Menjadi Berharga Karena Masa Lalu

Other

by Arif Budi Setyawan

Anda tentu pernah mendengar sebuah lukisan kuno atau artefak kuno atau sebuah perangko kuno, motor kuno, mobil kuno, dan sebagainya bisa laku dengan harga yang super fantastis pada sebuah acara lelang.


Apa yang membuat barang-barang tersebut jadi mahal? Padahal seringkali barang-barang itu sudah tidak bisa difungsikan alias hanya akan menjadi hiasan atau pajangan.


Ternyata selain karena keunikannya, yang menjadikannya mahal adalah karena sejarahnya alias masa lalu barang tersebut.


Seorang saksi dalam sebuah pengadilan suatu perkara menjadi sangat berharga dan penting juga karena suatu kejadian di masa lalunya.


Atau seorang pelaku sejarah yang masih hidup akan menjadi sangat berharga dalam riset penyusunan sejarah sebuah bangsa atau peradaban.


Seorang mantan napiter pun bisa menjadi lebih berharga ketika mampu mengemas beberapa potongan kisah masa lalunya menjadi kisah-kisah inspiratif bagi banyak orang.


Soal menghargai masa lalu yang paling menakjubkan bagi saya adalah kisah seorang pria tampan dan mapan yang menikahi seorang gadis yang -maaf- penyandang disabilitas tidak memiliki tangan yang sempurna sejak lahir.


Mengapa si pemuda itu memilih gadis yang -maaf – cacat? Bukankah jauh lebih banyak gadis dengan tubuh yang sempurna dan cantik?


Saya menikahinya karena ia telah teruji ketabahan dan keteguhannya. Saya menikahinya karena ia telah melalui masa lalu yang penuh perjuangan berat karena keterbatasan fisiknya. Saatnya ia mendapatkan sedikit kemudahan dari Tuhan melalui diri saya”. Begitu kata si pemuda menjawab pertanyaan itu.


Sebuah kisah cinta yang sangat menyentuh dan menginspirasi.


Menghormati Masa Lalu Orang Lain


Tidak ada orang baik yang tidak memiliki masa lalu dan tidak ada orang jahat yang tidak memiliki masa depan”


Kata-kata itu seringkali diucapkan oleh Pak Ali Fauzi Manzi, Ketua Yayasan Lingkar Perdamaian Lamongan kepada para tamu yang datang menemuinya untuk menimba pengalaman beliau dalam membina para mantan napiter dan kombatan yang telah kembali ke jalan damai.


Ungkapan itu sudah cukup untuk mewakili apa yang selama ini beliau lakukan bersama Yayasan Lingkar Perdamaian kepada para binaannya: memberikan kesempatan kedua dan membimbing mereka untuk meraih kehidupan yang lebih layak setelah mereka insaf dari kesalahan yang diperbuat di masa lalu.


Masa lalu mereka itu biarlah menjadi sejarah. Menjadi pelajaran hidup yang berharga. Jangan sampai terlalu terpaku dengan masa lalu sehingga kurang percaya diri untuk memulai hidup baru.


Rasa kurang percaya diri atau takut tidak bisa mendapatkan pekerjaan karena statusnya sebagai mantan napiter itulah yang harus dihilangkan. Dan itu perlu adanya pendampingan dan bimbingan serta pengayoman.


Pak Ali Fauzi mendirikan Yayasan Lingkar Perdamaian salah satunya bertujuan agar menjadi wadah bagi para mantan napiter dan kombatan untuk membantu mereka bisa kembali dihargai dan dihormati oleh masyarakat. Dan di sisi lain juga mengedukasi masyarakat agar bisa menghargai masa lalu seseorang dengan mendukung dan memberikan kesempatan kedua bagi para mantan napiter.


Sebuah usaha yang pantas diapresiasi dan didukung oleh semua pihak. Masa lalu seseorang bukan untuk jadi bahan cemoohan dan ejekan, tetapi untuk dijadikan pelajaran bagi kita semua.



Sumber Ilustrasi: Pixabay.com

Komentar

Tulis Komentar