Kabur Gara-Gara Nasyid

Other

by nurdhania

Masih pukul 06.00 pagi, sudah ada 3 murid yang hadir di kelas Kinan. Tumben banget Kinan datang pagi-pagi, padahal biasanya sering telat. Di kelas itu, terlihat seorang murid tidur dengan membaringkan kepalanya di atas meja, karena rumahnya jauh jadi mesti berangkat sekolah bakda Subuh.

Pagi itu, ada pula yang sibuk dengan ponselnya, asyik mendengarkan musik memakai wireless earbuds. Namanya Raisa. Kepalanya sampai bergoyang-goyang mengikuti irama musik.

Tanpa basa-basi, Kinan mendekati Raisa sambil berkata “Dengerin affa’an tuuuh,” tangannya sambil bergaya layaknya TikToker yang viral akan pesona “Apaan tuh!”

Mendengarnya, Raisa langsung mengotak-atik ponselnya sambil mencopot salah satu earbuds yang dia pakai kemudian disodorkan ke Kinan. “Nih, mau dengar juga?,” kata Raisa.

“Eh, gak papa?,” timpal Kinan. Raisa mengiyakan.

Kinan kemudian duduk di sebelah Raisa. Keduanya berbagi earbuds, mendengarkan lagu bersama. Kinan cukup kaget, karena lagunya sangat berbeda baik dari segi genre dan bahasa.

Kinan langsung bertanya, "O…Kamu suka lagu-lagu luar non Inggris gini, ya?”

"Hehehe iya…suka aja, lagunya enak dan sambil belajar bahasa baru,” balas Raisa.

Sejak hari itu, Kinan dan Raisa jadi semakin dekat. Bahkan tanpa meminta, setiap jam istirahat Raisa sudah menyodorkan earbudsnya langsung ke Kinan. Kinan sampai bingung dan merasa tidak enak.

"Eh, emangnya gapapa aku ikut dengerin terus?".

"Gapapa kok," jawab Raisa lagi.

Karena Raisa sering mendengarkan berbagai macam lagu dari berbagai negara, hal ini jadi ajang buat main tebak-tebakan bahasa.

“Ini lagu dari China, kan?," tebak Kinan.

"Bukan, ini Korea," timpal Raisa.

Begitu seterusnya hingga beberapa hari ke depan. Raisa selalu menjawabnya dengan ramah dan bersemangat.

"Kalau yang ini Jepang, yang ini baru China. Sekarang ini Spanyol dan ini Jerman," Raisa bersemangat menjelaskan.

Tak hanya itu, terkadang Raisa menyelipkan sedikit penjelasan tentang sejarah atau makna di balik lagu-lagu itu.

Namun, kedekatan mereka tidak berlangsung lama. Saat itu hari Jumat, kegiatan belajar mengajar hanya sampai pukul 12 siang. Di antara para siswa banyak yang tidak langsung pulang, ada yang main dulu atau santai-santai termasuk Kinan dan Raisa.

Kali ini Raisa memilih bersantai sendiri bersama ponsel dan earbudsnya, tak mengajak Kinan. Ini membuat Kinan cukup bingung awalnya, tapi akhirnya dia mikir mungkin Raisa ingin me-time dulu.

Tapi bukan Kinan namanya kalau tidak kepo. Perlahan Kinan mendekati kursi Raisa dan bertanya lagi dengan gaya TikToker seperti sebelumnya, "Lagi dengerin affa'an tuuh?".

Raisa kaget, terlihat dari raut wajahnya yang panik. Ia menjawab Kinan dengan ragu, “Eh apa?Oh ini, bb bbeen ttar…,” kata Raisa.

Kinan bingung karena tak biasanya Raisa bertingkah demikian. Raisa terlihat menenangkan diri, dan berkata dalam hatinya “Ah gapapa lah, palingan dia juga gak tau,” kata Raisa dalam hati.

“Are you okay?,” tanya Kinan.

