Kisah Penyuluh Agama Perempuan Dampingi Napiter

Other

by Akhmad Kusairi

Penyuluh Agama Islam bisa mendapatkan kepercayaan dari narapidana teroris (napiter) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dengan cara mengambil simpati mereka atau melalui pendekatan emosional. Cara ini adalah salah satu kiat dari Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama, dari Cilacap, Sri Endah Sukmawati, saat menjalankan tugasnya di Lapas Nusa Kambangan. Meskipun demikian, dia mengingatkan bahwa untuk dapat dipercaya oleh napiter, dibutuhkan waktu yang lama.

“Melakukan pendampingan terhadap Napiter membutuhkan cara-cara khusus. Karena Napiter saat kita datang mereka curiga. Penolakan tidak, curiganya luar biasa. Cara pendekatan ke mereka ambil simpati mereka dulu. Pendekatan emosional lebih dulu. Bahasa yang kita gunakan, perlahan-perlahan tidak menilai negatif mereka. Ke sana diajak ngobrol saja, bahkan sampai 2 jam,” kata Sri saat membagikan pengalamannya dalam acara WGWC Talk Best Practice Penyuluh Agama Islam dalam Pendampingan Mantan Narapidana Terorisme, Rabu (21/4/2021)

Sementara itu, Penyuluh Agama Islam di Kabupaten Lumajang, Sriwanti, menceritakan bahwa pengalamannya mendampingi napiter tergolong lebih mudah. Dia berhasil mendorong salah satu pelaku Bom Gereja Oikumene Samarinda Kalimantan untuk sedikit berubah dengan menggunakan bahasa keibuan. Pemilihan cara berkomunikasi ini sesuai dengan napiter yang masih tergolong muda atau remaja. Sebab mereka cenderung membutuhkan sosok pengganti ibu.

“Namanya Dani, dia dari Kalimantan usianya, 22 tahun. Pertama saya menggunakan bahasa keibuan. Sampai saat ini pun kalau saya tidak hadir, anak ini merasa kehilangan. Napiter di sana, butuh ibu atau bapak pengganti. Dengan pendekatan saya, anak-anak yang sebelumnya tidak mau bergaul jadi bisa keluar dan bisa solat di Masjid,” imbuhnya

Sriwanti menambahkan bahwa dampingannya sempat menangis dan mengaku kangen dengan ibunya di Kalimantan. Dari indikasi itu, Dia menilai bahwa napiter tersebut masih mempunya hati dan bisa kembali ke pangkuan NKRI. Namun, dia mengakui bahwa untuk mengubah seorang napiter diperlukan kerja yang ekstra keras.

“Karena mereka sudah didoktrin. Namun lambat laut kita memberikan pembinaan terus memberikan apa yang mereka inginkan saya pastikan akan luluh juga,” ujarnya

Pada acara yang sama, secara singkat Direktur Deradikalisasi BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme), Prof. Irfan Idris, membenarkan bahwa diperlukan strategi untuk mendekati para napiter. Berdasarkan penuturan dari para Penyuluh Agama Islam, Irfan menyimpulkan bahwa mereka menggunakan pendekatan yang menyentuh hati napiter.

“Jadi sentuh dulu hatinya, baru nanti kita ubah head, atau isi kepalanya. Baru kemudian kita isi dengan hand atau skill atau keterampilan,” kata Irfan.

Komentar

Tulis Komentar