Idul Fitri: Menekan Tombol Reset, Memulai Lembaran Baru

Other

by Rosyid Nurul Hakiim

Salam Para Pembaca,

Saat takbir berkumandang menyelimuti langit dunia, di saat itu pulalah kita sadar bahwa satu bulan yang penuh berkah itu telah lewat. Waktu adalah hal yang tidak pernah kita dapatkan kembali. Semoga sebulan kemarin kita mendapatkan semua keutamaan bulan Ramadhan dan masih diberi kesempatan untuk bertemu kembali di tahun depan.

Idul Fitri, sekian banyak orang yang menyebutnya sebagai hari kemenangan. Ini mungkin merujuk pada kisah perang Badar yang dimenangkan Rasulullah pada bulan Ramadhan, dan sisa-sisa luka serta keletihan akibat perang itu masih dirasakan saat Idul Fitri, di 1 Syawal tahun 2 Hijriah. Ketika itu, perang Badar adalah kemenangan besar bagi umat Muslim.

Kemenangan juga sering disematkan pada hari raya ini sebagai bentuk keberhasilan manusia dalam menjalani sebulan penuh puasa. Tidak hanya secara lahiriah, tetapi juga puasa secara batiniah.

Namun, dibalik susana gembira dalam merayakan kemenangan itu, khusus bagi masyarakat Indonesia, Idul Fitri bisa menjadi modal penting untuk membangun bangsa ini melalui masyarakatnya. Modal apakah itu?

 

  1. Mudik sebagai bukti bahwa kita tidak pernah hilang dari akarnya


Dari tahun ke tahun, Idul Fitri atau lebih familiar disebut lebaran, adalah momen eksodus terbesar warga Indonesia. Mereka yang bekerja di kota, berbondong-bondong bergerak pulang, kembali pada akar keluarganya.

Berbagai kesulitan dalam perjalanan, sekejap lebur ketika sudah bertemu kembali dengan keluarga. Budaya ini menunjukkan besarnya keinginan kita untuk kembali pada akar, menjadi kacang yang tidak lupa pada kulitnya. Kembali merujuk pada budaya-budaya luhur yang menjadi fondasi bangsa ini. Saat kita mungkin lupa dengan tenggang rasa atau tepa selira, momen mudik ini bisa pengingat untuk hal itu.

 

  1. Halal bi Halal sebagai bukti kekuatan komunal 


Susana kemeriahan Idul Fitri, biasanya akan selalu diikuti dengan satu acara yang memungkinkan kita berkumpul kembali, tidak hanya sanak keluarga, tetapi juga teman dan tetangga. Halal bi Halal, begitu acara itu dinamakan. Melalui satu momen special ini, kita dengan suka cita bertemu dengan beragam orang dan saling bermaaf-maafan. Meskipun permintaan maaf tidak harus menunggu momen ini, akan tetapi dinamika sosial yang terjadi pada Halal bi Halal bisa menjadi kekuatan tersendiri.

Setiap anggota masyarakat, dengan penuh kesadaran, saling bertemu, mengesampingkan perbedaan, saling memeluk dan meminta maaf. Karakter yang sudah dibangun setiap tahun ini bisa menjadi modal penting untuk memperkuat keutuhan bangsa ini, di tengah terpaan ujian perpecahan.

 

Dua modal penting itulah yang menjadikan Idul Fitri sebagai tombol reset untuk memulai kembali rajutan keharmonisan di negara ini. Sebagai sebuah negara yang besar, tentunya beragam ujian terhadap keutuhannya akan terus menerus terjadi. Akan tetapi, setiap tahun, kita semacam memiliki satu tombol yang membuat lembaran-lembaran penuh dengan tinta merah itu luruh dan menjadi lembaran putih kembali.

Oleh karena itu, Ruangobrol.id mengajak seluruh pembacanya dan masyarakat Indonesia pada umumnya untuk kembali meresapi makna Idul Fitri. Sehingga, kita bisa memulai lembaran baru yang lebih inklusif dan saling mendukung untuk kemajuan bangsa ini.

Mohon maaf lahir dan batin untuk segala kesalahan yang pernah kami buat. Selamat Idul Fitri 1440 H, semoga kita mendapatkan keberkahan Ramadhan dan dapat bertemu kembali di tahun depan.

 

Tim Redaksi Ruangobrol.id



 

 

 

Komentar

Tulis Komentar