“Yeah, I’m good,” balas Raisa dengan nada ragu sambil menyodorkan salah satu earbudsnya ke Kinan.

Agak gak tau diri atau gimana si Kinan ini, dengan santainya dia menerima earbuds dan duduk di sebelah Kinan.

Raisa memulai musiknya dari awal, dan klik tombol play di ponselnya. Baru beberapa detik lagu dimulai, tiba-tiba Kinan teriak, “Eh!”.

Kinan bingung dan bolak-balik copot pasang earbuds tersebut. Seperti orang aneh, entah apa yang kali ini ia dengar sampai bertingkah demikian. Kinan meminta Raisa untuk memutar lagu tersebut dari awal. Raisa juga bingung dan sedikit takut melihat Kinan seperti itu, Namun, karena tak enak, Raisa mengikuti permintaan Kinan.

Lagu dimainkan.

Tends ta main pour l’allégeance

Et émigre vers ta terre

Crie de tout ton cœur vengeance

Car tu ne peux plus te taire.

(translate : Hold out your hand to pledge allegiance

And emigrate to your land

With all your heart, cry for vengeance

Because you can no longer stay silent)

dalam bahasa Indonesia: 

Ulurkan tanganmu untuk kesetiaan

dan beremigrasi ke tanah Anda

berteriak dengan sepenuh hati balas dendam

karena kamu tidak bisa tinggal diam

“Ini kan… Kamu dengerin ini juga?,” tanya Kinan sambil menatap Raisa dengan tatapan serius dan kepo.

“Ya, ini kan lagu Prancis,” jawab Raisa dengan ragu.

“Kok kamu tau lagu ini?,” tanya Kinan lagi

“Loh, kamu tau juga?,” Raisa malah nanya balik.

“Ini kan nasyidnya ISIS, nasyid bahasa Prancis tentang ajakan bai’at dan hijrah ke wilayah mereka,” balas Kinan dengan raut wajah heran.

Kinan heran dan bingung, tidak mungkin seorang Raisa tidak tau lagu yang ia dengar, apalagi lagu-lagu non-bahasa Inggris. Raisa dari tadi hanya diam saja.

Kinan langsung mengambil ponselnya, dan hendak menelpon seseorang, “Oh, halo Pak Polisi…”

Raisa langsung panik dan kabur keluar kelas sambil membawa tasnya. Kinan bingung, padahal ia cuma berpura-pura menelpon, “Haduh, kok kabur. Padahal kan gak beneran. Yah, gimana nih”.

Kinan mulai panik, padahal dia tahu kalau menemukan kasus seperti ini jangan langsung di-judge atau bahkan lapor aparat. Emang dasarnya usil si Kinan malah akhirnya jadi kacau.

Kinan pun mencari cara untuk bisa melakukan pendekatan dan bertanya-tanya ke Raisa dengan cara yang baik. Lagi pula salah satu earbuds Raisa masih dipegang olehnya.

Mungkin ada yang sebagian berpikir “Kan cuma dengerin nasyid. Bisa saja emang nada dan iramanya enak didengar”.

Bener sih, banyak lagu-lagu dari kelompok kekerasan ini yang nada dan iramanya enak didengar. Bisa cepat hafal juga di luar kepala. Menurut Kinan, bisa mengetahui nasyid tersebut tentu bukan orang-orang biasa. Karena lagu tersebut tidak tersedia di platform mainstream seperti YouTube, untuk mengaksesnya harus menyelam dulu ke situs-situs tertentu.

Untuk itulah harusnya Kinan melakukan pendekatan dan bertanya dengan santai ke Raisa terlebih dahulu. Apakah Raisa memang sudah cukup jauh mengetahui dan bahkan mendukung kelompok ini atau hanya sekadar suka dengan musiknya.

Jadi biar jelas gitu loh! Memang ya, Kinan ini!

 

Terinspirasi dari kisah nyata

Komentar

Tulis Komentar