Lebaran yang Menjadi Ujian

Other

by Arif Budi Setyawan

Beberapa hari yang lalu seorang kawan memposting di akun media sosialnya foto-foto dan video suasana terkini terminal Bungurasih Surabaya yang nyaris zero activity. Hanya ada beberapa bus kota yang masih beroperasi melayani penumpang dalam kota yang butuh angkutan menuju tempat kerjanya. Itupun hanya seperti putar balik saja di terminal tersebut.


Terminal yang biasa dipadati oleh penumpang bus antarkota antarprovinsi itu terlihat seakan waktu berhenti berputar di situ. Semua kios dan warung tutup. Pedagang asongan tidak nampak seorang pun. Tidak ada satu pun orang yang berlalu-lalang. Hanya terlihat petugas jaga yang berdiam diri di posnya.


Sektor transportasi angkutan antar kota antar provinsi adalah salah satu yang paling terdampak dengan adanya pandemi Covid-19. Dari bis antar kota, kereta api, kapal laut, sampai pesawat terbang semua terdampak dahsyat. Yang merugi tidak hanya para pengusaha transportasi, tetapi sektor UMKM yang menggantungkan pendapatannya pada para penumpang moda transportasi seperti : pengusaha warung makan, kios oleh-oleh dan kebutuhan perjalanan, WC umum, parkiran, pedagang asongan, pengamen, portir, atau bahkan sampai pengemis, semuanya ikut terdampak.


Masa menjelang lebaran seperti saat ini seharusnya adalah masa mereka menikmati rezeki yang melimpah. Namun dengan adanya kebijakan PSBB dan larangan mudik, maka lebaran kali ini berbalik menjadi sebuah ujian bagi mereka.


Beberapa pengusaha bis mengaku mereka akan mengembalikan puluhan armada ke pihak pembiayaan (leasing) karena tak sanggup lagi membayar cicilan. Alih-alih bayar cicilan, mempertahankan agar tidak ada PHK saja nyaris tidak sanggup lagi.


Beberapa pengusaha bis yang lain bahkan sampai terpaksa harus menjual banyak armadanya demi untuk mencegah agar tidak terjadi PHK pada karyawannya. Mungkin itu solusi terbaik bagi pengusaha bis tersebut dan para karyawannya. Tetapi bagaimana dengan para pengusaha rumah makan, kios oleh-oleh dan kebutuhan perjalanan, WC umum, parkiran, pedagang asongan, pengamen, portir, dll yang menggantungkan pada lalulintas para penumpang?


Mungkin tidak ada lagi baju baru untuk lebaran tahun ini bagi mereka. Tidak ada lagi berlebaran di kampung halaman bersama sanak famili. Selain karena PSBB dan larangan mudik, krisis ekonomi yang semakin menjepit menjelang lebaran kian juga nyata terlihat di mana-mana. Harga kebutuhan pokok banyak yang mengalami kenaikan di saat banyak orang yang berkurang drastis pendapatannya.


Di sinilah mungkin kita diuji sejauh mana kepekaan sosial dan rasa solidaritas kita melihat orang-orang di sekitar kita yang jadi hidup dalam kekurangan karena kehilangan sumber pendapatannya seperti para pekerja atau pengusaha UMKM di seputar sektor transportasi itu.


Entah bagaimana hidup mereka dan kita semua akan bisa kembali normal seperti semula. Atau mungkin harus memasuki era normal yang baru. Di mana roda ekonomi yang berputar kembali namun dengan pola yang baru. Orang-orang jadi lebih peduli pada kebersihan dan kesehatan. Dan seterusnya...dan seterusnya.


Namun setidaknya ada yang masih harus disyukuri bersama. Meskipun sedang dalam kondisi siaga dan serba sulit karena pandemi Covid-19, tapi negeri ini sejauh ini masih dalam keadaan aman. Banyak yang lupa bahwa setelah nikmat kesehatan dan kesempatan, ada satu nikmat lagi yang sering terluput dari perhatian. Yaitu nikmat keamanan. Di belahan bumi lain banyak saudara-saudara kita yang hidup dalam suasana konflik bersenjata yang berkepanjangan.


Keamanan adalah modal utama menciptakan stabilitas. Tidak mungkin ekonomi bisa kita bangun kembali setelah terpuruk karena pandemi Covid-19 tanpa adanya jaminan keamanan. Maka jangan sampai situasi keamanan saat ini dirusak oleh tangan-tangan tak bertanggungjawab.



ilustrasi: pixabay.com



Komentar

Tulis Komentar