Kisah Returni: Persahabatan Yang Membawa Ke Suriah (2)

Analisa

by Arif Budi Setyawan Editor by Arif Budi Setyawan

Berangkat ke Suriah

Bagi Rifat, membantu kaum muslimin di Suriah adalah bagian dari tuntutan ukhuwah Islamiyah yang tidak mengenal batas teritorial atau kesukuan. Dan ia bangga jika bisa membantu umat Islam di luar negeri, karena setidaknya berhasil membuktikan bahwa ukhuwah itu tidak hanya untuk orang-orang yang ada di sekitarnya.

Pada Akhir Maret 2014, Rifat bersama sekitar 20 orang dari Indonesia yang berasal dari berbagai wilayah berangkat ke Suriah via Kuala Lumpur. Kisah dalam perjalanan masuk ke Suriah yang paling berkesan adalah ketika harus melewati 4-5 cek point untuk melewati perbatasan Turki-Suriah dan ia berhasil lolos tanpa ‘menyuap’ petugas.

Sesampainya di wilayah Suriah ia langsung dipertemukan dengan Ziyad dan kemudian tinggal di kamp penampungan. Ia sempat mengikuti training di kamp militer selama 2 minggu, tetapi ia tidak memenuhi syarat sebagai petempur karena faktor fisik. Untuk diketahui, Rifat ini termasuk memliki badan yang agak overweight dan memiliki riwayat sakit darah tinggi.

Akhirnya ia hanya kebagian tugas berjaga dan menyediakan makanan di kamp penampungan para muhajir di situ. Kalau seandainya lolos seleksi mungkin ia akan diberi kesempatan untuk ikut bertempur.

Pelatihan militer itulah yang membuatnya dijerat dengan UU Terorisme dan dijebloskan ke dalam penjara dengan vonis 4 tahun.

Pada saat itu ia sama sekali tidak tahu bahwa di Suriah ada ISIS atau Jabhah Nusrah maupun kelompok-kelompok yang lain, apalagi adanya perselisihan di antara kelompok-kelompok itu. Yang ia ketahui adalah adanya mujahidin dari berbagai negara yang ikut berjihad di Suriah. Tidak lebih dari itu.

Bahkan ia mengaku tidak tahu di kelompok mana ia bergabung saat itu dan ia tidak mempermasalahkan hal itu. Yang penting ia ikut arahan Ziyad. Lagi-lagi seperti itu. Di mana Ziyad berlabuh maka ia akan mengiktuinya.

Ia baru tahu bahwa ketika di Suriah itu ia bergabung dengan kelompok ISIS adalah setelah melihat video propaganda ISIS di mana ada beberapa orang di dalam video itu yang pernah ia jumpai ketika ia berada di kamp.

Saksi Di Balik Pembuatan Video Pembakaran Paspor

Salah satu video propaganda ISIS yang menghebohkan adalah video orang-orang –sebagian anak-anak-- yang membakar paspor mereka dan disertai narasi bahwa mereka tidak akan kembali ke nagara asalnya. Mereka lebih memilih untuk menjadi warga negara ISIS.

Ada fakta menarik di balik video itu. Ternyata paspor yang dibakar bukan paspor orang-orang yang ada di video. Tapi paspor dari orang-orang yang sudah meninggal.

“Paspor yang dibakar itu adalah paspor dari orang-orang yang sudah mati. Bukan paspor orang-orang yang ada di video. Saya tahu itu karena orang-orang di video itu banyak yang berasal dari kamp yang sama dengan saya. Dan mereka menceritakan yang sebenarnya terjadi bahwa video itu hanya propaganda. Tidak ada paspor dari orang yang ada di video itu yang dibakar”, jelasnya kepada saya sewaktu awal-awal dia masuk tahanan di Rutan Mako Brimob.

(Bersambung)

(Ilustrasi: Pixabay)

Komentar

Tulis Komentar