Contoh Program Rehabilitasi Eks ISIS: HAYAT-Deutschland (2)

Analisa

by Arif Budi Setyawan Editor by Arif Budi Setyawan

HAYAT menggunakan pendekatan yang unik dibandingkan dengan inisiatif rehabilitasi dan reintegrasi lainnya, yaitu fokusnya hampir secara eksklusif pada pemberdayaan keluarga dan teman, namun pada awalnya menghindari keterlibatan langsung dengan peserta yang mengalami radikalisasi. HAYAT berupaya untuk menggunakan pendekatan ikatan emosional-sosial untuk “menabur benih keraguan dalam ideologi radikal” dengan menafkahi keluarga dan berteman dengan metode dan panduan tentang cara menghadapi sistem kepercayaan peserta secara tidak langsung.

Dengan membangun lingkungan afektif atau emosional yang positif, lingkungan di mana peserta dapat dengan bebas terlibat dalam diskusi yang tidak menghakimi mengenai nilai dan ideologi, HAYAT menilai kemungkinan peserta untuk menganggap layanan konseling dan keterlibatan keluarga sebagai sarana manipulasi menurun. Pendekatan membangun lingkungan rumah yang stabil dan mendukung secara emosional juga meningkatkan peluang peserta untuk berhasil melepaskan diri dari ideologi radikal.

Pertemuan dan dukungan kelompok keluarga juga berperan dalam proses konseling HYAT. Dalam pertemuan ini, HAYAT dapat mempertemukan tiga atau empat keluarga untuk mendiskusikan permasalahan emosional, agama, dan sosial yang dialami masing-masing keluarga. Seperti yang ditunjukkan di bidang tematik lainnya – seperti narkoba atau agresi perilaku – sesi kelompok jika dimoderatori dengan baik cenderung memberikan stabilisasi emosi dan mengurangi kekhawatiran peserta bahwa mereka sendirilah yang menghadapi masalah tertentu.

Pertemuan-pertemuan ini juga berpotensi menjadi titik interaksi antara anggota keluarga dan layanan lokal –termasuk kantor kesejahteraan, layanan sosial, dan otoritas lokal– yang memperkuat konsep pendekatan 'keseluruhan komunitas' dalam menghadapi tantangan rehabilitasi dan reintegrasi. Melalui kelompok komunitas ini, keluarga juga memperoleh akses terhadap sumber daya praktis yang mungkin dibutuhkan oleh peserta yang sedang menjalani rehabilitasi, seperti pelatihan kejuruan atau kesempatan kerja.

Meskipun upaya konseling dan dukungan dapat memakan waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun, keluar dari program HAYAT pada akhirnya bergantung pada keluarga dan peserta yang direhabilitasi. Mengingat keterlibatan sepenuhnya bersifat sukarela, partisipasi dapat dihentikan kapan saja oleh mereka yang mencari bantuan. Namun, jika situasi berubah, program ini tetap tersedia untuk keterlibatan kembali di masa depan.

Tingkat Keberhasilan Program

Karena undang-undang privasi Jerman, status LSM program, dan titik interaksi yang bervariasi untuk partisipasi – melalui hotline, konseling, mediasi, dan rujukan – informasi mengenai tingkat keberhasilan HAYAT masih belum jelas. Pada tahun 2014, sebuah surat kabar Jerman melaporkan bahwa program tersebut telah membantu “puluhan orang selama beberapa tahun terakhir.”

Sebuah artikel tahun 2015 yang ditulis oleh anggota tim HAYAT menunjukkan bahwa hingga bulan Juni 2015, program tersebut telah memberikan bantuan pada 156 kasus. Namun, saat ini tidak ada data atau alat ukur spesifik yang tersedia melalui informasi publik.

Poin Penting yang Bisa Diduplikasi

Meskipun tingkat keberhasilan program ini tidak diketahui, HAYAT memberikan beberapa pelajaran penting dan minimal ada tiga praktik terbaik yang dapat diterapkan sebagai bahan pertimbangan. Tiga praktik terbaik yang bisa menjadi pelajaran meliputi:

(1) hotline dukungan nasional 24 jam,

(2) penggunaan tim spesialis yang beragam, dan

(3) keterlibatan keluarga dalam proses rehabilitasi.

Komposisi tim HAYAT serta kemampuan jaringannya mewakili elemen kunci lain dari program ini. Keahlian staf yang beragam menempatkan program ini pada posisi optimal untuk memberikan layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan skenario pesertaalistis. Keahlian yang luas ini sangat penting ketika bekerja dengan keluarga seseorang yang kembali dari pusat penahanan atau kamp yang berbasis di Suriah atau Irak. Seperti disebutkan sebelumnya, perempuan dan anak di bawah umur yang dipulangkan tidak hanya menghadapi masalah kesehatan fisik, mental, dan potensi radikalisasi, namun juga peningkatan risiko pengucilan oleh masyarakat dan menjadi korban kembali.

Di beberapa negara, beban untuk mengatasi permasalahan ini ada pada keluarga, yang mungkin menerima atau tidak menerima dukungan dari lembaga luar seperti LSM, otoritas negara, atau organisasi sosial-keagamaan. Tim HAYAT sebagian besar meniadakan tantangan ini bagi peserta program melalui layanan konseling dan akses langsung ke jaringan mitra nasional. Memanfaatkan jaringan memungkinkan program untuk meningkatkan kemampuannya sekaligus membantu berkomunikasi dengan berbagai pemangku kepentingan mengenai kebutuhan spesifik peserta radikal dan jaringan pendukungnya.

Mungkin aspek yang paling unik dari program HAYAT adalah penekanan pada peran “terapi keluarga” dalam proses rehabilitasi. Dengan memperkuat dan memanfaatkan ikatan keluarga yang ada, program ini memposisikan orang-orang yang paling dekat dengan peserta yang mengalami radikalisasi – paling sering adalah anggota keluarga – sebagai daya tarik terhadap ikatan sosial yang diberikan oleh organisasi ekstremis seperti ISIS.

Seringkali bentuk terapi ini tidak bersifat satu arah karena tim HAYAT mungkin perlu mengatasi konflik dalam keluarga serta memberikan konseling kepada keluarga mengenai fakta bahwa jalan hidup peserta yang mengalami radikalisasi mungkin tidak sesuai dengan yang diinginkan keluarga.

Meskipun terdapat tantangan bagi konselor profesional, HAYAT telah menunjukkan keberhasilan dalam membantu beberapa peserta untuk melepaskan diri dari gerakan teroris dan mendapatkan bantuan dalam deradikalisasi.

Dalam konteks rehabilitasi WNI eks ISIS di Indonesia, masing-masing dari tiga poin penting di atas, pada tingkat yang berbeda-beda, dapat juga digunakan sebagai alternatif dalam pembentukan mekanisme dukungan reintegrasi para WNI eks ISIS.

(Diolah dari berbagai sumber)

Komentar

Tulis Komentar