Mengapa Kebangkitan ISIS di Irak Sulit Terwujud: Analisis Multidimensional

Analisa

by Abu Fida Editor by Redaksi

Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) pernah menjadi ancaman global yang signifikan, terutama di wilayah Irak. Namun, sejak kekalahan teritorialnya pada tahun 2017, banyak pihak mempertanyakan kemungkinan kebangkitan kembali kelompok ini di Irak. Analisis ini akan menjelaskan mengapa kemungkinan kebangkitan ISIS di Irak relatif rendah, dengan mempertimbangkan berbagai faktor politik, militer, sosial, dan ekonomi.

Data dan Fakta Kekalahan Militer dan Teritorial ISIS

Pada Desember 2017, Irak secara resmi mengumumkan kemenangan atas ISIS setelah tiga tahun perang.

Menurut laporan Departemen Pertahanan AS (2020), ISIS kehilangan 95% wilayah yang pernah dikuasainya di Irak dan Suriah.

Operasi Inherent Resolve melaporkan bahwa lebih dari 110.000 anggota ISIS tewas atau ditangkap sejak 2014.

Analisis:

Kekalahan militer ISIS bukan hanya tentang kehilangan wilayah, tetapi juga tentang hancurnya infrastruktur, berkurangnya jumlah pejuang, dan hilangnya sumber daya kritis. Pemulihan dari kekalahan sebesar ini membutuhkan waktu, sumber daya, dan kondisi yang mendukung - sesuatu yang saat ini tidak dimiliki ISIS di Irak.

Data dan Fakta Peningkatan Kapabilitas Pasukan Keamanan Irak

Anggaran pertahanan Irak meningkat dari $9,9 miliar pada 2017 menjadi $11,3 miliar pada 2021 (SIPRI).

Pasukan Keamanan Irak telah menerima pelatihan dari koalisi internasional, dengan lebih dari 200.000 personel terlatih sejak 2014 (NATO Mission Iraq, 2022).

Operasi kontraterorisme Irak meningkat 32% pada 2021 dibandingkan 2020 (Iraqi Counter Terrorism Service, 2022).

Analisis:

Peningkatan kapabilitas pasukan Irak, baik dalam hal anggaran, pelatihan, maupun operasi, membuat mereka lebih siap menghadapi ancaman ISIS. Ini menciptakan lingkungan yang jauh lebih sulit bagi ISIS untuk beroperasi atau membangun kembali kekuatannya.

Data dan Fakta Dukungan Internasional yang Berkelanjutan

AS telah mengalokasikan $347 juta untuk dukungan militer ke Irak pada tahun fiskal 2022 (U.S. Department of State, 2022).

NATO memperpanjang misinya di Irak hingga 2024, fokus pada pelatihan dan pengembangan kapasitas (NATO, 2022).

Lebih dari 80 negara tergabung dalam Global Coalition to Defeat ISIS (U.S. Department of State, 2023).

Analisis:

Dukungan internasional yang konsisten membantu Irak mempertahankan tekanan pada ISIS. Ini mencakup bantuan militer, pelatihan, intelijen, dan dukungan ekonomi, yang semuanya membuat lingkungan operasional ISIS semakin sulit.

Data dan Fakta Perubahan Dinamika Politik dan Sosial

Partisipasi pemilih dalam pemilu Irak 2021 mencapai 44%, meskipun lebih rendah dari 2018, namun menunjukkan komitmen terhadap proses demokratis (IHEC, 2021).

Survei oleh National Democratic Institute (2022) menunjukkan 68% warga Irak menolak ideologi ekstremis.

Rekonsiliasi antara komunitas Sunni dan Syiah meningkat, dengan 72% responden menyatakan hubungan antar-komunitas membaik (IRI poll, 2023).

Analisis:

Perubahan politik dan sosial di Irak menciptakan lingkungan yang kurang kondusif bagi narasi ISIS. Peningkatan partisipasi politik dan rekonsiliasi antar-komunitas mengurangi ruang bagi ideologi ekstremis untuk berkembang.

Data dan Fakta Penurunan Dukungan Finansial dan Logistik

Pendapatan ISIS turun dari sekitar $1,9 miliar pada 2014 menjadi kurang dari $200 juta pada 2021 (RAND Corporation, 2022).

Operasi anti-pencucian uang global telah membekukan lebih dari $3 miliar aset terkait ISIS sejak 2015 (FATF Report, 2023).

Jumlah foreign fighters yang bergabung dengan ISIS turun 90% dari puncaknya pada 2015 (UN Security Council, 2022).

Analisis:

Penurunan drastis dalam pendanaan dan dukungan logistik membatasi kemampuan ISIS untuk merekrut, melatih, dan melakukan operasi skala besar. Tanpa sumber daya yang memadai, kebangkitan signifikan sulit terjadi.

Data dan Fakta Perubahan Persepsi Publik

Survei Arab Barometer (2022) menunjukkan hanya 1,2% responden Irak yang menyatakan dukungan untuk kelompok ekstremis.

82% warga Irak menyatakan ISIS sebagai ancaman serius bagi negara mereka (Pew Research Center, 2023).

Tingkat kepercayaan terhadap institusi keamanan Irak meningkat dari 43% pada 2017 menjadi 61% pada 2022 (NDI Iraq Survey, 2022).

Analisis:

Perubahan persepsi publik mencerminkan penolakan luas terhadap ideologi ISIS. Ini mengurangi "kolam perekrutan" potensial dan dukungan masyarakat yang pernah dinikmati ISIS di beberapa wilayah Irak.

