Contoh Proses Transformasi Pesantren Terafiliasi JI di Lampung (2)

Other

by Arif Budi Setyawan 2

[caption id="attachment_15758" align="aligncenter" width="600"] Logo SMP IT Nurul Iman, Pesawaran, Lampung[/caption]

Progres Transformasi Pesantren Nurul Iman

Proses pembuktian ke publik setelah islah dimulai dengan mengubah AD-ART yayasan dengan menambahkan Muhammadiyah sebagai lembaga pembina dan pengawas yayasan. Dilanjutkan dengan merombak jajaran kepengurusan yayasan dengan lebih banyak melibatkan masyarakat di luar komunitas eks JI.

Kemudian melakukan audit atas keuangan yayasan sebagai bentuk pertanggungjawaban dan transparansi. Namun karena pengurus lama ada yang belum kooperatif, hingga saat ini audit belum terlaksana. Dan ini masih menjadi beban bagi pengurus yayasan yang baru.

Dari cerita para sesepuh yayasan dan pengurus yayasan yang baru, masalah yang ditimbulkan dari adanya sebagian mantan pengurus lama yang tidak kooperatif ini memiliki dampak cukup serius dalam perkembangan proses pembuktian ke masyarakat. Sampai mereka minta bantuan pengurus Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Lampung untuk menyelesaikan persoalan orang-orang yang tidak kooperatif itu.

Di lingkup pesantren, proses transformasi dimulai dengan menerapkan kurikulum pesantren yang baru. Yaitu kurikulum yang telah dikaji sejak 2020. Kemudian merancang beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang meningkatkan rasa cinta Tanah Air dan NKRI di kalangan pesantren.

Beberapa perubahan yang dapat dilihat di pesantren Nurul Iman antara lain:

1. Perubahan hari libur dari hari Jum’at menjadi hari Ahad/Minggu
2. Pelaksanaan upacara bendera setiap Senin
3. Perubahan kurikulum pesantren sejak tahun ajaran 2022/2023 dengan rincian:

  • Kitab Tauhid diganti dengan Aqidatul Awam

  • Minhajul Muslim (fiqh) diganti dengan Safinatun Najah

  • Minhajul Muslim (adab/akhlak) diganti dengan Ta’lim Muta’allim

  • Nahwul Wadhih diganti dengan Matan Jurumiyah

  • Tajwid menggunakan Tuhfatul Athfal


Para ustadz yang akan mengajarkan materi dari kitab-kitab baru di atas belajar kepada seorang Kiai NU di Pringsewu sebelum mengajarkan kepada santri-santrinya. Proses transfer kilat. Belajar bulan lalu diajarkan sekarang. Luar biasa semangat mereka ini.

Khusus untuk perubahan kurikulum ini, para ustadz di Nurul Iman telah melakukan kajian mendalam sebelum memutuskan. Berdasarkan kajian bahwa anak usia SMP harusnya diajarkan dasar dari aqidah dan fiqh, sehingga ketika lulus santri bisa mengembangkannya sendiri sesuai dengan perkembangan pikiran dan lingkungan santri berada.

Sementara selama ini yang diajarkan (kitab Tauhid dan Minhajul Muslim) merupakan sebuah produk, bukan kaidah dasar ilmu aqidah dan fiqh. Sehingga outputnya akan cenderung ‘menghakimi’ bukan ‘mencari titik temu/solusi’. Dan ini tidak baik untuk kondisi Islam di Indonesia.

Perubahan-perubahan di atas bukannya tanpa tantangan. Terutama dari para wali santri. Ada wali santri yang mempertanyakan, ada yang awalnya menolak, dan ada juga yang menyambut positif. Namun pada akhirnya semua bisa menerima perubahan tersebut.

Para pengasuh dan pengambil kebijakan pesantren Nurul Iman telah mencapai sebuah pemahaman baru setelah melakukan serangkaian pengkajian ilmiah dan berkonsultasi dengan para ahli. Artinya mereka melakukan semua itu sudah berdasarkan dalil-dalil ilmiyah, bukan karena ikut-ikutan atau asal terlihat ada perubahan.

Proses transformasi ini juga mendapatkan apresiasi dari lembaga pemerintah terkait. Misalnya dinas kesehatan provinsi memberikan bantuan sarana kebersihan di tahun 2022. Dan di tahun 2023 ini dinas kesehatan Kabupaten Pesawaran memberikan bantuan sarana sanitasi senilai Rp 100 juta. Kemudian ada dinas pendidikan provinsi yang memberikan bantuan 10 laptop dan komputer untuk SMPIT Nurul Iman.

(Bersambung)

Komentar

Tulis Komentar