Membaca Arah Strategi ISIS di Balik Serangan Terhadap Gereja di Srilanka (1)

Analisa

by Arif Budi Setyawan

Kelompok ISIS selama ini identik dengan segala sesuatu yang bersifat instan dan cepat menyebar. Termasuk cara untuk memperoleh pengakuan atau perhatian dunia.


Lihatlah bagaimana ketika mereka tiba-tiba mendeklarasikan ‘khilafah’ versi mereka di saat mereka masih sibuk berperang dan baru menguasai sedikit wilayah. Hal itu kemudian diikuti dengan propaganda masif tentang ‘khilafah’ mereka melalui semua media yang mereka miliki.


Dengan melakukan hal itu, mereka berharap mendapatkan pengikut dan pendukung sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat. Inovasi mereka itu merupakan sebuah revolusi yang sangat berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Al Qaeda sebelumnya.


Jika ISIS hanya perlu bukti video baiat untuk mengklaim bahwa kelompok itu adalah bagian dari mereka, maka tidak demikian dengan Al Qaeda. Al Qaeda perlu pembuktian melalui amal nyata yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu sehingga diketahui kualitas kelompok itu dari sisi ‘jalan perjuangan’ dan kemampuannya.


Al Qaeda sangat peduli dengan kualitas meski tidak terlihat keren dengan memiliki para pendukung narsis dari seluruh dunia. Sementara ISIS hanya mementingkan popularitas dan banyaknya pendukung.


ISIS tidak peduli dengan kualitas. Yang penting nama mereka berkibar.


Lihat saja aksi-aksi para pendukung mereka di Indonesia yang cuma ‘recehan’ tapi mereka dengan bangga mengklaim dan menyebarkannya. Yang penting terlihat oleh dunia bahwa mereka punya banyak pendukung meski baru lahir belakangan. Yang penting terlihat memiliki lebih banyak pendukung daipada Al Qaeda yang telah ada jauh sebelum mereka.


Bagi ISIS yang terpenting adalah ada aksi, tak peduli dengan kualitas aksi itu ataupun dampak jangka pendek/panjang dari aksi itu. Hal ini menyebabkan mereka cenderung mencari-cari musuh untuk diserang.


Al Qaeda fokus pada memerangi Yahudi-Amerika dan sekutunya atau berperang bersama masyarakat lokal melawan pemerintahan yang dibenci oleh rakyatnya. Atau aksi pembelaan terhadap Islam yang isunya disepakati oleh mayoritas umat Islam di dunia seperti penyerangan terhadap Charlie Hebdo yang menghina Rasulullah SAW.


Sementara ISIS akan menyerang siapa saja pihak yang dianggap musuh dan bisa diserang. Umat beragama lain beserta tempat ibadahnya, aparat negara, dan bahkan sesama pejuang yang berperang di Syiria pun akan mereka serang jika telah ‘ditetapkan’ sebagai musuh oleh para petinggi ISIS.


Mereka melakukan hal ini karena ingin cepat dianggap sebagai kelompok yang paling berpengaruh, yang paling berbahaya, dan yang paling menakutkan di dunia.


Di sisi lain, ada banyak orang terutama para pemuda yang baru belajar agama (Islam) yang termakan oleh propaganda ISIS. Ada orang-orang yang ingin meraih surga dengan cepat yang terinspirasi oleh propaganda ISIS. Ada orang-orang yang ingin memberontak yang terinspirasi oleh propaganda ISIS.


Bagaimana propaganda ISIS bisa mempengaruhi mereka ?


Ketika ISIS telah menjadi kelompok yang sangat ditakuti oleh dunia, orang-orang yang ingin memberontak melihat cara instan untuk mendapatkan perhatian dunia adalah dengan menyatakan diri sebagai bagian dari ISIS dengan jalan berbaiat kepada pemimpin ISIS.


Kemudian dalam menentukan jenis dan target serangan, orang-orang ini mengacu atau terinspirasi pada apa yang telah dilakukan oleh ISIS di seluruh dunia. Dicari mana yang paling mudah dilakukan di wilayahnya.


Inilah yang kemudian dilakukan oleh kelompok National Thowheed Jamaath (NTJ) yang menyiapkan video baiat kepada pemimpin ISIS sebelum melakukan aksi penyerangan bom bunuh diri ke beberapa gereja di Srilanka.


Sejatinya mereka adalah kelompok kecil yang kurang diperhatikan baik di tingkat kawasan maupun internasional. Tetapi mereka ingin mengguncang dunia dengan aksi mereka.


Pertanyaan yang kemudian muncul adalah : apakah aksi itu atas perintah dari ISIS atau inisiatif dari kelompok NTJ ?


(Bersambung)

Komentar

Tulis Komentar