Teknologi Menembus Ruang dan Waktu

Other

by Arif Budi Setyawan

Bagi Sobat Ngobrol penggemar film-film atau serial atau manga super hero pasti tidak asing dengan beberapa tokohnya yang memiliki kemampuan atau teknik menembus ruang dan waktu. Salah satu contoh yang paling terkenal Doraemon.


Siapa yang tidak kenal Doraemon. Robot kucing dari masa depan yang membawa peralatan dan teknologi dari masa depan. Salah satu alat yang sering digunakan adalah ‘pintu kemana saja’ dan ‘mesin waktu’. Kedua alat itu bisa membawa Nobita dan kawan-kawan ke tempat yang jauh atau berkunjung ke masa lalu dan masa depan dalam sekejap mata.


Atau satu lagi contoh terbaru yang juga sangat terkenal, yaitu pada film Avengers : End Game di mana para Avenger pergi ke beberapa waktu yang berbeda untuk mengumpulkan batu-batu Infinity.


Menembus Ruang dan Waktu di Dunia Nyata


Teknologi atau teknik dalam dunia fiksi di atas terlihat sangat keren. Banyak yang kemudian berimajinasi bagaimana seandainya itu bisa terwujud di dunia nyata, di dunia kita ini.


Sebenarnya di dunia nyata kita telah mampu membuat sesuatu yang bisa menembus ruang dan waktu meskipun tidak seperti dalam film atau serial fiksi itu. Sebut saja penemuan radio, televisi, telepon, kamera, internet, alat perekam, satelit, dan kemampuan menulis manusia, itu semua adalah hal-hal yang bisa memangkas ruang dan waktu.


Media sosial, e-commerce, broadcasting, media online, blogging, forum, dan lain-lain, adalah ruang-ruang baru yang tercipta oleh adanya teknologi komunikasi. Ruang yang bisa dimasuki oleh siapa saja tanpa membutuhkan adanya bangunan fisik dan alat transportasi untuk mendatanginya.


Bukankah teknologi yang seperti ini bisa disebut menembus ruang dan waktu ?


Hari ini orang berlomba-lomba untuk bisa menembus ruang dan waktu. Semakin banyak ruang yang bisa dimasukinya maka semakin sukseslah ia. Maka muncullah istilah : influencer, selebgram, youtuber, dan sebagainya.


Persoalannya adalah : apa yang akan kita buat untuk menembus ruang dan waktu itu ? Sesuatu yang positif atau negatif ? Jika itu sesuatu yang positif tentu akan menghasilkan pahala setiap ada orang yang mendapatkan manfaat dari karya kita itu. Jika sesuatu yang negatif, tentu akan mendapatkan dosa dari setiap orang yang jadi berdosa karena melihat karya kita.


Jika dahulu para ulama, cendekiawan, dan ilmuwan meninggalkan atau membuat tulisan dan penemuan untuk menembus ruang dan waktu hingga sampai pada kita hari ini, maka hari ini banyak orang-orang yang justru membuat sesuatu yang negatif untuk disebarkan ke seluruh dunia.


Salah satu contohnya adalah maraknya situs-situs -maaf- bokep yang mempertontonkan adegan yang seharusnya menjadi wilayah yang sangat pribadi yang berasal dari segala penjuru bumi.


Pertanyaan saya, lha kok ada (banyak lagi) orang yang merekam adegan begituan? Buat apa sih? Kan cukup dikenang rasanya saja. Apa pengin terkenal karena hal itu? Terkenal kok dengan menyebarkan aurat. Kalau mandi saja malu dilihat orang lain, tapi kalau adegan begitu kok malah direkam dan disebarkan dengan berbagai motif yang melandasinya. Piye to? Kan malah mengumpulkan dosa jadinya. Tidak habis pikir saya.


Kalau mau berkarya mbok ya dengan membuat sesuatu yang positif dan berguna. Misalnya dengan menulis catatan, berbagi pengalaman, membuat panduan, dan seterusnya.


Di dunia yang jadi sempit dengan adanya teknologi terkini semua orang berlomba-lomba untuk menguasai ruang yang ada. Saling berebut pengaruh.


Ada yang senang mengacau dengan membuat konten hoaks. Ada yang mencari pengikut dan membuat sensasi macam ISIS. Ada yang ingin melanggengkan hegemoni dan kekuasaannya dengan membuat konten-konten propaganda. Ada juga yang ingin mencerdaskan dan membangun masyarakat. Dan ada juga yang sekedar ingin eksis dan terkenal.


Jika ingin berkarya yang akan menembus ruang dan waktu, maka pastikan bukan karya yang negatif. Karena di era digital saat ini, jejak digital yang negatif itu tidak bisa dihapus sepenuhnya. Maka berhati-hatilah memposting sesuatu, baik berupa kata-kata maupun gambar. Semua itu ada pertanggungjawabannya di hadapan Tuhan.



FOTO EKA SETIAWAN

Komentar

Tulis Komentar