Pagi tadi sambil membersihkan halaman dalam rangka persiapan menyambut Idul Fitri, sesekali saya memperhatikan jalan raya di depan rumah kami yang ramai orang hilir mudik. Banyak kendaraan berplat nomor luar kota yang melintas. Kebetulan jalan di depan rumah kami merupakan jalan provinsi.
Dari semua yang melintas, wajah-wajah para pengendara motor menjadi yang paling menyita perhatian. Ada wajah-wajah yang lelah karena perjalanan jauh namun dari sorot matanya masih menyiratkan semangat menempuh sisa perjalanan. Ada wajah-wajah ceria yang akan pergi atau berbelanja keperluan lebaran. Ada juga anak-anak yang riang gembira di atas motor yang sarat muatan barang-barang belanjaan. Beberapa di antaranya ada tetangga yang baru pulang dari perantauan yang menyapa ramah karena lama tak bersua.
Tak terasa ini adalah lebaran ke-8 saya setelah bebas dari penjara. Ramadhan 1438 H /2017 M yang lalu saya masih berstatus narapidana kasus terorisme di Lapas Kelas 2A Salemba Jakarta Pusat. Itu adalah Ramadhan terakhir saya di sana. Ada banyak kenangan yang tak terlupakan dari Lapas Salemba yang masih sangat berkesan hingga hari ini. Salah satunya adalah suasana Idul Fitri di penjara.
Ketika hari Idul Fitri tiba, suasana gembira meliputi semua warga binaan yang beragama Islam. Karena di hari itu mayoritas mereka akan dikunjungi oleh keluarganya dan mendapatkan remisi khusus yang besarnya antara 15 hari sampai 60 hari. Lebih berbahagia lagi bagi narapidana yang ketika mendapatkan kebebasan setelah menerima remisi Idul Fitri. Saya pun sempat membayangkan betapa bahagianya orang yang bebas di hari Idul Fitri.
Suasana syahdu dan khusyu memenuhi lapangan tempat kami semua melaksanakan shalat Ied. Semua warga binaan beragama Islam hampir pasti hadir di lapangan kecuali yang sedang sakit tentunya. Yang membuat saya terharu adalah para petugas dan pejabat lapas yang hadir di pada saat shalat Ied tersebut.
Betapa tidak. Mereka rela berlebaran di penjara demi melayani kami yang akan melaksanakan shalat Ied dan menerima kunjungan dari keluarga kami. Jadi ketika mata saya berkaca-kaca ketika bersalaman dan berpelukan dengan bapak-bapak itu adalah karena terharu dengan dedikasi mereka dan tentunya juga karena teringat dengan keluarga di rumah terutama orang tua.
Lalu bagaimana rasanya ketika di hari Idul Fitri tidak bisa bertemu keluarga dan tidak ada yang besuk? Bagaimana saya masih bisa menemukan kebahagiaan di hari Idul Fitri tanpa kehadiran keluarga?
Kesibukan Di Penjara Di Hari Raya
Jika ada orang-orang yang paling sibuk di Lapas pada hari raya Idul Fitri, maka itu adalah para petugas dan pejabat Lapas yang sedari shubuh sudah sibuk menyiapkan shalat Ied dibantu oleh beberapa Tamping (Tahanan Pendamping) sampai nanti sore ketika waktu kunjungan keluarga selesai.
Yang paling menyita tenaga adalah ketika waktu kunjungan keluarga berlangsung. Betapa tidak. Waktu itu ada kurang lebih 1500 orang warga binaan yang menghuni Lapas Salemba. Jika di hari itu misalnya ada 1000 orang yang dikunjungi keluarganya dan masing-masing dikunjungi rata-rata 3 orang anggota keluarga, berarti di lingkungan pengamanan luar dan Pengamanan Pintu Utama (P2U) ada 3000 orang yang harus melewati prosedur besukan mulai dari pendaftaran sampai pemeriksaan badan dan barang bawaan.
