ARTI ‘MUSIK’ BAGI AKTIVIS JIHADI (4)

Other

by Arif Budi Setyawan

Di kalangan para aktivis jihadi–dalam hal ini yang saya ketahui adalah yang terjadi di lingkungan Jamaah Islamiyah (JI)- selain mengenalnasyid-nasyid yang lazim beredar di lingkungan aktivis Islam, kami jugamemiliki nasyid yang khusus beredar dikalangan kami. Ciri khasnya adalah kamitak pernah tahu siapa grup nasyid yang melantunkannya dan beredarnya daritangan ke tangan, tidak pernah ada di toko kaset umum. Biasanya sih kami hanyabisa mendapatkannya di acara bazar-bazar yang diadakan ketika ada acara tabligh akbar yang diadakan olehkader-kader JI.


Kaset nasyid khusus itu biasanyasangat terbatas jumlahnya. Kemudian desain sampulnya juga sangat sederhana,tanpa mencantumkan siapa pelantun nasyidnya, dan hanya mencantumkan daftar lagubeserta liriknya.


Nasyid-nasyid khusus itu jugabisa menjadi semacam identitas bagi kami. Pernah suatu ketika saya bertamu kesebuah keluarga yang tadinya hanya saya kenal sebagi keluarga tokoh Muhammdiyahdan menjual obat herbal. Tetapi pada suatu kesempatan saya mendengar lantunan‘nasyid khusus’ dari tape recorder mereka.  Akhirnya saya bertanya kepada sang Ibuyang  menemui saya waktu itu.


“ itu kasetnya siapa Bu ? Sayasudah cukup lama tidak mendengar nasyid itu”, tanya saya.


“ Oh itu punya anak saya yanglagi di rumah. Biasanya dia sehari-hari aktif di kegiatan dakwah di Solobersama istrinya. Dia dulu alumni Ngruki”, jelas Sang Ibu. Jegerr…! Saya sangatterkejut.


Singkat cerita saya kemudianberkenalan sangan anaknya dan saya membuka jatidiri saya sebagai salah satukader JI di kota itu. Perkenalan itu nantinya membawa saya dan dirinya sempatbekerjasama untuk menghidupkan kembali dakwah JI di kota itu di tahun 2005 setelahsempat mati suri sejak pasca Bom Bali Oktober 2002.


Pada perkembangan selanjutnya,sejak mulai beredarnya video-video jihad sejak tahun 2000 muncullah sebuah“budaya” baru di kalangan kami, yaitu digemarinya nasyid-nasyid berbahasa Arabyang selalu menghiasi sebuah video propaganda jihad. Nasyid itu selalu menjadi “back sound” pada tayangan-tayangandalam video propaganda jihad. Ada kebanggaan tersendiri bagi ikhwan yangmendendangkan nasyid berbahasa Arab itu, karena pada umumnya di Indonesiamayoritas nasyid yang beredar adalah berbahasa Indonesia atau Melayu. Budayaini saya dapati mulai marak pasca Bom Bali 2002.


Budaya nasyid –yang saya anggaptermasuk karya musik- juga sampai membuat Imam Samudra bersama Pak Amrozy danUstadz Mukhlas menggubah sebuah nasyid ketika berada di lapas. Dan entahbagaimana caranya rekaman nasyid mereka bisa beredar dikalangan kami. UstadzUrwah –kasus Bom Marriot-Ritz Carlton- juga sempat menggubah beberapa nasyidyang kemudian beredar di kalangan terbatas. Kelompok MIT juga pernahmeluncurkan sebuah ‘single’ nasyid berjudul –kalau nggak salah- “Bumi PosoMemanggilmu”.


Saking populer dan pentingnyakehadiran nasyid di kalangan aktivis jihadi, ISIS pun sampai punya sebuahLembaga khusus yang menangani produksi nasyid-nasyid sebagai bagian daripropaganda mereka. Lembaga itu bernama “MuassasatulAjnad”. Jika ada nasyid yang dirilis oleh “Muassasatul Ajnad” berarti itu nasyid resmi ISIS. Nasyid-nasyidresmi ISIS itu juga kemudian menjadi semacam identitas pelengkap mereka. Jikaada yang melantunkan nasyid resmi ISIS, besar kemungkinan ia dalah bagian daripara ‘Anshar Daulah’.


Mungkin hanya di kalangan paraaktivis jihadi atau para ‘Anshar Daulah’ sebuah karya musik berjenis nasyid bisadianggap sebagai sebuah ciri khas atau bagian dari identitas mereka.


S-E-L-E-S-A-I


Source Image :https://storage.googleapis.com/app-nesia-wordpress-production/2017/07/aplikasi-musik-1.jpg

Komentar

Tulis Komentar