Mulai Bertugas (6-habis)

Other

by Arif Budi Setyawan

Ketika saya berjumpa lagi dengannya di ruang chat di lain hari, saya mengungkapkan kebimbangan saya jika harus membantunya dalam pelarian.

Dia kemudian berkata atau lebih tepatnya berkhotbah :

“ Jangan khawatir, in sya Allah jika antum megikuti petunjuk dan arahan ana selama bersama dengan ana, kita tidak akan tertangkap. Lagipula, apakah antum mau berhenti sebelum mencapai batas maksimal dari eksperimen kita ini ? Batas eksperimen kita adalah ketika kita tertangkap atau mati. Jadi sebelum itu terjadi, kita harus berupaya semaksimal mungkin. Saat ini adalah saatnya belajar menjadi DPO fi sabilillah, yang setiap langkah pergerakannya berpahala tinggi di sisi Allah SWT karena ia lari sebagai seorang mujahid, bukan lari karena berbuat kejahatan. Dan dari tempat persembunyian, kita masih bisa menulis pengalaman menjadi DPO misalnya : bagaimana mengelabui pengawasan aparat, bertahan hidup di kota yang tak dikenal, dll, yang mana hal itu akan sangat bermanfaat bagi para mujahid setelah kita nanti.

Antum mau berhenti sekarang atau tetap melanjutkan, resiko ditangkap oleh aparat itu tetap ada. Jadi, mengapa tidak memilih tetap melanjutkan sampai titik terakhir kemampuan kita ? Setidak-tidaknya pengalaman yang bisa kita wariskan kepada generasi mendatang akan semakin banyak jika kita tetap melanjutkan perjuangan ini”.

Kata-kata itu cukup ampuh mempengaruhi pikiran dan jiwa saya sehingga saya sepakat untuk tetap melanjutkan eksperimen bersamanya.

Hingga akhirnya pada suatu ketika ia benar-benar sampai di wilayah saya dalam rangka mencari tempat persembunyian. Dengan dibantu oleh temannya yang lain, ia kemudian berhasil mendapatkan tempat yang aman untuk bersembunyi. Barulah kemudian ia memberitahukan keberadaannya kepada saya agar saya bisa membantu beberapa urusannya.

Saya sempat beberapa kali membantu urusannya di tempat persembunyianya yang masih bisa saya jangkau pulang pergi tidak sampai sehari. Jika saya berangkat pagi maka sore saya sudah pulang ke rumah lagi. Pada saat itu kebetulan pekerjaan saya adalah sales serabutan, artinya apa saja saya jualkan, asalkan tidak perlu kulakan dulu. Jadi, semua yang saya jualkan adalah barang-barang teman yang percaya dengan saya. Wajar saja waktu itu istri saya benar-benar tidak tahu kalau saya sedang berurusan dengan seorang DPO, dia pikir saya pergi bekerja seperti biasa.

Pada saat-saat saya bersamanya di tempat persembunyiannya itu ia bercerita tentang evaluasinya terhadap program yang telah ia lakukan dan pengalaman berharga dari eksperimennya selama itu. Dia juga mengajarkan langkah-langkah yang harus dilakukan agar tetap aman ketika telah menjadi DPO seperti dirinya. Saya sangat antusias dengan ceritanya dan mencoba meresapi pelajaran dari semua yang ia sampaikan. Selain itu ia juga menyampaikan bahwa ia masih menyimpan daftar orang-orang yang rencananya akan ia rekrut untuk programnya dulu.

Pada kesempatan yang lain ia kemudian menyampaikan rencananya yaitu ingin melanjutkan kembali program eksperimen jihadnya tetapi kali ini tempatnya adalah di daerah di mana ia bersembunyi saat itu. Saya diminta untuk mendatangi orang-orang dalam daftarnya dan mengajak mereka untuk datang ke daerah tersebut dan memulai program yang baru.

Di sinilah terjadi pertentangan hebat antara saya dan dia. Saya menolak keras dengan pertimbangan : Pertama, saat itu dia sudah dalam posisi sebagai DPO sehingga prioritas utama adalah bersembunyi cari selamat. Kedua, dia belum mengenal daerah itu dengan baik. Ketiga, jika ia mendatangkan banyak orang maka resiko keberadaannya akan terdeteksi oleh aparat akan sangat besar dan berpotensi membuat orang-orangnya ikut ditangkap juga padahal belum apa-apa. Keempat, orang-orang yang akan didatangkannya itu akan mengorbankan banyak hal (pekerjaan, meninggalkan keluarga, dll) untuk sesuatu yang belum jelas arahnya. Bagaimana akan jelas arahnya, dia sendiri berstatus DPO, tidak mengenal wilayah, tidak punya dukungan dana, dll. Kasihan orang-orang yang akan direkrutnya itu.

Akhirnya karena dia tetap bersikeras dengan rencananya, maka saya memilih mundur meninggalkannya daripada saya menjadi sebab orang-orang meninggalkan pekerjaan dan keluarganya demi sebuah proyek yang tak jelas. Lebih baik saya meneruskan peran saya dan bekerja dengan lebih banyak orang lagi, meskipun pada saat itu saya belum tahu apa peran yang paling tepat untuk saya lakukan yang sesuai dengan minat dan kondisi saya. Hal itu akan saya pikirkan nanti setelah melakukan evaluasi mendalam atas apa yang telah saya lakukan selama itu.

Dengan demikian, berakhirlah hubungan saya dengan Sang Tamu yang saya jalin sejak tahun 2007.

Komentar

Tulis Komentar