MY ACTIVITIES : Memberdayakan Para Aktivis Online (1)

Other

by Arif Budi Setyawan

MY ACTIVITIES :  Memberdayakan Para Aktivis Online (1)

Sebelum saya melanjutkan kisah saya, perlu saya sampaikan bahwa saya mulai melakukan proses identifikasi dan memetakan potensi para aktivis online sejak tahun 2009 dan mulai terlibat memberdayakan para aktivis online sejak tahun 2010. Jadi, ketika saya bekerja bersama ’Sang Tamu’ sebenarnya saya sudah mulai melakukan identifikasi dan pemetaan potensi dari dunia online, dan semakin intens setelah saya pecah kongsi darinya.

Dalam hal keinginan memberdayakan para aktivis online ini saya memiliki seorang sahabat yang sama-sama menaruh perhatian pada fenomena banyaknya para pendukung dan simpatisan ‘eksperimen menghidupkan jihad’ di dunia online. Saya mengenalnya atas rekomendasi salah satu teman offline saya yang sudah lama mengenalnya sebelumnya. Salah satu teman offline saya itu melihat adanya kesamaan passion dan tujuan antara saya dengan sahabat saya itu. Dan saya benar-benar harus berterimakasih padanya atas rekomendasinya itu yang terbukti di kemudian hari hubungan saya dan sahabat saya itu menghasilkan banyak hal positif. Sebut saja sahabat saya itu dengan Mr H.

Berbekal akun Yahoo! Messenger, nomor HP, dan beberapa akun Facebook yang kami miliki, kami membangun komunikasi yang intens dan sering berdiskusi tentang banyak hal. Kami juga kemudian kompak saling memperkuat argumen ketika menyampaikan sebuah gagasan dalam sebuah diskusi di grup Facebook ataupun pada sebuah postingan kawan kami. Mr H ini adalah orang yang menginisiasi berdirinya Forum Islam Al Busyro. Saya akan menceritakan secara khusus tentang forum ini nanti.

Di Facebook kami sangat mendukung ketika ada gagasan untuk membuat sebuah gerakan yang diwadahi di online tapi aktivitasnya ada di ranah offline, di mana gerakan ini tidak ada delik ‘terorisme’nya tetapi diharapkan bisa membantu orang-orang yang terlibat dalam kegiatan ‘eksperimen menghidupkan jihad’ di Indonesia.

Gerakan itu kemudian diberi nama “Gerakan Infaq Sehari Seribu (GASHIBU)” yang mana penggalangan dan laporannya akan dilakukan secara online, tetapi aktivitas transfer dan penyalurannya ada di ranah offline. Hasil infaq yang terkumpul setiap bulannya akan disalurkan untuk membantu biaya pendidikan bagi anak-anak para napi kasus ‘terorisme’ yang tersebar di berbagai daerah.

Tak disangka, ternyata gerakan ini mendapat sambutan yang luar biasa dari para aktivis online. Terbukti dengan semakin bertambahnya perolehan infaq dari bulan ke bulan, sampai pernah mencapai angka 30 juta lebih. Gerakan ini bahkan konon masih eksis hingga sekarang meskipun semakin lama semakin sedikit perolehan infaqnya, terkikis oleh gerakan infaq sejenis yang digagas melalu channel-channel dan grup-grup Telegram.

Gerakan ini menjadi ‘legend’ karena bisa eksis sejak tahun 2011 sampai era Telegram. Saya sempat mengenal dan bertemu beberapa admin dan pengurus GASHIBU secara offline.

Selain adanya GASHIBU, di Facebook juga sempat eksis sebuah grup diskusi dan berbagi informasi seputar dunia jihadi dalam kurun waktu yang cukup lama tanpa kena banned dari Facebook. Grup yang bernama “THORIQUNA” itu eksis dari tahun 2010 sampai 2014 ketika ISIS mulai menguasai berbagai platform media sosial yang ada. Thoriquna baru terkena suspend di era ISIS karena banyak postingan tentang ISIS di dalamnya dan sedang ramai-raminya dunia dengan fenomena deklarasi ‘khilafah’nya ISIS.

Thoriquna ini juga menjadi legend karena lamanya ia bertahan di Facebook dan isi postingan-postingan dalam grup yang sarat akan konten-konten jihadi. Sedikit aneh juga sih, di saat grup-grup serupa sering kena banned atau suspend dari Facebook, dia masih terus eksis. Tapi bagi para aktivis online prinsipnya adalah di mana mereka bisa menyampaikan aspirasinya terkait dunia jihadi, mereka akan memanfaatkannya semaksimal mungkin sampai tidak bisa digunakan lagi.

(Bersambung, In sya Allah)

Komentar

Tulis Komentar