Bicara soal kelompok yang didefinisikan oleh aparat keamanan sebagai kelompok teroris, nama Jamaah Islamiyah (JI) adalah yang paling senior dan paling lama eksis bila dibandingkan dengan MIT (Mujahidin Indonesia Timur), MIB (Mujahidin Indonesia Barat), atau JAD (Jamaah Ansharud Daulah).
Banyak pakar terorisme menyebut bahwa untuk ancaman jangka panjang JI lebih berbahaya, tetapi untuk jangka pendek ISIS atau JAD-lah yang berbahaya. Mengapa untuk jangka panjang JI lebih berbahaya? Karena perbedaan narasi mereka dengan narasi JAD.
Nama Jamaah Islamiyah mulai dikenal publik sejak pasca Bom Bali 1 tahun 2002. Secara organisasi malah telah berdiri sejak 1993. Bandingkan dengan MIT yang baru muncul 2012 atau JAD di tahun 2015. Apa yang membuat JI bisa bertahan selama itu? Karena narasi yang mereka mainkan.
Sampai kapan JI akan bisa bertahan? Ini juga tergantung bagaimana mereka bisa mempertahankan narasi perjuangannya.
Lalu apa sih narasi perjuangannya JI itu?
Narasinya sederhana. Menegakkan syariat Islam dalam kehidupan melalui jalan dakwah dan jihad. Seandainya tidak ada kata jihad, saya yakin JI tidak akan jadi apa yang disebut aparat keamanan sebagai organisasi teroris.
Ada apa dengan jihad? Kok jadi tindak pidana? Ok, meskipun hari ini JI berpendapat belum waktunya berjihad, tapi masih ada hal terkait jihad yang masih mereka lakukan dan merupakan tindak pidana. Yaitu pelatihan militer. Itu poin yang selalu menjadi delik untuk memberangus para anggota JI yang terlibat.
Kenapa pelatihan militer menjadi tindak pidana? Karena menggunakan senjata api dan bahan peledak tanpa izin resmi dari negara. Kelompok Klaten yang ditangkap awal 2014 itu karena keberadaan bengkel perakitan senjata. Yang di Lampung baru-baru ini pun sama. Ditemukan senjata rakitan di dalam bunker.
Coba latihan menembaknya itu ikut PERBAKIN, mungkin akan lain ceritanya. Atau misalnya di Indonesia ada program wajib militer. Saya yakin kalau ada wajib militer, kasus anggota JI merakit senjata akan berkurang drastis.
Kembali ke narasi perjuangan JI, menegakkan syariat Islam dalam kehidupan melalui jalan dakwah dan jihad. Menegakkan syariat Islam itu ada beberapa tingkatan. Dari individu hingga ke level negara. Belum mampu di level negara ya minimal di level individu. Mungkin banyak yang beranggapan untuk level negara baru akan terjadi di era Imam Mahdi. It’s ok. Sudah dianggap telah berjuang maksimal.
Dan itu semua bisa dilakukan dengan damai tanpa konfrontasi. Konfrontasi hanya akan menjadi pilihan terakhir ketika dakwah dihalang-halangi dengan kekuatan bersenjata serta telah terjadi kezhaliman yang telah melampaui batas terhadap umat Islam. Itulah narasinya.
Artinya jika dakwah lancar-lancar saja seharusnya semua juga akan baik-baik saja. Apalagi saat ini saya melihat gerakan dakwah JI semakin melebur dengan gerakan dakwah populer. Misalnya mulai mengajarkan apa yang diajarkan di kalangan Nahdliyin.
Dari sini bisa disimpulkan, JI sebagai gerakan dakwah dan sosial akan bisa bertahan sangat lama. Tetapi belum tentu sebagai gerakan jihad. Jika ingin bertahan lama sebagai gerakan jihad, JI harus melakukan revolusi besar terkait pemikiran jihadnya. Bagaimana melakukan i’dad tanpa melanggar hukum di Indonesia adalah tantangan terbesar mereka.
Komentar