Facebook, platform media sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia dengan 137 juta pengguna, telah melakukan banyak upaya untuk menindak jenis konten tertentu, mengklaim pada tahun 2018 telah menghapus 14 juta konten teroris yang mempromosikan ISIS, al-Qaeda dan afiliasinya.
Pergeseran ekosistem digital ini telah membuat para pendukung ISIS beralih ke Instagram, platform yang dulunya jarang digunakan di nusantara. Hal ini karena bagi aktivis online pro ISIS tidak semudah dulu mempromosikan retorika jihadis di Facebook. Di saat yang sama Instagram sekarang menawarkan tempat yang lebih terbuka untuk postingan-postingan mereka.
Menurut pengamatan saya sejauh ini, Instagram kini menjadi media populer para aktivis online pro ISIS untuk menyebarkan propaganda karena platformnya tidak seketat Facebook dalam menyaring konten. Mereka menggunakan metode tertentu agar upload mereka tidak ditandai sebagai berbahaya.
Mereka biasanya mengupload foto atau poster-poster yang berisi narasi tentang ajaran mereka dan kalimat propaganda dengan bahasa yang baik dan tidak ada visual yang menunjukkan kekerasan. Kemudian sistem tidak akan mengenalinya sebagai unggahan berbahaya karena berupa gambar. Bukan teks yang bisa terdeteksi oleh sistem (artificial intellegence) yang semakin canggih. Itulah cara mereka menghindari pemblokiran.
Para aktivis online pro ISIS berbagi konten satu sama lain dan terhubung melalui pengikut Instagram dan fitur mengikuti. Sebagian besar konten yang diunggah dibangun seputar ulama radikal Indonesia dan perekrut ISIS Aman Abdurrahman, serta ajaran Tauhid versi pemahaman ISIS (takfiri).
Meskipun Aman Abdurrahman saat ini berada di penjara dengan keamanan tinggi di Pulau Nusakambangan, ceramahnya masih beredar luas secara online. Paling banyak masih beredar di platform Telegram. Tetapi mulai banyak beredar pula di Instagram berupa klip-klip pendek berisi rekaman audio ceramah Aman Abdurrahman.
Tren penyebaran yang bersifat acak dan kurangnya koordinasi di antara aktivis online pro ISIS di Indonesia membuat sulit untuk mengidentifikasi siapa mereka. Banyak di antara para pendukung ISIS yang memandang penyebaran konten online sebagai persyaratan minimum untuk tetap dianggap sebagai pendukung ISIS.
Tingkat loyalitas terendah bagi mereka adalah menyebarkan konten. Kemudian level selanjutnya adalah mendanai aktivitas terkait terorisme maupun support finansial bagi keluarga anggota ISIS yang dipenjara, dan level tertinggi adalah melakukan aksi terorisme.
Saya berharap agar orang-orang aktif melaporkan akun yang menyebarkan ajaran dan propaganda radikal, sehingga bisa membantu pemerintah dan penyedia platform untuk memantau dan menghapus akun dan konten tersebut.
Ingat, semua pihak bisa memiliki peran untuk mengatasi penyebaran konten radikal di internet. Para aktivis online pro ISIS selalu mencari cara untuk menyebarkan propaganda mereka. Jadi jangan sampai kita tidak peduli dengan fenomena ini.
ilustrasi: pixabay.com
Komentar