Rumah Katu Juara 1 Lomba Film Pendek Deradikalisasi
Otherby Eka Setiawan 12 Juli 2018 5:58 WIB
Komunitas Rumah Katu, Poso, Sulawesi Tengah, menyabet Juara 1 Lomba Film Pendek dalam rangka HUT Bhayangkara ke-72 yang diperingati tiap 1 Juli, tingkat Polda Sulawesi Tengah.
Lewat film berjudul Salamnya Salim, komunitas seni ini berhasil mencuri perhatian para dewan juri. Film berdurasi 6 menit 14 detik ini disutradarai Arifuddin Lako yang juga penggagas Rumah Katu.
Arifuddin Lako yang akrab disapa Brur, mengatakan tertarik mengikuti lomba film pendek itu karena temanya deradikalisasi.
Ini sesuai dengan salah satu misi berdirinya Rumah Katu, yakni menyebarkan pesan-pesan damai lewat berbagai kesenian, tak terkecuali lewat film.
"Temanya itu yang buat kita semangat," kata Brur saat dihubungi via telepon dari Semarang, Rabu (11/7/2018) malam.
Brur bercerita, awalnya ikut lomba film pendek dalam rangka HUT Bhayangkara itu karena informasi dari grup WhatsApp sesama komunitas di Poso dan sekitarnya. Sebelumnya mereka sama-sama ikut workshop tentang pembuatan film pendek.
"Kebetulan ide sudah ada, jadi tinggal garap saja. Shooting cuma 2 hari kan film pendek, masuk editing malam, paginya diantar teman yang akan ke Palu (diantar ke Polda Sulteng)," lanjutnya.
Ide cerita film itu tentu saja mengikuti ketentuan lomba. Yakni deradikalisasi, peran Bintara Pembina Keamanan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) ketika melakukan pendekatan terhadap eks napi teroris ataupun isu-isu deradikalisasi menggunakan pendekatan persuasif.
Ide itu dituangkan Brur dan timnya lewat film bertajuk Salamnya Salim. Pengambilan gambar film itu berlokasi di Kelurahan Tegalrejo, Kecamatan Poso Kota Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Brur menjelaskan film itu menceritakan tentang tokoh utama bernama Salim yang terpapar paham radikal hingga menganggap polisi sebagai thogut.
Karena anggapan itulah, Salim tidak pernah menjawab salam yang diucapkan oleh polisi. Hingga pada suatu fase, ada titik balik, hingga Salim akhirnya mau menjawab salam dari polisi, yang sebelumnya dia musuhi karena dianggap thogut.
"Jadi kami hanya bermain simbol, permasalahan salam," lanjut Brur.
Menyabet Juara 1, penghargaan diberikan oleh Kapolda Sulteng, Brigjen Pol Ermy Widyanto di Mapolda Sulteng, Rabu (11/7/2018). Produser film Salamnya Salim, Adriani Badrah, mewakili Rumah Katu, menerima penghargaan dari Kapolda.
Mereka yang terlibat di film itu, untuk pemain ada 6 orang; Fauzan Adnan, Fardian Tomo, Rian Darmawan, Rulan Maku, Anto Abjul, Can Chandra. Sementara kru film berjumlah 4 orang yakni Pey. F. Syah selaku kameramen, Ismunandar Gonz selaku asisten kameramen, M. Sirayudin Sidora selaku penata seni dan Saifullah Mechta selaku penata kamera.
Rumah Katu sendiri didirikan pada Januari 2016, Brur selain pendiri juga menjabat ketuanya. Tujuan didirikannya komunitas ini, untuk menyuarakan perdamaian kepada khalayak. Terlebih adanya stigmatisasi Poso adalah tanah konflik, mengingat di sana sempat pecah konflik sekira tahun 1998 hingga 2000.
Brur memimpin timnya terus kampanye damai lewat film. Selain film Salamnya Salim, ada 3 film lagi yang sudah dibuat, yang juga menyabet prestasi.
Masing-masing; Senjata Rakitan, 2/3 Malam dan Jalan Pulang. Dua film pertama itu adalah film pendek, di mana 2/3 Malam sempat menyabet juara pertama lomba video pendek yang digelar Tempo Institute. Sementara film Jalan Pulang merupakan film panjang, berdurasi sekira 40 menit
Rumah Katu hingga saat ini konsisten menyuarakan pesan damai. Lupakan Poso yang pernah terjadi konflik, sekarang semuanya bergandengan tangan dalam perdamaian.
FOTO DOKUMENTASI RUMAH KATU
Produser film Salamnya Salim, Adriani Badrah (dua dari kiri), mewakili Rumah Katu, menunjukkan piala dan penghargaan Juara 1 Lomba Film Pendek bertema Deradikalisasi tingkat Polda Sulawesi Tengah, di Markas Polda Sulawesi Tengah, Rabu (11/7/2018). Lomba diadakan dalam rangka memeriahkan HUT Bhayangkara ke-72.
Komentar