Sekilas Dinamika Jamaah Islamiyah dari Bom Bali hingga “Islah” (3-habis)

Other

by Arif Budi Setyawan

Aktivitas ‘Jihad’ Jamaah Islamiyah Saat Ini


Meskipun hari ini JI fokus di bidang dakwah, tidak berarti JI meninggalkan bidang askari (kemiliteran). Bidang askari hanya boleh berkutat pada i’dad (pelatihan militer) serta pengumpulan logistik bidang kemiliteran seperti senjata api, amunisi serta bahan peledak.


Untuk melaksanakan program idad, JI lebih memfokuskan diri pada kegiatan jismiyah atau pelatihan fisik seperti berenang, berkuda dan memanah. Mereka sangat berhati-hati ketika melakukan pelatihan dengan senjata api. Pelatihan dengan senjata api hanya diberikan kepada ‘orang-orang pilihan’ di JI dan tidak sembarangan.


Selain itu, kegiatan yang dilakukan oleh bidang askari adalah pembuatan bengkel senjata di Klaten, Jawa Tengah. Ini karena makin sulit dan mahalnya mendapatkan senjata api ilegal. Bengkel yang didirikan sekitar 2011/2012 itu bertujuan untuk memproduksi sendiri senjata api. Hal ini dimungkinkan karena ada personil-personil askari JI yang pernah latihan di Mindanao dan bekerja di bengkel militer milik MILF.


Adanya konflik Suriah juga membawa peluang bagi JI untuk memperkuat bidang askari. Sejak 2013, JI mulai mengirimkan anggota tim askari ke Suriah untuk ikut pelatihan militer dan pengalaman bertempur disana. Pengiriman para anggota JI ke Suriah ini dalam rangka takwinul quwwah atau pembangunan kekuatan militer JI. Diharapkan kelak para alumninya ketika kembali ke Indonesia, mereka siap melakukan jihad mushollah atau jihad bersenjata ketika waktunya tiba.


Kasus Terorisme JI Terbaru


Meskipun sampai di akhir 2019 kasus terorisme yang terungkap masih didominasi oleh kelompok JAD dan MIT. Namun memasuki tahun 2020 penangkapan anggota JI perlahan mulai meningkat. Hingga akhirnya di sepanjang tahun 2021 penangkapan anggota JI mendominasi kasus terorisme di Indonesia.


Menurut keterangan Kombes Pol M.D. Shodiq dalam seminar virtual pada Oktober 2021 lalu, saat ini ada 6.000-7.000 anggota JI di seluruh Indonesia. Aparat penegak hukum sudah menangkap dan memproses hukum 876 pelaku teror dari kelompok tersebut. Saat itu Kombes Shodiq menjabat sebagai Direktur Identifikasi dan Sosialisasi (Idensos) Detasemen Khusus 88/Antiteror Polri.


Kadiv Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono ketika itu, Minggu (22/8/2021) menambahkan, dari keterangan tersangka yang telah ditangkap, di antara 6000-7000 anggota JI, ada sekitar 1.600 personel aktif di JI.


Densus 88 mengakui belum bisa mengintervensi regenerasi kelompok teroris JI, karena JI memiliki karakteristik khusus yang bisa terus berkembang sehingga regenerasi kelompok tersebut patut terus diwaspadai.


Lepas Baiat dari JI


Fakta bahwa kelompok JI bukannya meredup tetapi justru semakin berkembang dalam senyap membuat banyak pihak berpikir keras bagaimana cara menghentikan pergerakan mereka. Apalagi kemudian diketahui bahwa JI memiliki infrastruktur yang cukup kuat berupa lembaga pendidikan dan yayasan-yayasan dakwah atau sosial yang tersebar di seluruh Indonesia.


Penangkapan yang masif pada anggota JI di berbagai wilayah rupanya menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian anggota JI lainnya. Khawatir semua anggota aktif JI akan ditangkapi semua. Hal ini setidaknya terjadi pada anggota JI di wilayah Lampung, di mana Lampung termasuk daerah dengan jumlah penangkapan anggota JI terbesar.


Mereka yang khawatir ini kemudian berinisiatif ‘menyerahkan diri’ kepada negara dalam rangka ingin melakukan islah atau rekonsiliasi. Upaya mereka ini disambut baik oleh aparatur negara, dalam hal ini Densus 88 Satgaswil Lampung. Adanya pelepasan baiat dan ikrar setia NKRI pada Februari dan Mei 2022 yang lalu adalah awal dari rekonsiliasi.


Adanya 120 orang anggota JI yang melepas baiat dan ikrar setia NKRI pada Februari 2022 dan ditambah yang terakhir pada bulan Mei sebanyak 51 orang, tentu telah melewati serangkaian proses yang tidak mudah. Tidak mudah bagi yang ingin lepas baiat maupun bagi para pemangku kebijakan, khususnya bagi jajaran Satgaswil Lampung Densus 88/Antiteror Polri.


Proses ini bukannya tanpa tantangan di internal Densus. Sempat terjadi diskusi dan negosiasi yang alot di antara para pengambil kebijakan di Densus. Ada yang pro dan ada yang kontra. Yang mendukung beralasan bahwa upaya yang sedang dilakukan oleh Satgaswil Lampung ini merupakan bagian dari tindakan pencegahan yang efektif. Jika berhasil akan menjadi contoh yang bagus bagi upaya pencegahan ke depannya di wilayah lain di seluruh Indonesia.


Sedangkan yang kontra beralasan masih belum bisa mempercayai sepenuhnya para anggota JI yang ingin islah itu. Karena JI memiliki reputasi sebagai gerakan yang pintar dalam strategi dan pintar menyembunyikan agenda terselubung mereka.


Atas kegigihan dan keberanian dari Satgaswil Lampung yang siap pasang badan dalam melakukan pengawasan dan pembinaan selanjutnya, akhirnya Kadensus memutuskan menyetujui upaya yang dilakukan oleh Satgaswil Lampung tersebut.



baca juga: Sekilas Dinamika Jamaah Islamiyah dari Bom Bali hingga “Islah” (2)

Komentar

Tulis Komentar