Kado Densus 88 Untuk Penutupan Akhir Tahun 2020

Other

by Kharis Hadirin

Akhir tahun 2020 ini, barangkali akan menjadi kado penutupan bagi jajaran kepolisian Republik Indonesia. Densus 88 berhasil melakukan penangkapan terhadap Upik Lawanga alias Taufik Bulaga dan Zulkarnain.

Tentu keberhasilan ini patut diapresiasi mengingat keduanya bukanlah sosok sembarangan. Seperti diketahui, Upik Lawanga dan Zulkarnain merupakan DPO kasus terorisme yang sudah buron selama hampir 14 tahun.

Untuk diketahui, baik Upik Lawanga maupun Zulkarnain, keduanya merupakan tokoh berpengaruh di tubuh organisasi teroris, Jama’ah Islamiyah (JI). Keterlibatan mereka dalam jaringan tersebut pun tak bisa dianggap remeh. Hal ini terbukti dengan peran mereka dalam sejumlah kasus yang terjadi di tanah air sejak tahun 2000.

Upik Lawanga alias Taufik Bulaga, ia memiliki skill khusus di bidang perakitan senjata dan pembuatan bom dengan daya ledak tinggi (high explosive). Dengan kemampuannya tersebut, ia mendapat julukan dari kelompoknya sebagai ‘Profesor’.

Lewat tangannya, ia dianggap bertanggung atas sejumlah kasus. Diantaranya bom Pasar Sentral Poso (13/11/2004) dan Pasar Tentena (28/5/2005). Upik juga diduga ikut terlibat dalam perakitan bom yang meledak di Hotel JW Marriot pada Selasa (5/8/2003).

Sementara itu, dalam kasus bom Bali 2002 yang menewaskan lebih 200 orang dan pihak pemerintah Indonesia sendiri telah menangkap sejumlah orang, bahkan tiga diantaranya telah dieksekusi pada 2008 silam. Faktanya, nama Zulkarnain seolah luput dari perhatian publik dan media. Padahal, ia adalah tokoh utama sekaligus pimpinan dalam serangan tersebut.

Melalui Tim Khos (Pasukan Khusus) yang dibentuknya, ia memerintahkan untuk melakukan aksi amaliyah dengan menyasar warga asing yang sedang berlibur di Bali. Tidak hanya di Bali, Zulkarnain juga dianggap ikut terlibat dalam sejumlah kasus lainnya seperti serangan bom Kedutaan Besar (Kedubes) Filipina di Jakarta dan malam natal tahun 2000. Bahkan keterlibatan jaringan JI dalam konflik Ambon, juga berada di bawah koordinasinya.

Dengan melihat rekam jejak kedua pelaku teroris tersebut, tentu tidak berlebihan jika kita menyebut penangkapan mereka menjadi kado terindah di penghujung akhir tahun 2020. Keduanya menyumbang peran penting untuk eksistensi Jamaah Islamiyah hingga saat ini sebagai kelompok teroris berbahaya.

Komentar

Tulis Komentar