BNPT Sebut Korban Teroris di Indonesia Meningkat
Newsby Akhmad Kusairi 22 Agustus 2022 1:19 WIB
Data tersebut dikeluarkan oleh Global Terrorism Index 2022 yang mengkaji tentang dampak terorisme pada suatu negara termasuk jumlah korban dan kematian.
"Di Indonesia terjadi peningkatan terorisme akibat kekerasan yang terjadi khususnya di wilayah Papua pada tahun 2021," kata Boy dalam sambutannya pada kegiatan Hari Peringatan dan Penghormatan Internasional untuk Para Korban Terorisme atau International Day of Remembrance of and Tribute to the Victims of Terrorism bertajuk urviving Terrorism: The Power of Memories' di Hotel Shangri La, Jakarta Minggu (21/8/2022).
Acara ini dilaksanakan oleh BNPT bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) dan The United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC).
Lebih lanjut Mantan Kapolda Papua itu menambahkan BNPT selama ini bersinergi dengan LPSK dalam pemberian bantuan medis, rehabilitasi psikososial dan psikologis, pemberian santunan, dan kompensasi kepada para penyintas.
BACA: Korban Bom Marriott Luncurkan Buku: Kerjasama dalam Pemulihan Luka dan Pencegahan Terorisme
Selain itu BNPT juga menginisiasi program silaturahmi kebangsaan yang mempertemukan mantan narapidana terorisme dengan penyintas. "Silaturahmi kebangsaan ini bertujuan untuk membangun budaya memaafkan dan rekonsiliatif. Meskipun program ini bukan sesuatu yang mudah, namun telah berhasil dilaksanakan sebanyak tiga kali, yakni pada 2018, 2021 dan 2022," kata Boy.
Lebih lanjut, Boy mejelaskan jika BNPT saat ini juga sedang menyusun Peraturan Kepala BNPT tentang Rekonsiliasi Korban dan Mantan Narapidana Terorisme yang direncanakan akan disahkan pada akhir 2022. Hal itu bertujuan untuk mengatur mekanisme yang aman dan mengutamakan kepentingan terbaik bagi para penyintas.
"BNPT dalam rangka pelaksanaan rehabilitasi psikososial dan mendukung agenda keadilan restoratif, terobosan lain yang dikembangkan adalah pembentukan Warung NKRI (Wadah Akur Rukun Usaha Nurani Gelorakan NKRI) dan pengembangan Kawasan Terpadu Nusantara (KTN) yang mengedepankan pendekatan kesejahteraan bagi mitra-mitra deradikalisasi, penyintas, dan masyarakat sekitar," pungkasnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Moh. Mahfud MD dalam acara yang sama menyampaikan jika Hari Peringatan Korban Terorisme merupakan momentum penting dalam mengenang dan menjunjung tinggi martabat korban terorisme serta menunjukkan solidaritas global. Sehingga para korban tidak terlupakan dan terpenuhi hak haknya sesuai dengan peraturan perundang-udangan.
"Negara mengamanatkan BNPT dan LPSK untuk memberikan dukungan dan bantuan kepada para korban terorisme sebagai wujud kehadiran dan kepedulian negara. Kita harap dengan adanya RAN PE, BNPT dan LPSK beserta kementerian dan lembaga terkait dapat selalu memberikan dukungan dan bantuan kepada korban terorisme secara optimal sesuai dengan Undang-undang,” tutur tokoh asal Madura itu.
Sedangkan Ketua LPSK, Hasto Atmojo Suroyo menegaskan jika negara selalu memperhatikan penyintas. Menurut Hasto korban merupakan tanggung jawab negara.
“Negara telah hadir dan tidak ingkar terhadap tanggung jawab terhadap korban tindak pidana terorisme. Sejumlah kompensasi dan bantuan kepada penyintas telah diberikan dengan optimal,” pungkasnya.
Hal senada disampaikan perwakilan UNODC untuk Indonesia sekaligus mewakili Sekjen PBB, H. E. Ms. Valerie Juliand. Valerie menegaskan jika kita akan selalu mengingat korban. Menurutnya korban terorisme tidak sendirian.
“Kita akan selalu mendukung dan membantu korban. Kenangan terjadinya tindak pidana terorisme yang memakan korban akan terus menyadarkan kita untuk melawan terorisme. Hari ini kita berdiri dengan mereka. Tahun Para Korban Terorisme mengangkat tema 'Surviving Terrorism: The Power of Memories' di mana korban terorisme di seluruh dunia menceritakan kisahnya, berbagi ingatan, emosi, dan makna yang mereka dapatkan pasca teror. Kenangan ini menumbuhkan solidaritas antar umat manusia, termasuk para korban," ujarnya. (*)
Komentar