Mungkinkah Kelompok Teroris Menyerang Menggunakan Senjata Biologi ?

Analisa

by Arif Budi Setyawan

Berita seputar penyebaran dan penanganan virus Corona masih meramaikan pemberitaan semua media. Para ahli disibukkan untuk melakukan pengamatan dan penelitian yang seksama guna menemukan pola penyebaran dan cara menghentikannya.


Saya pribadi tertarik untuk memantau data perkembangan kasus ini dari data yang dirilis oleh website monitor Johns Hopkins CSSE. Website ini merangkum data per hari dari seluruh dunia sejak virus ini merebak, berapa total confirmed dan total meninggal kasus virus Corona. Jika perhitungan dimulai dari 22 Januari 2020, maka per tanggal 31 pukul 9.30 WIB, kita bisa melihat pergerakan datanya sebagai berikut :


Tanggal 22 Januari, ada 651 confirmed, 25 meninggal, dan seterusnya. Lalu pada tanggal 31 Januari pukul 9.30 WIB ada 9.776 confirmed yang 9.668-nya ada di China, 213 meninggal dunia, dan 187 pasien sembuh di seluruh dunia. (https://www.liputan6.com/news/read/4168580/infografis-wabah-virus-corona-darurat-kesehatan-global )


Membaca pola ini, maka sejauh ini yang bisa dilihat, penderita baru virus ini tumbuh rata-rata 1000 kasus setiap harinya. Apakah angka ini kecil? Tidak. Itu mengerikan.


Sekarang mari kita lihat data persentase kematiannya. Jika melihat angka-angka ini sejak 22 Januari lalu, maka dari total penderita yang confirmed, sebesar 2,2% penderitanya meninggal. Ini tentu lebih buruk dibanding flu biasa yang 0,13% (data WHO 2019).


Dampak Penyebaran Virus Corona yang Lain


Kita tahu China, salah-satu negara paling kuat di dunia hari ini, sedang habis-habisan memblokade penyebaran virus Corona. Negara ini jelas sangat tangguh. Mereka bisa membangun RS besar hanya hitungan hari jadi. Mereka bisa menggerakkan jutaan anggota militernya. Mereka jelas sangat berkepentingan memutus rantai penyebaran virus Corona.


Karena walaupun angka kematiannya hanya kurang lebih 2%, bayangkan jika satu bulan dari sekarang dari sekarang ada 1 juta penduduknya yang terkena virus ini, itu berarti akan banyak sekali RS yang membludak, dan kekacauan terjadi di mana-mana. Akan ada lebih banyak lagi kota yang diisolasi, transportasi lumpuh, dan semua terhenti. Tatanan ekonomi, sosial, bahkan politik mereka bisa ambruk. Betapa hebatnya dampak sebuah wabah penyakit menular.


Tapi jangan cemaskan China; mereka lebih peduli dan lebih serius mengatasi penyebaran virus ini. Saya ingin mengajak untuk berfikir, bagaimana jika teroris menyerang menggunakan senjata biologi berupa virus mematikan ?


Teroris Menggunakan Senjata Biologi, Mungkinkah?


Melihat dampak yang begitu dahsyat dari sebuah wabah penyakit menular pada sebuah negara, yang bisa menguras sumber daya ekonomi dan mengganggu stabilitas kawasan, bisa jadi senjata biologi dilirik oleh kelompok teroris untuk mereka gunakan menyerang musuh-musuhnya.


Senjata biologi secara teknis lebih mudah diselundupkan dan disebarkan tanpa terdeteksi. Tahu-tahu sudah muncul menjadi sebab penyakit di suatu wilayah. Tapi bagaimana dengan penciptaan virusnya? Dan bagaimana jika virus itu menjadi tak terkendali dan menyebar ke seluruh dunia sehingga justru akan membunuh para anggota dan simpatisan kelompok teroris itu?


Virus penyakit tidak seperti virus komputer. Yang biasanya ketika disebarkan, si pencipta virus sudah menemukan penangkalnya (ini berlaku untuk virus yang sengaja diciptakan). Tinggal tunggu waktu yang tepat, penangkal virus itu akan segera dirilis. Banyak motif yang mendasari aksi seperti ini.


Kembali ke kemungkinan serangan senjata biologi oleh kelompok teroris. Dari sisi penciptaan virus, sejauh yang saya tahu belum pernah ada terdengar atau disebut dalam rilisan resmi kelompok-kelompok teroris bahwa mereka memiliki laboratorium biologi. Yang sering disebut adalah adanya laboratorium kimia dan bahan peledak.


Kemudian dari sisi kemungkinan virus menjadi tidak terkendali dan justru akan membunuh para anggota dan simpatisan kelompok teroris juga semakin mengecilkan kemungkinan mereka menyerang mengunakan senjata biologi.


Menurut saya lebih mungkin teroris menyerang menggunakan senjata kimia berupa racun dan sebagainya daripada menggunakan senjata biologi.



ilustrasi: pixabay.com

Komentar

Tulis Komentar