Di sel isolasi itu saya kemudian palingbanyak mengobrol dengan Nando karena dia yang paling sering mengajak ngobrol. Orangnyaasyik kalau sudah mengobrol. Dialah yang mengajari saya tentang bagaimanakehidupan di lapas beserta istilah-istilah khusus yang lazim digunakan dipenjara. Ia juga bercerita bagaimana awalnya dia menjadi seorang kriminalsampai pengalamannya selama menjadi kriminal. Satu hal yang saya pelajari daridirinya adalah bahwa ternyata seorang kriminal bisa jujur ketika menceritakankisah hidupnya.
Kisah bagaimana ia awal mulamenjadi kriminal juga menarik bagi saya. Awalnya di kampungnya dia adalahseorang suami yang baik yang bekerjanormal sebagaimana kebanyakan orang. Pekerjaan terakhir sebelum jadi kriminaladalah teknisi sebuah bengkel motor dan punya sampingan sebagai penyuplai babidi pasar Tomohon (Nando adalah seorang Kristiani). Dia juga punya hobi mainmotocross. Suatu ketika ia mengalami kecelakaan ketika sedang ikut kejuaraanmotocross yang menyebabkan kaki kanannya patah dan lengan kirinya remuk. Pada saat itu istrinya sedang hamil 8bulan anaknya yang kedua.
Berbulan-bulan ia tidak bisabekerja karena kecelakaan itu yang menyebabkan ia punya banyak hutang untuk menutupikebutuhan sehari-harinya dan biaya persalinan istrinya. Setelah sembuh ia sudahkehilangan pekerjaannya baik yang di bengkel maupun sebagai pemasok babi karenatelah digantikan oleh orang lain. Di tengah kesulitan itu datanglah kawanlamanya yang memberikan bantuan untuk meringankan kesulitannya.
Bantuan itu sering ia terimasampai kemudian ia bertanya pada kawan lamanya itu tentang apa pekerjaannya kokbisa punya banyak uang. Ternyata pekerjaannya adalah sebagai bos penadah baranghasil curian atau perampokan. Singkat cerita Nando tertarik untuk mencobamelakukan pencurian dan karena sering berhasil dan mendapat hasil yang banyak,ia jadi ketagihan.
Ia lari (merantau) ke Jakarta juga karena menghindarikejaran aparat setelah ia jadi DPO kasus perampokan di daerahnya. Di Jakarta iabergabung dengan sindikat kejahatan yang sama. Tapi ternyata di Jakarta bedadengan di daerah. Baru beraksi beberapa kali sudah tertangkap. Dihukum 2 tahun.Bebas baru setahun masuk lagi dengan kasus yang sama tapi hukumannya jadi 3tahun. Pada saat itu di Salemba ia sudah menjalani 2 tahun 4 bulan dan akan segera bebas setelah dapat remisiNatal.
Yang menarik lagi ia masihberencana merampok sebuah rumah mewah bersama komplotannya setelah bebas nanti.Bahkan katanya saat itu komplotannya sudah menanam seorang pembantu rumahtangga di rumah tsb. Dalam hati saya berkata : Gila juga ini orang, sampaibegitunya merencanakan sebuah kejahatan.
Tapi ada satu perkataannya yangmenyiratkan bahwa ia tak ingin selamanya jadi penjahat. Ia berkata kepada saya:
“ Rif, doain rencana perampokanitu berhasil ya dan menjadi perampokan terakhir yang gue lakuin. Kalau berhasilgue akan berhenti dan pulang ke kampung halaman karena hasilnya diperkirakanmencapai angka milyaran. Kan lumayan tuh. Gue harap bisa buat buka bengkel”
Saya terdiam tidak mengiyakan.Karena kalau mengiyakan maka saya berhutang kalau tidak mendoakan, padahaldoanya jelas untuk kesuksesan sebuah kejahatan. Tapi saya berkata padanya :
“ Semoga bisa dapat sumberpenghasilan yang bagus tanpa harus melakukan tindakan kriminal”. Tidak sayasangka ia menyambut dengan sigap dan tegas setengah berteriak : “ Amin, semogaterkabul ya Tuhan”. Ah, ternyata kejahatan itu ia lakukan karena waktu itu iahanya melihat satu-satunya peluang yang paling cepat menghasilkan uang adalahdengan mencuri/merampok. Namun karena berhasil jadi ketagihan.
Meskipun dia seorang Nasrani danseorang kriminal, tapi ceritanya selama saya di sel isolasi itu cukupmencerahkan bagi saya. Saya jadi tahu bagaimana sisi lain seorang pelakukriminal sepertinya yang nantinya cukup membantu saya dalam memahami kondisikejiwaan para napi umum yang lain.
Komentar