Aksi Terorisme dan Glorifikasi oleh Media

Other

by nurdhania

Kita seringkali berniat baik dalam menginformasikan penting kepada orang lain. Apalagi berita tentang aksi kejahatan khususnya aksi terorisme. Namun kita lupa bahwa kita harus mengemas berita tersebut dalam memberikan pelajaran kepada khalayak.

Mengemas berita bukan menyembunyikan kebenaran atau kenyataan dari kejadian tersebut. Tapi, bagaimana kita menyampaikan hal-hal tersebut dengan baik dan tidak terus-terus melakukan glorifikasi tindakan kejahatan.

Emang gimana sih maksudnya? Tak jarang kita memojokan para korban dengan menanyakan hal-hal yang sebenarnya sudah tau jawabannya. Orang kebanjiran misalnya, ia kehilangan harta benda namun masih ditanya "Bagaimana perasaan ibu?".

Seorang Profesor Etika dalam Jurnalisme di Poynter Institute, bernama Indira Lakshmana memaparkan bahwa saat ini masih banyak pemberitaan tentang terorisme atau kejahatan lainnya yang selalu menjadi headline news. Berdasarkan pengamatannya, semakin banyak aksi terorisme, semakin sering dan panjang artikel dan berita utama. Media dengan detail menggambarkan video-video orang-orang yang berlarian, berteriak, dan laporan jumlah korban, dapat membuat semakin bertambahnya terorisme itu sendiri. Jelas, bisa menyenangkan para pelaku dan malah dapat menarik peserta baru.

Media kerap melupakan latar belakang dan analisa tentang aksi tersebut. Dia juga mengatakan kebiasaan kami melaporkan bahwa "Islamic State" ataupun kelompok-kelompok teroris lain mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan adalah praktik tercela. Ini adalah pembunuhan. Para wartawan harus mengatakan bahwa kelompok-kelompok teroris "mengaku bersalah".

Ada benarnya juga ya. Saya pribadi dan banyak masyarakat masih lebih sering memperhatikan hal-hal bombastis daripada mengetahui penyebab atau latar belakang dari kejadian ini. Padahal dengan sering menaruh mereka dalam headline membuat mereka semakin gembira senang. Ini memunculkan glorifikasi atas aksi teror. Apalagi kalau ada korban korban yang ditampakan fotonya membuat mereka semakin senang karena aksi mereka berhasil.

Sepatutnya media mengusahakan untuk memberikan berita atau info yang berimbang. Perspektif konflik yang berimbang, analisis akan penyebab konflik, saran-saran transfirmasi atau penyelesaian sebuah konflik atau aksi kekerasan, alasan mengapa pelaku berbuat hal demikian juga turut penting dalam sebuah berita. Jadi tidak serta merta memojokkan korban atau pelaku saja.

Komentar

Tulis Komentar