Siang itu seperti hari biasanya, aku sedang melayani seorang ibu yang berbelanja di warung kecilku. Handphone di sakuku tetiba bergetar. Aku memang sering memasang mode vibrate di handphone saat aku sedang berada di warung. Aku tak ingin pelanggan yang datang berbelanja merasa kurang nyaman jika handphoneku berdering.
Setelah pelanggan itu pergi, aku pun segera melihat handphone yang tadi bergetar. Ternyata muncul sebuah pesan WhatsApp dari Kapolsek Gunung Putri Komisaris Polisi Bayu Tri Nugraha Hidayat, S.E., S.I.K.,M.M. (selanjutnya kusebut Pak Bayu).
"Kang, posisi di mana?" katanya.
Aku pun segera menjawab pesan tersebut, "Sedang di warung, Pak,"
Tak lama, orang nomor satu di Mapolsek Gunung Putri itu pun menjawab, "Tunggu ya, insya Allah saya dan Bapak Kapolres sebentar lagi mau silaturahmi ke rumah Kang Munir,"
Saat itu aku pun kaget. Aku tidak percaya Bapak Tegar 1 (julukan untuk Kapolres Bogor) akan berkunjung ke rumahku. Selanjutnya aku pun segera mengabarkan istri dan juga keluargaku.
Sebelumnya aku memang telah bertemu dengan Kapolres Bogor AKBP. DR. Iman Imanuddin, SH., S.I.K., M.H. (selanjutnya kusebut Pak Iman) di Mapolres Bogor. Saat itu aku menginisiasi kegiatan silaturahmi Kapolres Bogor dengan ikhwan-ikhwan eks narapidana terorisme (napiter) yang ada di wilayah Bogor.
Sebelumnya juga memang beberapa personel dari Polres Bogor, Kapolsek Gunung Putri yaitu Pak Bayu dan anggotanya kerap mengunjungiku. Namun tetap saja, aku tidak menyangka jika kini yang datang ke rumahku adalah Kepala Kepolisian Resor Bogor.
(baca juga: Mantan Napiter di Wilayah Bogor Komitmen Jaga Kamtibmas)
Tak berselang lama istriku yang saat itu berada di rumah mengabarkan jika rombongan Kapolres telah tiba. Akhirnya aku pun segera pulang begitu anak sulungku datang untuk menggantikanku.
Benar saja, setibanya aku di depan rumah nampak sebuah mobil hitam berpelat dinas polisi dan sejumlah motor telah terparkir. Aku pun segera mendatangi dan menyalami Bapak Kapolres, Bapak Kapolsek, dan rombongan lainnya yang sedang mengobrol dengan istri dan kedua orangtuaku.
Suasana santai dan penuh keakraban, Pak Iman mengatakan bahwa ini silaturahmi balasan. Jika sebelumnya aku yang bersilaturahmi ke Mapolres Bogor, kini beliau yang bersilaturahmi ke rumahku. Beliau juga mengatakan jika ini adalah salah satu bentuk perhatian dan pembinaan yang terus dilakukan kepadaku sebagai salah seorang warga yang tinggal di wilayah hukumnya.
Candaan dan gurauan juga menghiasi obrolan kami saat itu, kemudian Pak Iman beserta rombongan berkenan untuk melihat langsung warung kecilku. Kesahajaan nampak saat Beliau dan rombongan memilih berjalan menuju warungku dan membiarkan sopir dan kendaraannya menyusul di belakang. Beberapa tetangga terlihat menyalami Beliau.
Hingga tiba di warung aku pun kembali menahan senyum karena aku tak mengira jika seorang perwira polisi yang pimpinan Polres mau duduk, ngobrol dan bercengkerama denganku di depan warung yang berada di pinggir jalan kampung.
Pak Iman banyak memberikan masukan kepadaku soal usaha dan reintegrasi dengan masyarakat. "Sekarang mah Akang nggak usah minder. Kita lupakan masa lalu, ayo sekarang mah kita kembali ke masyarakat, berbaur. Yuk sekarang mah kita bareng-bareng dengan masyarakat membangun lingkungan biar maju, aman dan kondusif," Itu salah satu wejangan yang Beliau berikan kepadaku.
Teringat Masa Lalu
Aku pun jadi teringat akan masa lalu saat aku begitu membenci pemerintahan negeri ini dan aparaturnya termasuk polisi. Saat aku bergaul dengan orang di jalanan dan beberapa yang berpikiran agak “kekirian”, aku sering mengistilahkan mereka dengan sebutan penuh kebencian.
Pun kemudian ketika aku bergabung dalam jaringan radikal-teror. Aku menyebut polisi itu adalah Antho alias Anshar Thagut atau antek setan. Bahkan dalam candaan dengan rekan-rekan dalam jaringan itu tak jarang kami menyebut polisi dengan sebutan wereng karena seragamnya yang cokelat.
Ya, aku telah salah menilai mereka. Saat aku menjalani hukumanku, Detasemen Khusus 88/Antiteror Polri yang merupakan bagian dari kepolisian yang menyadarkan kesalahanku. Mereka membinaku semenjak aku di rumah tahanan negara (rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas) hingga sekarang setelah bebas.
(Menyesali Perbuatannya, Munir Minta Maaf Kepada Korban)
Kini setelah aku bebas, bagian lain dari Polri yaitu dari Polres Bogor hingga Polsek Gunung Putri juga turut serta membinaku, mengajak aku untuk berbuat positif dan mengajakku untuk berperan aktif membangun lingkungan. Mereka memperhatikanku.
[caption id="attachment_14995" align="alignnone" width="1280"] Mengobrol santai dengan Kapolres Bogor dan Kapolsek Gunung Putri beserta jajarannya.[/caption]
Jujur, aku jadi malu sendiri dengan apa yang telah aku lakukan. Memang sih, banyak hal negatif yang juga terjadi dan dilakukan oleh oknum anggota polisi. Namun bagiku seorang polisi juga manusia yang bisa berbuat kesalahan. Demikian pula Polri sebagai sebuah institusi, yang juga kumpulan manusia yang punya keterbatasan dan kealpaan.
Mennurutku, saat terjadi sebuah kesalahan maka yang harus dilakukan adalah bagaimana mengingatkan sebagai sesama manusia bukan dengan membenci atau bahkan menjadikan mereka sebagai musuh yang halal darah, harta dan kehormatannya.
Aku sangat berharap pembinaan yang dilakukan Polri, baik dari Densus 88, Polres Bogor hingga Polsek Gunung Putri kepadaku dapat terus berlanjut. Karena aku manusia yang harus tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik dan semoga aku bisa ikut mengambil peran memajukan bangsa ini di masa depan.
Aku juga sangat menantikan peran serta pemerintah daerah dalam pembinaan kepadaku dan juga kepada orang-orang sepertiku. Semoga rekan-rekan dan sahabatku yang pernah hidup dalam dunia yang sama denganku dulu, mau berubah dan bergandengan tangan dengan semua pihak untuk kemajuan bangsa Indonesia.
Harapanku, semua stakeholder, baik dari pemerintah pusat hingga daerah juga pihak-pihak swasta berkenan bergandengan tangan membina kami.
Terima kasih Bapak-Bapak polisi yang telah membinaku, terima kasih Pak Iman yang telah sudi mengunjungiku.
(Editor: Eka Setiawan)
Ketika Kapolres Bogor datang ke Warung Kecilku
Otherby Munir Kartono 29 Januari 2023 1:14 WIB
Komentar