Pesona Pesantren Terafiliasi Kelompok Jamaah Islamiyah (1)

Other

by Arif Budi Setyawan



Prolog

Hari ini bangsa Indonesia sedang menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara baik di tingkat regional maupun global. Perilaku buruk sebagian pejabat negara, serbuan budaya asing, dekadensi moral generasi muda, persoalan ekonomi, dan ketimpangan sosial, adalah sebagian dari persoalan besar yang kita hadapi hari ini.

Salah satu upaya yang dianggap sangat fundamental untuk menjawab tantangan-tantangan itu adalah dengan menyiapkan generasi penerus yang berkualitas melalui pendidikan. Namun dunia pendidikan juga tengah menghadapi berbagai persoalan. Mulai dari perdebatan soal kurikulum, sistem manajemen, kualitas tenaga pendidik, hingga porsi pendidikan agama di sekolah-sekolah umum.

Pendidikan agama di sekolah umum bagi sebagian orang tua yang beragama Islam menjadi perhatian utama. Karena pendidikan agama dianggap sebagai faktor utama pembentuk kepribadian seseorang. Untuk mengatasi hal ini banyak orang tua yang kemudian mengirim anak-anak mereka ke pesantren modern yang memiliki jenjang pendidikan formal.

Dari 1000 sekolah setingkat SMA terbaik penjuru Indonesia menurut UTBK 2022 di situs https://top-1000-sekolah.ltmpt.ac.id/site/index, nama-nama sekolah berbasis pesantren sudah masuk dalam daftar. Bahkan jika MAN Insan Cendekia (sekolah unggulan Kemenag) dihitung sebagai pesantren reguler, maka daftar 100 sekolah terbaiknya saja banyak diisi sekolah berbasis pesantren. Jadi, pesantren modern tidak bisa dianggap remeh soal prestasi akademik, karena para santri tidak hanya belajar agama.

Pesantren yang memiliki jenjang pendidikan formal memang memiliki berbagai kelebihan. Di samping mendapatkan ilmu agama lebih banyak, juga melatih kemandirian, sekaligus mendapatkan ilmu pengetahuan umum dan berbagai ketrampilan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Pesantren jenis ini kemudian tumbuh subur di Indonesia sejak era 90-an hingga hari ini.
Dalam perkembangan lainnya, di tengah euforia kebebasan berdakwah dan berorganisasi setelah era reformasi, muncul berbagai pesantren modern yang terafiliasi dengan beberapa kelompok dalam dunia pergerakan Islam di luar dua ormas besar Muhammadiyah dan NU.

Di satu sisi hal itu patut disyukuri karena semakin memperkaya khazanah keilmuan dan menyemarakkan perlombaan dalam kebaikan (Fastabiqul khoirot). Namun di sisi lain, semakin membesarnya sebuah kelompok pergerakan Islam yang memiliki jaringan pesantren itu terkadang tidak dibarengi dengan semakin kuatnya sikap saling menguatkan dan menghargai perbedaan.

Padahal proses saling menguatkan akan menjadi kontrol antar sesama aktivis dan menghargai perbedaan itu merupakan sebuah keniscayaan dalam proses membangun umat. Bahkan yang memprihatinkan, ada sebagian kelompok gerakan Islam yang memiliki jaringan pesantren ketika semakin besar justru semakin eksklusif.

Di lapangan, secara umum saya sebagai peneliti menemukan setidaknya ada tiga jenis pesantren yang memerlukan perhatian khusus dari kita semua, yaitu:

1. Pesantren tidak eksklusif tapi terindikasi punya afiliasi dengan kelompok terlarang
2. Pesantren ekslusif dan terafiliasi dengan kelompok ekstrem terlarang
3. Pesantren eksklusif tapi tidak terafiliasi kelompok terlarang

Dalam tulisan ini, saya akan mencoba membahas lebih dalam mengenai pesantren jenis pertama. Karena dalam beberapa tahun terakhir ini saya paling banyak mempelajari pesantren jenis pertama ini. Untuk pesantren jenis kedua dan ketiga akan dibahas kemudian ketika data dan fakta yang ditemukan telah cukup layak untuk disampaikan ke publik.

Yang dimaksud kelompok terlarang yang menjadi afiliasi pesantren jenis pertama adalah kelompok Jamaah Islamiyah. Kami ingin menjelaskan mengapa sebuah pesantren disebut terafiliasi dengan Jamaah Islamiyah, apa sebenarnya visi misinya, kelebihan-kelebihannya, kekurangannya, dan potensi dilibatkannya dalam pembangunan bangsa dalam bingkai NKRI.
Kajian tentang pesantren-pesantren terafiliasi JI ini menjadi penting mengingat di masyarakat tersebar adanya anggapan bahwa pesantren terafiliasi kelompok ini mengajarkan paham-paham ekstrem dan melahirkan ‘teroris’. Padahal tidak demikian. Perlu penjelasan yang sangat panjang dan detail.

Dalam tulisan ini saya hanya akan menyampaikan beberapa poin inti saja. Bila menginginkan diskusi lebih jauh, dengan senang hati saya akan menyambutnya. Silahkan hubungi melalui akun media sosial ruangobrol.id. Namun setidaknya saya berharap penjelasan awal ini bisa membantu masyarakat untuk lebih memahami persoalan yang sebenarnya.

(Bersambung)

Komentar

Tulis Komentar