"Nature is not a place to visit, it is home," ujar penyair Gary Snyder. Apakah Anda merasakan hal yang sama? Bahwa alam bukanlah sebuah tempat untuk dikunjungi, karena ia adalah rumah kita.
Tebet Eco Park. Belum pernah ke sana? Bentangan lahan taman seluas 7,3 hektar di Jakarta ini pastinya tidak boleh dilewatkan. Area hijau yang menyegarkan mata dan pikiran, dua taman yang terhubung oleh infinity bridge yang instagrammable, sungguh sebuah oase yang membawa kesejukan tersendiri di sela terik panas ibu kota. Mengungsi dari keseharian metropolitan yang padat kesibukan, pengunjung Tebet Eco Park bisa melakukan banyak hal: jogging, yoga, duduk membaca, menunggui anak bergerak bebas di area bermain outdoor yang luas, atau sekadar santai berpiknik bersama keluarga.
Tentu saja masih banyak hal lain lagi yang dapat dilakukan di sana, termasuk ngobrol seru tentang ekstremisme. What? Di Tebet Eco Park?
Ya, begitulah. Saya memilih Tebet Eco Park untuk berbincang dengan seorang kawan mengenai Preventing and Countering Violent Extremism. Jadi andai harus update media sosial, barangkali yang muncul di akun saya akan seperti ini:
Diskusi ekstremisme sembunyi-sembunyi ❎
Diskusi ekstremisme di Tebet Eco Park ✅
Ngobrol soal PCVE (Preventing and Countering Violent Extremism) di kantor, ruang rapat, Café, perpustakaan, yang pasti indoor, sudah biasa kan? Jadi apa salahnya memilih yang "agak laen" demi sebuah kesegaran, kebaruan, keluar dari rutinitas, dan bicara soal ekstremisme kekerasan itu di sebuah taman? PCVE memang termasuk topik berat sekaligus sensitif, tidak mudah membicarakannya di sebarang tempat. Tapi tentu hal itu bergantung pada angle pembahasannya, dengan siapa kita berbicara dan dalam skala audience seberapa besar. Jika sekadar membahas teori-teori untuk keperluan edukasi ke publik dengan bahasa yang santai, dan tidak terkait pada hal-hal keamanan serta hal-hal rahasia, tentu saja PCVE bisa jadi obrolan yang cukup sersan pula: serius seru dan santai!
Semuanya berawal saat saya membuat janji temu dengan seorang teman yang sedang melakukan penelitian terkait PCVE. Ternyata kami kesulitan menemukan tempat yang pas, yang tidak begitu ramai, sehingga tidak banyak "telinga lewat" mengingat topik pembahasannya yang sensitif. Nah, bukannya mencari ruang meeting tertutup, kami malah memutuskan untuk bertemu di taman terbuka hijau Tebet Eco Park itu dan pada saat weekend pula. Terbayang kan betapa ramainya?
Sekali lagi, taman seluas 7 hektar itu dipenuhi fasilitas yang cukup lengkap. Mulai dari area bermain anak, area rerumputan hijau untuk piknik, toilet, mushola, bangku-bangku taman, bangku dan meja, booth penjual makanan, selain konstruksi ikonik infinity bridge yang tadi saya sebutkan. Jembatan indah itu meliuk menghubungkan Taman Tebet Utara dan Taman Tebet Selatan, yang semula dipisahkan oleh Jalan Tebet Raya.
Saya dan teman mulai berkeliling, mencari tempat yang pas untuk diskusi, dan voila! Pencarian kami berakhir di suatu area yang cukup sepi. Di bawah pohon, dengan beberapa bangku panjang dinauingi kanopi yang melindungi dari sengatan matahari. Area ini juga tak jauh dari pagar pembatas taman dengan area luar.
Tidak banyak orang lalu lalang di area ini, sehingga kami bisa dengan santai mengobrol tentang terorisme, konflik, returnees, dan juga bercerita tentang pekerjaan atau aktivitas kami masing-masing.
Namun ternyata rasa santai dan nyaman kami itu tidak berlangsung lama. Bukan karena ada yang datang menguping, atau dengung halus si lalat robot, drone berkamera yang dikirim agen rahasia (Haha! Yang ini tentu hanya imaji karena kebanyakan nonton film action dan thriller). Mendadak saja ranting-ranting pohon jatuh ke kanopi dan hampir mengenai kami, karena kami duduk di bawah pinggiran atap itu. Tetapi bukannya kapok dan mencari tempat yang lebih aman, kami malah terus saja melanjutkan diskusi yang sudah kadung seru dan daging banget!
Dan begitulah. Pembahasan topik yang serius jadi terasa lebih santai dan tidak membosankan karena didukung lingkungan sekitar yang dinaungi pepohonan, yang tentunya memberi banyak pasokan oksigen bagi otak. Suasana sejuk asri dengan udara segar jelas dapat membantu meningkatkan konsentrasi, mengurangi stress dan cemas. Lingkungan alami yang benar-benar menyegarkan dan menenangkan. Siapa sangka diskusi PVCE sekaligus menjelma menjadi kesempatan refreshing?
Tebet Eco Park, dan sejumlah taman kota di Jakarta memang prakarsa nyata yang layak diapresiasi. Kemanfaatannya yang besar sudah jelas dirasakan oleh masyarakat. Ruang terbuka hijau sangat ideal untuk belajar, berdiskusi, pertemuan kelompok studi, acara seni, dll. Seperti dilansir dari situs berita ITB (Institut Teknologi Bandung), salah satu tim peneliti dari Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur (KK PA) SAPPK ITB, Dr. Ir. Mochamad Prasetiyo Effendi Yasin, M.Arch., M.A.UD. menyampaikan, bahwa ruang terbuka hijau publik memberi dampak positif bagi warga kota dalam beberapa aspek, di antaranya dapat meningkatkan ketahanan mikroklimat (keadaan iklim pada skala kecil), menyediakan ruang hijau alami, bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental, menjadi ruang bersama tempat berinteraksi yang mengikat warga kota, menjadikan kota lebih aman, dan meningkatkan nilai ekonomi kawasan. Persis seperti konsep awal pembangunan Tebet Eco Park sendiri, yang disebutkan Gubernur Jakarta Anies Baswedan waktu itu, yaitu "... mengedepankan fungsi ekologi, sebagai ruang sosial dan juga sebagai ruang edukasi serta rekreasi."
Kalaupun ada catatan khusus bagi Tebet Eco Park, adalah bau tak sedap dari aliran sungai di taman itu yang sangat menganggu. Memang aliran sungai yang sebenarnya sudah mendangkal itu merupakan aliran umum, bukan hanya di Tebet Eco Park saja, sehingga dapat dibayangkan sampah rumah tangga yang terikut di dalamnya. Konon pernah ada wacana pengerukan, namun entah mengapa keluhan soal bau yang bahkan sudah muncul sejak menjelang peresmian Tebet Eco Park 2 tahun lalu itu, belum juga menemukan solusi.
Hal lain yang juga mejadi catatan saya adalah lahan parkir yang terbatas, menyebabkan kemacetan di pintu-pitu masuk. Atau mungkin hal ini disengaja? Bahwa pengurangan pemakaian kendaraan pribadi memang bagian dari konsep pembangunan Tebet Eco Park, untuk lingkungan yang lebih bersih? Apalagi sekarang sudah banyak tersedia moda transportasi umum seperti MRT dan LRT yang nyaman, bukan? Nah, yuk segarkan semangat di Tebet Eco Park! Yuk kembali ke alam, kembali ke rumah kita!
Komentar