Terjebak Kecanggihan Teknologi

Other

by Arif Budi Setyawan

Sepuluh tahun yang lalu tidak terbayangkan bahwa akan ada ojek yang bisa dipesan melalui smartphone dan bisa tiba dengan cepat ke tempat di mana kita membutuhkannya.


Sepuluh tahun yang lalu tidak terbayangkan bahwa kita akan bisa memantau lalu lintas cukup dari smartphone di tangan kita.


Sepuluh tahun yang lalu tidak terbayangkan bahwa kita bisa mengikuti bimbingan belajar online, belanja online, dan yang lagi marak saat ini: berhutang pun bisa secara online.


Dahulu juga tidak terbayangkan bahwa semua orang bisa jadi artis tenar melalui YouTube. Semua orang bisa membuat konten. Yang bisa kita tonton bukan lagi sebatas artis bintang film atau sinetron, tapi seorang yang hobi belanja, hobi jalan-jalan, suka melawak, dll, bisa menjadi terkenal di YouTube.


Sinetron mulai tergusur oleh konten-konten YouTube yang jauh lebih beragam. Guru-guru bimbel mulai tergusur oleh ruangguru.com. Lembaga pembiayaan semacam FIF dkk mulai tergusur oleh Akulaku.com dkk.


Bayangkan apa yang akan terjadi 10 tahun ke depan? Bagaimana prospek bisnis dan lapangan kerja di era kecerdasan buatan dan digitalisasi yang semakin canggih dan kompleks? Mau tidak mau kita harus siap menghadapi kemajuan zaman.


Menurut para pakar bisnis, bisnis ke depan itu akan memiliki sifat keterlepasan atau bukan merupakan kelanjutan bisnis masa lalu atau perubahan bentuk dari masa lalu.


Bisnis ke depan bisnisnya bentukan baru. Dan banyak. Dalam 15 tahun kedepan akan ada banyak bisnis yang tumbuh di mana saat ini model bisnis itu belum ada. Bahkan ada yang memprediksi di tahun 2030, ada 40% jenis bisnis baru di masa itu, yang saat ini tidak dikenal sama sekali.


Bahkan mungkin TV dianggap bisnis zaman dinosaurus oleh anak yang lahir di tahun 2030 ke atas, karena tidak kenal TV!


Mari kita lihat ilustrasi berikut. NetTV modalnya triliunan, dengan penonton per hari di perkirakan 1 juta-an pemirsa. Bandingkan dengan Atta Halilintar di YouTube yang per hari penontonnya di atas 5 juta dengan modal tidak lebih dari 1 milyar.


Apa nggak semakin hancur itu dunia TV ke depannya. Bayangkan ditambah lagi 5G yang sudah mulai di pasarkan di dunia saat ini. Tahun 2021 di perkirakan 50% gadget dunia adalah 5G. Di mana speed-nya 10 kali lebih cepat dari 4G. Apalagi 5G yang berbasis satelit bisa mencover luar area sehingga tidak ada “blank spot” dimana-mana dan cepat. Bisa-bisa Tel***s*l dkk di tahun 2022 tinggal separuh omzetnya karena kita pakai 5G negara lain lebih murah.


Maka YouTuber menjadi new content, dan Youtube menjadi NEW TV!


Anak-anak generasi Z yang disebut generasi digital murni ini adalah generasi hyper connected. Menurut prediksi para ahli, di tahun 2030 mereka merupakan 25% angkatan kerja. Dan ini punya gaya bisnis baru. Di tahun 2045 ketika 100 tahun Indonesia emas, anak generasi Z merupakan 75% angkatan kerja produktif.


Apa yang terjadi di dunia pendidikan? Pendidikan akan jadi digital. Guru akan tinggal separuh jumlahnya di tahun 2030 di banding jumlah guru saat ini. Sekolah hanya akan jadi sarana untuk ketrampilan sosial, akhlak dan pengembangan proyek atau riset.


Selain itu yang juga pasti akan terjadi adalah semakin banyaknya pengangguran pada bidang-bidang yang bisa diambil-alih oleh mesin.


Sekedar pengingat masalah banyaknya profesi yang hilang, 10 tahun yang lalu pilot helikopter plus kameramen merupakan pekerjaan dari puluhan ribu orang di seluruh dunia. Saat ini nganggur semua. Alih profesi atau alih bidang, tidak lagi ambil kamera lewat udara karena adanya drone.


Drone dikabarkan akan mulai mengambil alih jatah Go-Food dan supir ojol delivery di tahun 2025. Driverless car akan mengurangi jumlah supir bis dan angkutan umum hingga 50% sepuluh tahun dari sekarang.


Tetapi, di sisi lain dari segala kecanggihan teknologi yang memudahkan urusan manusia pada saat ini, terkandung sebuah kelemahan besar, yaitu ketergantungan dengan teknologi. Terutama teknologi berbasis online. Generasi muda sekarang akan kehilangan gairah hidup ketika tidak bisa online.


Saya jadi membayangkan jika suatu saat nanti teknologi digital dan kecerdasan buatan itu mungkin akan diperangi oleh manusia karena terlampau banyak mengambil jatah pekerjaan manusia. Jangan-jangan perang antara komputer dan manusia seperti di film Terminator itu akan segera menjadi kenyataan?


(Diolah dari beberapa artikel di channel motivasi bisnis di Telegram)



ilustrasi: Pixabay.com

Komentar

Tulis Komentar