat baik danbisa bermanfaat bagi sesama di tengah kondisi yang sulit seperti saat itu.


Di kemudian hari saya selalu  menggunakan pendekatan seperti itu untukmenjalin hubungan dengan para warga binaan yang lain. Pendekatan dari jalanmenyentuh sisi kemanusiaan. Dan dengan cara itu saya mendapat banyak kawan dariberbagai golongan. Dari yang muslim tapi tidak pernah ke masjid sampai paratamping Gereja dan tamping Vihara. Bagi saya saat itu urusan agama adalahurusan pribadi seseorang dengan Tuhannya, tapi urusan perut lapar dan hiburanberupa perkataan yang menguatkan adalah urusan sesama manusia. Dan subhanallah…betapa senangnya hati iniketika dihormati oleh orang lain bukan karena status keagamaan atau statussosial, melainkan karena saya bisa menerima dan menghormati mereka.


Sejahat-jahatnya mereka di luarsana, tapi ketika saya bisa membantu mereka, menghormati mereka, mereka jugabisa menghormati saya. Buktinya alhamdulilah selama saya di lapas saya nggakpernah dipalakin oleh napi umum atau dijahatin atau dimanfaatkan  oleh mereka. Pernah salah satu kawan sesamanapiter mengingatkan saya agar saya jangan terlalu baik kepada napi umum dipenjara, khawatir akan dimanfaatin oleh para napi umum. Saya mengiyakan, tetapisaya punya keyakinan tersendiri : tidak mungkin kebaikan yang ikhlas kitalakukan akan mendapat balasan keburukan dari Allah SWT.


Dalam pergaulan dengan sesamanapi dan para petugas lapas saya membuang identitas – identitas ya, bukan status- saya sebagai muslim, saya hanyamenggunakannya ketika beribadah, ketika berada di masjid atau sedang mengajarngaji dan ilmu agama Islam. Saya lebih sering menggunakan identitas sayasebagai fans Liverpool atau pecinta kucing atau penggemar tanaman hias atauorang yang suka humor untuk memulai sebuah obrolan. Dan ternyata itu lebihmudah dan lebih menyenangkan.

Komentar

Tulis Komentar