Dalam upaya global melawan terorisme, sebuah pendekatan baru mulai mendapat perhatian: melibatkan sektor swasta dalam strategi kontraterorisme. Menurut hemat kami ini adalah sebuah langkah inovatif yang berpotensi mengatasi akar penyebab terorisme, terutama kemiskinan dan ketimpangan sosial ekonomi.
Kawasan Asia-Pasifik yang menjadi rumah bagi dua pertiga penduduk miskin dunia, menjadi contoh nyata tantangan yang dihadapi. Data Bank Pembangunan Asia menunjukkan bahwa sekitar 1,9 miliar orang di kawasan ini hidup dengan kurang dari $2 per hari. Di negara-negara seperti Kamboja, Laos, Filipina, dan Vietnam, 30% populasi masih hidup dalam kemiskinan ekstrem. Ditambah lagi, diperkirakan ada 500 juta pengangguran di Asia, dengan 245 juta pekerja baru yang akan memasuki pasar tenaga kerja dalam dekade mendatang.
Kondisi ini menciptakan apa yang disebut sebagai "youth bulge" atau ledakan populasi muda, terutama di kalangan Muslim. Tanpa adanya harapan dan peluang, para pemuda ini menjadi rentan terhadap radikalisasi dan perekrutan oleh kelompok teroris. Di sinilah peran sektor swasta menjadi krusial.
Baca juga: Metamorfosis Gerakan Terorisme: Mengungkap Wajah Baru Ancaman Global
Salah satu aspek menarik dari pendekatan baru ini adalah pemanfaatan keahlian pasukan cadangan militer. Banyak dari mereka memiliki posisi penting di perusahaan swasta dan memiliki keahlian berharga seperti manajemen bisnis, keuangan, dan pemasaran. Contoh nyata adalah Lt. Col. Allen McCormick dari Procter & Gamble yang membantu menghubungkan USPACOM (Komando Pasifik AS) dengan perusahaannya untuk beberapa proyek di Indonesia.
Konsep "mengentaskan kemiskinan melalui keuntungan" juga mulai mendapat perhatian. Ide ini menyatakan bahwa bisnis dapat menguntungkan dengan melayani kebutuhan masyarakat di dasar piramida ekonomi, sekaligus memicu pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di daerah miskin. Sejalan dengan ini, banyak sekolah bisnis AS mulai mengadopsi misi mempromosikan perdamaian melalui aktivitas komersial. Asosiasi untuk Memajukan Sekolah Bisnis Perguruan Tinggi (AACSB) bahkan memiliki program khusus bernama "Peace Through Commerce”.
Namun, implementasi strategi ini bukanlah tanpa tantangan. Membangun jaringan pemangku kepentingan yang melibatkan pemerintah, militer, organisasi internasional, LSM, sektor swasta, dan akademisi akan menjadi tugas yang kompleks. Diperlukan pendekatan yang sangat fleksibel dan kolaboratif untuk menyelaraskan berbagai kepentingan dan tujuan.
Lebih jauh lagi, melibatkan perusahaan swasta dalam upaya kontraterorisme dapat menimbulkan pertanyaan etis tentang motivasi keuntungan versus keamanan nasional. Di sisi lain tetap mengutamakan pengawasan ketat untuk memastikan kepentingan publik. Keberhasilan pendekatan ini juga akan sangat bergantung pada komitmen jangka panjang dari semua pihak yang terlibat.
Meskipun demikian, potensi manfaat dari strategi ini tidak bisa diabaikan. Dengan memanfaatkan inovasi dan sumber daya sektor swasta, kita mungkin dapat mengatasi akar penyebab terorisme secara lebih efektif daripada pendekatan militer tradisional. Seperti halnya kemitraan sipil-militer mendorong inovasi selama Perang Dunia II, kolaborasi serupa saat ini dapat menghasilkan solusi kreatif untuk tantangan keamanan kontemporer.
Pendekatan ini juga menandai pergeseran paradigma penting dalam strategi kontraterorisme. Dari fokus pada operasi militer, kita beralih ke pendekatan yang lebih holistik dan humanisme yang menangani akar penyebab terorisme. Bahkan ini bisa mencerminkan sebuah paradigma bahwa terorisme tidak dapat dikalahkan hanya dengan kekuatan militer.
Tentu saja strategi ini perlu disesuaikan dengan konteks lokal di berbagai wilayah. Apa yang berhasil di Filipina mungkin tidak cocok untuk Timur Tengah atau Afrika. Selain itu, akan sulit untuk mengukur efektivitas pendekatan ini dalam mencegah terorisme. Diperlukan metrik baru untuk mengevaluasi keberhasilan di luar indikator ekonomi tradisional.
Kesimpulannya, melibatkan sektor swasta dalam kontraterorisme menawarkan perspektif baru yang menjanjikan. Meskipun implementasinya akan menghadapi tantangan signifikan, potensi manfaatnya layak untuk dieksplorasi lebih lanjut.
Di tengah kompleksitas ancaman terorisme global saat ini, pendekatan inovatif seperti ini mungkin merupakan langkah yang diperlukan. Jika berhasil, strategi ini tidak hanya dapat meningkatkan keamanan, tetapi juga mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan di daerah-daerah rawan konflik. Dengan demikian, kita mungkin dapat menciptakan dunia yang lebih aman dan sejahtera bagi semua.
Surabaya, 4 Oktober 2024
Abu Fida
(Mahasiswa Program Doktor Islamic Studies PPs UINSA1)
Ilustrasi Gambar: By AI
Komentar