Data dan Fakta Adaptasi Strategi Kontraterorisme

Irak meluncurkan Strategi Nasional Kontraterorisme 2021-2025, fokus pada pencegahan, perlindungan, dan rehabilitasi.

Program deradikalisasi Irak telah menangani lebih dari 5000 mantan anggota ISIS sejak 2018 (Iraqi Ministry of Justice, 2023).

Penggunaan teknologi dalam kontraterorisme meningkat, dengan implementasi sistem pengawasan AI di 12 kota besar Irak (Iraqi Ministry of Interior, 2022).

Analisis:

Pendekatan kontraterorisme yang lebih komprehensif dan adaptif membuat Irak lebih siap menghadapi ancaman ISIS. Fokus pada pencegahan dan rehabilitasi, selain tindakan keras militer, mengurangi kemungkinan kebangkitan ISIS.

Data dan Fakta Perubahan Geopolitik Regional

Normalisasi hubungan Irak-Saudi Arabia, ditandai dengan pembukaan perbatasan Arar pada 2020 setelah 30 tahun.

Peningkatan kerjasama keamanan regional, dengan Irak bergabung dalam Arab Coalition for Maritime Security pada 2023.

Penurunan ketegangan Iran-AS di Irak, dengan pengurangan 40% serangan terhadap fasilitas AS di Irak pada 2022 dibanding 2021 (CSIS, 2023).

Analisis:

Stabilisasi geopolitik regional mengurangi ruang manuver ISIS. Peningkatan kerjasama keamanan regional dan normalisasi hubungan antar negara membuat koordinasi kontraterorisme lebih efektif.

Data dan Fakta Perbaikan Ekonomi dan Pembangunan

PDB Irak tumbuh 5,9% pada 2022, tertinggi sejak 2016 (World Bank, 2023).

Tingkat pengangguran turun dari 13,7% pada 2017 menjadi 11,3% pada 2022 (ILO, 2023).

Investasi asing langsung (FDI) ke Irak meningkat 27% pada 2022 dibanding tahun sebelumnya (UNCTAD, 2023).

Analisis:

Perbaikan ekonomi dan peningkatan pembangunan mengurangi kondisi yang sebelumnya dieksploitasi ISIS untuk perekrutan. Peningkatan lapangan kerja dan prospek ekonomi memberikan alternatif bagi populasi yang rentan terhadap radikalisasi.

Data dan Fakta Ancaman Evolusi Karakteristik

Serangan ISIS di Irak turun 68% pada 2022 dibanding 2019 (CSIS Transnational Threats Project, 2023).

85% serangan ISIS pada 2022 adalah serangan skala kecil dengan kurang dari 5 penyerang (Iraqi Security Media Cell, 2023).

ISIS beralih ke taktik "hit-and-run" dan serangan terhadap infrastruktur sipil, menunjukkan penurunan kapabilitas (ISW, 2023).

Analisis:

Perubahan karakteristik serangan ISIS menunjukkan penurunan signifikan dalam kapabilitas operasional. Meskipun masih menjadi ancaman, skala dan dampak serangan jauh berkurang, menunjukkan kemampuan terbatas untuk kebangkitan skala besar.

Kesimpulan

Meskipun ISIS tetap menjadi ancaman yang perlu diwaspadai, analisis multidimensional menunjukkan bahwa kemungkinan kebangkitan signifikan kelompok ini di Irak relatif rendah. Kombinasi faktor-faktor seperti kekalahan militer, peningkatan kapabilitas keamanan Irak, dukungan internasional yang berkelanjutan, perubahan dinamika politik dan sosial, penurunan dukungan finansial, perubahan persepsi publik, adaptasi strategi kontraterorisme, perubahan geopolitik regional, perbaikan ekonomi, dan evolusi karakteristik ancaman, semuanya berkontribusi pada lingkungan yang sangat tidak kondusif bagi kebangkitan ISIS.

Namun, penting untuk dicatat bahwa situasi di Timur Tengah tetap dinamis dan kompleks. Meskipun kemungkinan kebangkitan ISIS saat ini rendah, kewaspadaan tetap diperlukan. Faktor-faktor seperti instabilitas politik yang berkelanjutan, ketegangan sektarian, atau perubahan dramatis dalam dukungan internasional dapat mengubah dinamika ini.

Untuk mempertahankan tren positif ini, Irak dan komunitas internasional perlu terus fokus pada:

  1. Memperkuat institusi pemerintahan dan keamanan.

  2. Mendorong rekonsiliasi nasional dan inklusi politik.

  3. Meningkatkan pembangunan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.

  4. Mempertahankan kerjasama internasional dalam kontraterorisme.

  5. Menangani akar penyebab radikalisasi melalui pendidikan dan program sosial.



Dengan pendekatan komprehensif dan berkelanjutan ini, prospek kebangkitan ISIS di Irak akan tetap rendah, dan membuka jalan bagi stabilitas serta pembangunan jangka panjang di negara tersebut.

Fakta dan data dari Iraq ini semoga berimplikasi Ke Negara tercinta Indonesia sehingga berdampak signifikan dalam mewujudkan perdamaian dikemudian hari





Surabaya, 16 Juli 2024

Abu Fida

(Mahasiswa Program Doktor Islamic Studies PPs UINSA)

Komentar

Tulis Komentar