Ruang Rindu: Dari Letto Sampai Perindu Khilafah

Other

by Arif Budi Setyawan

Setiap manusia tentu pernah mengalami kerinduan. Rindu adalah salah satu fitrah manusia sebagaimana manusia memiliki rasa cinta dan kasih sayang. Rindu itu timbul sebab adanya cinta dan harapan terhadap sesuatu yang membahagiakan atau yang dianggap bisa membahagiakan.


Dan rindu itu tercipta karena adanya ruang yang terpisah antara yang merindukan dan yang dirindukan. Ada ruang antara yang merindukan dan yang dirindukan. Kalau dalam satu ruangan yang sama itu namanya melepas kerinduan, bukan lagi rindu. Betul nggak?


Hmm...tapi saya jadi bingung dengan penggalan lirik lagu “Ruang Rindu”-nya Letto; “...mata terpejam hati menggumam, di ruang rindu kita bertemu...”. Bertemu di ruang rindu? Bagaimana itu? Meskipun mungkin sang pencipta lagu itu sekadar membuat sesuatu yang sukar dipahami dan unik biar semakin lekat di hati penikmatnya, tetapi saya jadi kepikiran apa makna di baliknya.


Ketika saya di penjara dulu, tiba-tiba saya jadi senang dengan segala hal yang berbau rindu. Artikel, puisi, novel, buku, dan mendengarkan cerita tentang kerinduan para narapidana pada keluarganya. Saya juga mulai merenung lebih dalam tentang arti rindu, termasuk memikirkan hal-hal yang muncul karena kerinduan.


Misalnya, kerinduan itu ternyata menuntut kesabaran. Atau kerinduan itu ternyata menyimpan energi yang mampu membuat seseorang untuk terus bertahan demi menemukan apa yang dirindukannya.


Tapi saya tertarik untuk mencoba mencari makna ‘ruang rindu’ yang disebut Letto dalam salah satu lagu hits-nya itu. Tentu saja ini makna versi saya lho ya. Meski tidak menutup kemungkinan ada Sobat Ngobrol yang kemudian sependapat dengan saya setelah membaca tulisan ini.


Rindu menciptakan ruang atau terciptanya ruang menyebabkan kerinduan? Bingung ya? Sama, saya juga. Tapi intinya ada ruang ketika ada yang dirindukan.


Orang yang merindukan hujan harus melalui ‘ruang’ yang bernama musim panas atau musim kemarau. Di mana untuk melalui musim kemarau itu perlu banyak pengorbanan. Panas yang menyengat, kekeringan di mana-mana, sulit mendapatkan air bersih, dan lain-lain. Tapi semua itu membuat kehadiran hujan menjadi semakin dinantikan.


Di sisi lain kerinduan terhadap hujan yang di beberapa tempat menjadi sangat penting, membuat manusia berkreasi mengembangkan daya pikirnya untuk menciptakan teknologi hujan buatan.


Hebat kan? Karena rindu akan hujan manusia kemudian menciptakan teknologi hujan buatan.


Seseorang yang bekerja di perantauan dan merindukan keluarganya harus melalui ‘ruang’ yang disebut perjalanan, dan untuk bisa melakukan perjalanan itu harus mengumpulkan bekal. Sehingga, ia harus bekerja dengan optimal dan mendapatkan hasil yang lebih untuk bekal perjalanan pulang ke kampung halaman.


Hebat kan? Kerinduan terhadap keluarga di kampung halaman bisa mengeluarkan potensi terbaik seorang karyawan/pekerja.


Seorang narapidana yang merindukan kebebasan harus melewati ‘ruang’ yang bernama menjalani masa pidana dengan baik, bukannya malah belajar jadi pemain bisnis narkoba.


Dan seseorang yang merindukan cita-citanya harus melewati ‘ruang’ yang bernama perjuangan yang panjang.


***


Nah, poinnya adalah pada ‘ruang’ yang harus dilalui. Jadi, bertemu di 'ruang rindu' adalah bertemu di ‘ruang’ yang merupakan ranah usaha dan daya upaya. Ketika belum bertemu dengan yang dirindukan namun sedang berusaha untuk bertemu dengan yang dirindukan, berarti setidaknya sudah berada di wilayah 'ruang rindu'.


Jika yang dirindukan adalah kemakmuran dan perdamaian di seluruh penjuru negeri, maka seluruh penduduk negeri yang berusaha mewujudkannya bersama-sama telah berada di 'ruang rindu' yang sama.


Tapi bagaimana jika yang dirindukan adalah khilafah versi ISIS? Bagaimana bentuk 'ruang rindu'nya?


Menurut saya, 'ruang rindu' para perindu khilafah versi ISIS adalah upaya propaganda dan penyebaran paham mereka di ranah online dan offline. Di ranah itulah mereka bisa tampak kompak dan bersatu mengusung ide mereka.


Ketika mereka bertemu orang-orang yang seide dan sepemikiran baik di ranah online maupun offline, di situlah mereka merasa telah berada di 'ruang rindu', belum mencapai apa yang dirindukan tetapi bertemu dengan orang-orang yang memiliki ide dan pemikiran yang sama.


Kerinduan adalah ranah idealisme yang ada dalam pikiran, sedangkan 'ruang rindu' adalah ranah usaha dalam mewujudkan apa yang dirindukan itu. Itulah makna 'ruang rindu' menurut saya.



SUMBER GAMBAR https://cdn.pixabay.com/photo/2018/02/16/02/03/pocket-watch-3156771_960_720.jpg

Komentar

Tulis Komentar