Driver Ojol ‘Ngamuk’ di Polrestabes Medan

Analisa

by Kharis Hadirin

Selasa (13/11) kemarin pagi bom bunuh diri meledak di Polrestabes Medan Jl. HM. Said, Medan, Sumatera Utara. Dalam aksi tersebut, dua orang terluka dan satu orang meninggal dunia yang merupakan pelaku dengan atribut driver ojol (ojek online). Aksi bom bunuh diri yang menargetkan kantor kepolisian tentu bukan kali ini saja. Sebelumnya, juga pernah terjadi kasus serupa. Seperti yang terjadi di Mapolres Poso pada Senin (3/6/2013) dan Kantor Mapolresta Solo pada Selasa (5/7/2016).

Kasus tersebut, baik yang terjadi di Poso, Solo maupun Medan, ketiganya memiliki kemiripan hampir serupa, yakni dilakukan oleh pelaku tunggal atau aksi lone wolf. Meski demikian, terdapat hal menarik dalam kasus di Medan pagi ini dimana diketahui bahwa pelaku menggunakan jaket ojol atau ojek online dalam melakukan aksinya.

Tidak ada korban jiwa baik dari aparat maupun maupun warga sipil. Namun peristiwa ini layak menjadi perhatian bersama soal bagaimana pelaku lihai memanfaatkan momentum untuk mengelabui petugas hingga masuk ke area Polrestabes dan berhasil meledakkan diri.

Ojek Online dan Gaya Hidup Masyarakat Kota

Fenomena ojek online memang sudah menjadi trend di kalangan masyarakat perkotaan. Kehadiran ojol ini tak sekedar dimanfaatkan masyarakat untuk menghindari kemacetan, namun juga pemenuhan berbagai kebutuhan lainnya. Misalnya, pelayanan pengantaran barang, pijat atau refleksi, membersihkan rumah, hingga belanja kebutuhan harian.

Berbagai feature layanan yang tersedia, seolah memanjakan para penggunanya agar tidak perlu repot-repot untuk memenuhi kebutuhan mereka. Singkatnya, keberadaan ojek online dianggap sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat kota. Dekat bak urat nadi.

Kesan inilah yang mungkin barangkali juga dirasakan oleh para petugas keamanan di Polrestabes Medan pagi tadi. Ketika seorang pria menggunakan atribut jaket ojol masuk ke Polres dengan santainya, tak sedikit pun dari petugas yang menyadari bahwa dibalik jaketnya telah terlilit bom yang siap untuk diledakkan.

Dalam laporan kepolisian seperti dikutip di berbagai media, disebutkan bahwa driver ojol tersebut masuk melalui pintu depan atau pintu utama Polrestabes Medan. Driver ojol tersebut lolos dari pemeriksaan dengan begitu mudahnya karena bom ditaruh di badannya. Tasnya aman.

Seorang mantan narapidana kasus teroris, ZR alias ZM, saat dihubungi tim ruangobrol pada Rabu (13/11) sempat berseloroh, “Ojol lagi ingin viral, disamping salah satu bosnya jadi menteri, mereka juga ga ingin kalah tenar maka ada juga yang ingin jadi teroris”.

Kasus ledakan bom bunuh di Polrestabes Medan ini tentu mengingatkan kembali pada sosok Galih Aji Satria. Pria asal Trenggalek, Jawa Timur ini pernah ditangkap oleh tim Densus 88 pada Kamis (13/3/2014) setelah diketahui melakukan pengiriman paket berisis bom melalui jasa layanan pengiriman JNE.

Akibat peristiwa tersebut, seluruh pengiriman barang menuju Sulawesi sempat terhambat karena petugas masih melakukan pengecekan setiap barang yang dikirimkan. Khawatir jika ada bom lain yang dikirimkan melalui jasa layanan pengiriman tersebut.

Meski aksi serangan di Polrestabes Medan ini tidak menimbulkan korban jiwa selain pelaku, namun dari peristiwa ini kita bisa belajar bahwa adanya akses kemudahan tak selalunya berbanding lurus dengan jaminan keselamatan dan keamanan. Kendati demikian, terkadang sesuatu yang dianggap wajar dan lumrah justru bisa menjadi kesempatan bagi oknum tertentu dengan memanfaatkannya untuk tujuan tindak pidana.

Komentar

Tulis Komentar