Literasi dan Pergaulan: Dua Hal yang Paling Mempengaruhi Pikiran dan Tindakan

Other

by Arif Budi Setyawan

Coba Anda perhatikan komentar atau status para rekan-rekan Anda di media sosial. Apa sih yang paling umum dibicarakan? Dan apa yang umum dibicarakan itulah sebenarnya isi pikirannya secara dominan atau secara keseluruhan.


Misalnya isinya masalah galau, baper, pasti perasaan dan pikiran berkisar masalah sosial seperti hubungan percintaan, persahabatan atau sejenisnya sedang menerpa dirinya. Atau memang itu kesukaannya. Nggak ada masalah pun hal seperti itu tetap yang disukainya.


Atau seperti kisah Ervin Magic Johnson yang pernah ditanya mentor bisnisnya yang juga merupakan pemilik LA Lakers, Jerry Buss. Ketika itu tahun 1987 Magic Johnson masih pemain NBA aktif namun dia ingin menjadi pebisnis, seperti Jerry.


Ketika itu Magic Johnson bertanya pada Jerry: “Will you be my business mentor?”, Jerry tidak segera menjawab tapi malah bertanya balik: “Apa yang Anda baca pertama kali ketika membuka koran pagi?” Magic menjawab, “Halaman olahraga karena saya adalah seorang atlet!”.


Suatu hari Magic berkesempatan meminta kepada Jerry hal yang sama. Jerry pun bertanya, “Apa Anda membaca koran pagi ini?” Dijawab Magic, “Ya, dan saya membaca halaman bisnis!”


Jerry mengulurkan tangan dan menjawab, “I’m your business mentor”. Dan tak lama kemudian Magic Johnson membeli 5% saham LA Lakers sebagai strategi bisnis awalnya. Ok. Sekarang apa pesan moral atau pelajaran dari  kisah Magic dan Jerry ini?


Jadi kalau Anda ingin memiliki materi lebih banyak dari sekarang, mulailah perbanyak baca business news, berkumpul dengan pedagang, diskusi tentang keuangan. Selama status-statusnya masih “aduh jemuran belum kering”, “ rasain luh”, dsb, maka ya bisa kita tebak apa itu isi pikirannya di kebanyakan waktunya.


Maka sebenarnya demikian pula yang terjadi pada para pendukung ISIS. Yang mereka konsumsi setiap hari adalah konten-konten berita tentang ISIS dan ajaran ISIS. Status-statusnya pun seputar itu semua. Yang mereka bahas pun demikian.


Semakin lama akan semakin mengakar. Semakin terbodohi karena tidak diimbangi dengan membaca dari sumber yang lain. Apalagi jika sudah termakan doktrin sesat bahwa apapun berita, apapun pendapat, apapun ajaran yang berasal dari orang-orang di luar kelompoknya adalah salah. Makin jauhlah orang itu akan tersesat.


Doktrin ini sangat kuat karena diawali dengan narasi bahwa kelompok ISIS adalah satu-satunya yang berhasil mendeklarasikan Daulah/Khilafah -versi mereka- di mana belum pernah dicapai oleh kelompok-kelompok pejuang Islam yang lain. Jadi buat apa mengikuti fatwa, pendapat, atau ajaran dari kelompok lain yang belum berprestasi sebagaimana prestasi mereka?


Doktrin ini pula yang kemudian akan menuntun mereka dalam memilih kawan. Mereka akan cenderung mencari kawan yang sepemahaman yang bisa saling menguatkan dalam mengamalkan ajaran-ajaran ISIS.


Lebih jauh lagi ketika setiap hari yang dikonsumsi adalah ajaran ISIS dan berita-berita tentang aksi para pendukung ISIS dari seluruh penjuru dunia, maka akan timbul rasa iri dan keinginan untuk meniru apa yang dilakukan pendukung ISIS di luar negeri sana. Maka kemudian terjadilah berbagai aksi teror di negeri kita ini.


Dari dua pembahasan di atas, ada satu titik kesamaan proses antara orang yang ingin memulai bisinis dengan para pendukung ISIS. Yaitu dimulai dari membaca literasi dan mencari kawan.


Jadi, jika ingin memiliki pemikiran dan pemahaman yang sehat, maka perhatikanlah apa yang akan kita masukkan ke dalam pikiran kita dan siapa kawan yang akan kita pilih.


Komentar

Tulis Komentar