Respon Kalangan Ikhwan terhadap Isu Corona dan Vaksin

Other

by Kharis Hadirin

Pemerintah Indonesia sampai saat ini masih terus memberlakukan vaksinasi di berbagai kalangan demi memutus rantai persebaran virus corona. Lebih dari satu tahun negara ini berjuang mengatasi pandemi yang korbannya sudah diatas 1 juta orang ini.

Meskipun Presiden Joko Widodo sudah menjadi yang pertama untuk divaksinasi pada 13 Januari 2021 lalu, namun masih saja ada kalangan yang meragukan kualitas dan khasiat dari vaksin tersebut. Salah satu kelompok masyarakat yang enggan mendapatkan vaksin itu adalah para mantan narapidana kasus terorisme (napiter). Penolakan muncul tidak hanya pada kekhawatiran terhadap dampak buruk vaksin pada tubuh, tetapi juga pada negara tempat vaksin itu dibuat. Vaksin Sinovac yang digunakan Pemerintah Indonesia dibuat di China. Sementara, China bagi kelompok puritan arus bawah ini tak ubahnya seperti public enemy, musuh sampai akar-akarnya.

Misalnya, MT alias T yang dijumpai Ruangobrol di kawasan, Menteng, Jakarta Pusat. Dia menjelaskan bahwa hampir seluruh kalangan 'ikhwan' menolak untuk menerima vaksin Covid-19. Selain karena meragukan kehalalan penggunaan vaksin tersebut, dia juga khawatir soal kandungan dalam vaksin yang dapat berdampak buruk bagi tubuh. “Bahkan kalau misalnya ada acara BNPT, terus semua ikhwan yang diundang diminta untuk vaksin, ane lebih baik milih pulang, tidur di rumah,” ungkapnya kepada Ruangobrol.

Nada yang sama juga muncul dari RR (28) yang merupakan kader kelompok Jama’ah Islamiyah (JI). Saat ditemui di kawasan pesisir utara Lamongan, dia menjelaskan bahwa seluruh kalangan ikhwan sepakat untuk menolak vaksinasi. “Isu corona hanya akan menghabiskan energi umat. Sudah saatnya umat beralih pada hal-hal lain yang jauh lebih penting saat ini. Misalnya, soal bagaimana nasib umat Muslim Uighur di China yang masih mengalami pendzaliman dari penguasa negeri Tiongkok,” jelasnya.

Baginya, ada kesan seolah pemerintah China ingin mengaburkan persoalan Muslim Uighur dengan mengalihkan perhatian dunia pada wabah Covid-19. Bahkan, dia juga menuding bahwa media-media nasional maupun internasional, tidak memberitkan perkembangan konflik yang terjadi di Timur Tengah. “Kabarnya, vaksin juga bisa mengakibatkan kemandulan,” ujar RR menguatkan penolakannya.

Di lokasi yang berbeda, AS alias YD, seorang ikhwan asal Lamongan justru menuding bahwa Covid-19 adalah produk konsipirasi. “Ada teori konspirasi yang diyakini di kalangan ikhwan, misalnya vaksin dianggap sebagai cara orang-orang kafir mengurangi jumlah kelahiran generasi umat Islam. Itu bisa saja benar,” jelasnya saat ditemui Ruangobrol. Dia menambahkan, jika mempromosikan vaksin Sinovac pabrikan asal China, maka akan dianggap mendukung pemerintahan Negeri Bambu dalam upaya represif terhadap Musilim Uighur.

Meskipun demikian, Arif Budi Setiawan alias Arif Tuban mantan napiter dari Tuban memberikan tanggapan yang berbeda saat dihubungi Ruangobrol. Menurutnya, penolakan terhadap vaksin umumnya muncul sebagai reaksi individu semata. Sehingga, ketika ada seorang ikhwan yang memutuskan untuk tidak divaksin, bukan berarti seluruh ikhwan juga akan memberikan respon yang sama. Dia memang masih memiliki rasa khawatir pada program vaksinasi. Namun, kekhawatiran itu lebih pada kemungkinan adanya dampak buruk dari vaksin.

Meskipun demikian, dia tidak menolak vaksinasi. Asalkan, pemerintah dapat menjamin keamanan bagi orang-orang yang divaksinasi. Apalagi sudah ada fatwa-fatwa dari para tokoh ulama yang menjelaskan bahwa vaksin yang akan digunakan benar-benar sudah bersih. “Kalo saya prinsipnya jika para Ulama kita sepakat akan 'wajib'nya vaksin ya saya ikut,” tutur Arif kepada Ruangobrol.

Seperti diketahui, program vaksinasi akan dilakukan pemerintah Indonesia selama 15 bulan. Program ini dimulai sejak Januari 2021 hingga Maret 2022 dengan menargetkan populasi sebesar 181,5 juta orang. Program tersebut akan berlangsung dalam 2 periode, yakni peiode pertama yang berlangsung dari Januari hingga April 2021. Dan periode kedua yang nantinya akan dilaksanakan selama 11 bulan, yaitu dari April 2021 hingga Maret 2022.

Komentar

Tulis Komentar