Film Pesantren Membuka Madani Film Festival 2021
Newsby Akhmad Kusairi 28 November 2021 9:07 WIB
Film karya Shalahuddin Siregar itu sendiri sebelumnya telah tayang perdana di International Documentary Film Festival Amsterdam (IDFA) pada tahun 2019. Film ini dinilai mampu mewakili tema festival, karena dapat mengenalkan sisi yang cahaya dan jenaka dalam kehidupan pesantren.
“Tema kali ini membawa tema sufisme dan humor, dua istilah yang memberi ruang besar kegembiraan berekspresi serta renungan atas perjalanan religiusitas”, kata Board Festival Madani International Film Festival Garin Nugroho dalam acara Konsperensi Pers yang digelar Jumat (26/11/2021)
Menurut Direktur Festival Sugar Nadia, Madani International Film Festival akan menayangkan film-film dari Indonesia dan luar negeri untuk bisa melihat keberagaman umat muslim di dunia. Celebrating muslim diversity menjadi tagline yang selalu diangkat di tiap tahun penyelenggaraan Madani Film Festival.
“Dari film-film tersebut, kita ingin belajar dan menikmati kebudayaan umat muslim dunia yang beragam,” kata Sugar
Kendati demikian, Madani Film Festival tak ingin dipandang sebagai festival film yang dikhususkan untuk muslim. Sebaliknya, melalui rangkaian film dan diskusi, Madani Film Festival ingin menembus batas-batas perbedaan yang ada.
“Film dan diskusi yang akan kami hadirkan akan bisa dinikmati oleh semua kalangan, dan film sebagai ekspresi budaya diharapkan menjadi medium untuk kebersamaan,” sambungnya.
Sementara itu Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Ahmad Mahendra mendukung penyelenggaraan festival film yang diinisiasi oleh komunitas dan insan perfilman. Menurut Mahendra Festival Film Madani ini memiliki keunikan dan ciri khas yang membedakannya dengan festival film yang lain.
Selain itu tema yang diusung juga sejalan dengan kampanye toleransi yang digaungkan oleh Kemendikbud Ristek. Karena itu Mahendra juga berharap agar pekerja seni, budaya, dan film tetap semangat untuk berkarya meskipun di tengah kondisi pandemi,
“Menjamurnya festival film, seni, dan budaya terlebih lagi di masa pandemi menunjukkan bahwa kondisi krisis tidak menyurutkan semangat pekerja seni untuk terus berkarya. Ini perlu dukungan dari semua pihak, sebagai bentuk apresiasi terhadap karya kreatif,” tutur Mahendra
Hal senada disampaikan Ketua Dewan Kesenian Jakarta, Danton Sihombing. Menurut Danton keberagaman itu harus dirayakan dan film menjadi salah satu medium yang dirasa mampu merayakan keberagaman tersebut.
“Ini adalah tahun kedua DKJ mendukung penuh Madani Film Festival. Dan kami berharap, di tahun-tahun berikutnya akan terus bisa mendukung agar kita dapat terus menyebarkan nilai-nilai kemanusiaan yang dihadirkan di Madani International Film Festival,” tegasnya.
Sekadar diketahui Penyelenggaraan Madani Film Festival tahun ini akan menayangkan 13 film dengan 7 tema diskusi yang berbeda. Di antaranya Madani menghadirkan narasumber Hassan Abdul Muthalib (Malaysia), Amir Masoud Soheili (Iran), dan Dag Yngvesson (Malaysia) beserta segenap nama-nama narasumber tanah air yang ahli dan berpengalaman di bidangnya.
Selain itu Madani Film Festival juga menggandeng sejumlah lembaga untuk memeriahkan festival film, di antaranya adalah East Cinema, Binus University, Jaringan GusDurian, dan Kineforum. Untuk menikmati film yang diputar, Kineforum telah menyiapkan ruang menonton secara daring melalui kineforum.eventive.org. Madani Film Festival akan ditutup dengan film dari Maroko, berjudul “Casablanca Beats” yang akan ditayangkan pada 4 Desember 2021 di Epicentrum XXI Kuningan. Film yang bertemakan musik rap ini, menjadi nominasi kompetisi utama Cannes Film Festival 2021
Komentar