Membedah Pola Gerakan MIT : Fase Ketiga, Baiat Ke ISIS dan Dinamika Setelahnya

Analisa

by Arif Budi Setyawan

Ketika menyadari bahwa mereka mulai dikenal di kancah jihad global, pada saat yang sama ISIS muncul mendeklarasikan eksistensinya (sebelum deklarasi khilafah mereka) dan memperoleh simpati dari berbagai penjuru dunia termasuk Indonesia. Melihat banyaknya orang-orang Indonesia yang mendukung ISIS, muncullah rancangan strategi baru untuk meningkatkan kekuatan MIT.


Saat-saat terakhir menjelang saya ditangkap, datang permintaan dari MIT untuk memproses sebuah rekaman video baiat kepada Al Baghdadi selaku pimpinan ISIS. Menurut keterangan yang menyertainya, MIT perlu segera menyatakan baiat kepada ISIS agar arah perjuangannya lebih jelas dibaca oleh umat, dan juga agar terlepas dari dosa tidak membaiat pemimpin kaum muslimin yang telah menegakkan syariat Islam di wilayah yang dikuasainya.


Di samping video pernyataan baiat, ada juga semacam surat dari MIT kepada Al Baghdadi yang menjelaskan bahwa MIT ingin berada di bawah bendera ISIS dan mengharap ada bantuan dari ISIS kepada MIT, baik berupa personel, persenjataan, ataupun dana. Kami di Forum Al Busyro membantu membuatkan subtitle berbahasa Arab dan Inggris untuk rilisan video baiat dan surat kepada Al Baghdadi itu.


Ketika saya tertangkap video baiat dan surat untuk pemimpin ISIS itu telah berhasil kami kirimkan ke Abu Jandal untuk disampaikan kepada petinggi ISIS. Dan beberapa waktu kemudian cuplikan video baiat MIT muncul dalam salah satu video resmi propaganda ISIS. Saya mengetahuinya dari tahanan yang baru saja tertangkap di akhir 2014.


Para pendukung ISIS itu hanya tahu soal baiat karena muncul dalam salah satu video propaganda ISIS. Mereka tidak tahu bahwa ada juga surat dari pimpinan MIT (Santoso) yang berisikan harapan besar yang diinginkan sebagai ‘imbal balik’ dari ISIS atas baiat itu. Dari surat itu secara tersirat Santoso sebenarnya juga menginginkan dukungan dari para pendukung ISIS di Indonesia. Berharap ada perintah dari Al Baghdadi agar para pendukung ISIS membantu MIT.


Namun kenyataannya para pendukung ISIS di Indonesia yang telah jelas mengetahui bahwa MIT telah menjadi bagian dari ‘tentara khilafah’, masih lebih memilih berusaha untuk hijrah ke Suriah daripada membantu MIT. Wajar sih, karena kalau membantu MIT bisa kena pasal terorisme. Sementara hijrah ke Suriah itu lebih aman menurut mereka.


Meskipun mayoritas para pendukung ISIS lebih memilih berusaha untuk hijrah daripada membantu MIT, namun dari pihak ISIS di Suriah justru sempat beberapa kali mengirimkan bantuan dana untuk MIT dan proyek amaliyah di Indonesia. Ini terungkap pasca terjadinya serangan teror di Jalan Thamrin Jakarta awal 2016 yang lalu. Beberapa tersangka yang terkait kasus itu mengungkapkan adanya aliran dana dari Suriah untuk MIT dan untuk aksi di Thamrin itu.


Dengan ditangkapnya orang-orang yang menjadi mata rantai penyaluran dana dari ISIS ke MIT pasca kasus bom Thamrin itu, MIT kembali memasuki masa-masa sulit setelah sempat bisa bernafas agak lega. Maka mulailah kita mendengar beberapa kali kelompok MIT menyandera warga untuk mendapatkan bahan makanan. Itu sudah cukup untuk menggambarkan betapa sulitnya kondisi mereka saat itu.


Ketika kekuasaan ISIS mulai runtuh di Irak dan Suriah, pemimpin mereka kemudian menyerukan agar yang terhalang dari berhijrah ke Suriah/Irak melakukan ‘aksi jihad’ di negerinya masing-masing. Dari adanya seruan itu sepertinya banyak yang kemudian mengalihkannya untuk membantu MIT atau kemudian ingin bergabung dengan MIT. Tetapi lagi-lagi pergerakan mereka juga terendus aparat keamanan. Kembali terjadi penangkapan di beberapa tempat terkait orang-orang yang terlibat dalam kelompok MIT.


Kondisi yang semakin terdesak membuat beberapa anggota MIT yang biasanya berada di hutan untuk turun ke kota mencari logistik sendiri. Salah satu indikasinya adalah dua orang anggota MIT yang ditembak mati di daerah Parigi Moutong pertengahan November yang lalu. Mereka sampai turun ke kota karena kondisi di hutan sudah semakin sulit.


Hari ini mereka tengah diburu secara intensif oleh Satgas Tinombala pasca pembunuhan satu keluarga di Desa Lembah Tongoa Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Dengan kondisi yang semakin melemah itu seharusnya semakin memudahkan aparat untuk mendapatkan mereka semua. Tapi entah bagaimana sebenarnya kondisi di lapangan. Mereka yang berada di lapangan lah yang lebih mengetahuinya.

Komentar

Tulis Komentar