Membedah Pola Gerakan MIT: Fase Kedua, Propaganda Internasional (2)

Analisa

by Arif Budi Setyawan

Ketika saya menanyakan kepada sahabat saya yang ada di MIT mengenai apa yang mendasari MIT berubah dari penyelenggara pelatihan menjadi mulai melakukan penyerangan, saya mendapat jawaban yang mengejutkan.


Menurutnya hal itu dilakukan karena mereka melihat banyaknya alumni pelatihan yang menyebar ke berbagai wilayah dan banyaknya dukungan yang mengalir dari masyarakat di berbagai penjuru daerah di luar Poso, terutama dari Jawa dan Bima. Sehingga mereka merasa sudah cukup kuat untuk mulai melakukan perlawanan.


Para alumni pelatihan itu diharapkan akan mampu menjadi agen-agen pengumpulan dana dan logistik untuk kelompok yang bergerilya di pegunungan. Yang dimaskud pengumpulan dana ini bisa dengan cara yang soft maupun dengan kekerasan. Selain itu para alumni juga diharapkan suatu saat nanti bisa melakukan aksi tempat-tempat lain untuk memecah konsentrasi aparat di Poso. Sepintas alasan dan rencana strategi itu memang terlihat sangat keren. Namun pada kenyataannya banyak yang terjadi di luar harapan.


Di samping itu ada dukungan dari kelompok Mujahidin Indonesia Barat (MIB) yang akan fokus mendukung dari sisi finansial dan logistik. Saat itulah saya baru mengetahui bahwa ada hubungan antara MIB dengan MIT.


Strategi ini mulai tersendat ketika aparat keamanan mulai menangkap para anggota MIT dan simpatisannya yang ada di perkampungan atau di perkotaan. Yang mana mereka ini adalah penyuplai dan kurir logistik serta penunjuk jalan bagi orang yang akan bergabung dengan MIT. Di tempat lain kelompok MIB pun kocar-kacir dikejar aparat.


Itu semua membuat rancangan strategi itu makin lama semakin berat untuk dijalankan. Tetapi masih bisa terus berjalan meski terseok-seok sampai pertengahan 2014. Setidaknya ketika ada yang tertangkap masih ada lagi orang yang akan menggantikannya meskipun kualitas dan kuantitasnya semakin menurun.


Di awal tahun 2013 atau kalau tidak salah di bulan Februari-Maret 2013, sahabat saya yang di MIT itu bercerita dalam salah satu sesi chatting dengan aplikasi enkripsi Asrar Dadarshah, bahwa MIT Press (sayap media MIT diberi nama MIT Press) sedang memproduksi sebuah video yang akan dikirimkan kepada GIMF (Global Islamic Media Front) untuk dirilis atas nama Shoutul Jihad Nusantara (SJN).


GIMF adalah sayap media global resmi milik Al Qaeda yang menjadi promotor bagi rilisan-rilisan resmi dari kelompok-kelompok jihad kecil yang belum memiliki media resmi berkelas internasional. Sedangkan SJN adalah seksi GIMF bahasa Indonesia/Melayu yang diperuntukkan bagi kelompok-kelompok jihad di Asia Tenggara.


Tujuan dari dibuatnya video itu adalah untuk mendapat pengakuan dari dunia jihad global dan menarik simpatisan yang baru. Waktu itu naskah atau script yang akan dibacakan untuk voice over si narator dalam video itu dikirim ke saya untuk mendapatkan masukan dan tambahan yang mungkin diperlukan. Dari script yang saya terima itu saya tahu alur dari video yang akan dibuat dan betapa provokatifnya kalimat-kalimat di dalamnya.


Sayangnya video itu baru dirilis oleh GIMF pada awal bulan April 2014. Dua bulan pasca meninggalnya sahabat saya yang di MIT itu dalam sebuah kontak tembak dengan aparat keamanan. Namun dampak dari rilisan itu sempat saya saksikan. Ada salah satu member Forum Al Busyro yang ingin menyumbangkan uang dan barang-barang yang diperlukan. Saya yang kemudian menggantikan posisi sahabat saya itu akhirnya menjadi penghubung dengan MIT untuk menyalurkan bantuan tersebut. Waktu itu saya bisa berhubungan langsung dengan tangan kanan mendiang Santoso yang mengerti teknik komunikasi yang aman.


Saya sungguh tak menyangka bahwa video itu membuat MIT dikenal di berbagai penjuru dunia, bahkan setelah saya masuk penjara sempat ada orang-orang dari Uighur yang datang ingin bergabung.


Ketika menyadari bahwa mereka mulai dikenal di kancah jihad global, pada saat yang sama ISIS muncul mendeklarasikan eksistensinya (sebelum deklarasi khilafah mereka) dan memperoleh simpati dari berbagai penjuru dunia termasuk Indonesia.


Melihat banyaknya orang-orang Indonesia yang mendukung ISIS, muncullah rancangan strategi baru untuk meningkatkan kekuatan MIT.


(Bersambung ke tulisan berikutnya)


ilustrasi: pixabay.com

Komentar

Tulis Komentar