Sementara di bagian pengamanan dalam lapas disibukkan dengan mengatur warga binaan yang akan dikunjungi keluarganya dan mengatur keamanan ruang kunjungan yang lebih ketat dibandingkan jadwal kunjungan biasa. Mereka tentu tidak ingin kecolongan ada warga binaan yang kabur memanfaatkan ramainya pengunjung yang keluar masuk lapas sebagaimana pernah terjadi di sebelah (Rutan Salemba).
Sementara yang dilakukan para warga binaan setelah sarapan dan berpakaian rapi hanya tinggal menunggu panggilan kunjungan dari keluarga mereka yang datang.
Merasakan Kebahagiaan Orang-orang Yang Bebahagia
Teman-teman sesama napiter yang mayoritas tidak ada yang mengunjungi lebih banyak yang berdiam diri di kamar atau musholla. Atau teman-teman napi lansia yang tidak dibesuk atau yang beragama lain juga lebih banyak yang berdiam diri dalam kamar. Padahal sebenarnya boleh nongkrong di beranda blok sambil melihat orang yang berlalu-lalang dari dan ke tempat besukan. Alasan mereka rata-rata katanya kalau melihat orang-orang yang pergi/balik kunjungan sementara mereka tidak ada yang besuk khawatirnya malah nyesek lihatnya. Hehehe. Bisa dimaklumi sih.
Beda dengan saya. Saya justru paling suka melihat wajah-wajah ceria orang-orang yang pergi atau balik dari kunjungan. Oleh karena itu sedari mulai jam kunjungan saya nongkrong bersama para petugas yang berjaga di di pintu blok untuk melihat wajah-wajah bahagia orang yang pergi/pulang kunjungan.
Beberapa di antaranya kadang ada yang menawari untuk makan bareng makanan yang dibawakan keluarganya dari rumah. Biasanya saya mengiyakan untuk sekedar menyicipi atau mengambil sedikit dari makanan yang mereka tawarkan.
Bagi mereka yang menawari itu melihat saya ikut menyicipi makanan mereka bisa menambah kebahagiaan mereka karena bisa berbagi kebahagiaan dengan saya. Memang seperti itulah solidaritas orang-orang yang sudah merasa senasib sepenanggungan di penjara. Kami senang bila bisa saling meringankan beban. Meskipun masih banyak juga yang masih memelihara egonya dan cenderung tertutup.
Biasanya saya akan mengumpulkan makanan hasil ‘nyicip’ dan pemberian mereka itu lalu membagikannya kepada teman-teman yang memilih berdiam diri di kamar itu. Jadi saya menjadi semacam perantara antara orang-orang yang memberi ke saya dengan orang-orang yang ada di kamar itu.
Begitulah cara saya memperoleh kebahagiaan di hari Idul Fitri di Lapas tanpa kehadiran keluarga yang besuk. Saya tidak iri dan tidak nyesek melihat orang-orang yang dibesuk. Semua orang punya jalannya sendiri untuk memperoleh kebahagiaan.
Dan bagi saya kebahagiaan itu kitalah yang menciptakan. Dalam keadaan yang serba terbatas pun kita masih bisa berbahagia jika tahu cara mewujudkannya.
Selamat Idul Fitri 1446 H. Taqabbalallahu minna wa minkum. Minal ‘aidin wal Faizin. Mohon maaf lahir dan batin!
Teriring salam hormat dan rasa bangga kami buat para petugas dan pejabat Lapas Kelas 2A Salemba Jakarta Pusat yang telah melayani kami dengan sangat baik.
Foto: Kalapas Salemba menyampaikan sambutan sebelum penyerahan remisi khusus Idul Fitri 1444 H/2023 di lapangan tempat diselenggarakan shalat Ied (Dok. Lapas Salemba/ Facebook Lapas Salemba 22/4/2023)
Komentar