Dua Film Karya KPP Dibedah di Acara Festival Kebinekaan

News

by Akhmad Kusairi

Festival Kebinekaan kembali digelar. Tahun ini yang ke-6. Acara ini digelar untuk merawat toleransi dan kebinekaan di Indonesia. Cita-cita yang harus terus diperjuangkan. Acara dilakukan melalui ofline maupun virtual.

Cukup beragam rangkaian kegiatannya. Mulai dari talkshow dan diskusi, pemutaran film dokumenter, hingga wisata bineka (wisata rumah ibadah lintas agama). Semua rangkaian kegiatan Festival Kebinekaan terbuka untuk umum dan gratis. Namun, untuk wisata kebinekaan ada donasi seikhasnya untuk tour guide,

Pada Sabtu, 25 Februari 2023 sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Festival Kebinekaan 6 kegiatan diadakan di Perpustakaan Baca di Tebet, Jakarta Selatan. Siang itu dua film produksi Kreasi Prsasti Perdamaian diputar. Dua film itu adalah “The Anti Violence Comic Writer” dan “Dari Kecewa Pada Bapak Menjadi Pendana ISIS”.

Film “The Anti Violence Comic Writer” berkisah soal Naila yang terpaksa ikut pergi ke Suriah dan bergabung dengan kelompok ISIS karena ikut keluarganya. Naila mengaku terpaksa ikut karena ketika itu dirinya belum mandiri secara ekonomi. Sementara dia waktu itu belum bisa bekerja sendiri.

Saat bergabung dengan ISIS, Naila melihat apa yang dijanjikan ISIS lewat sosial media semuanya tidak ada yang ditepati. Selain itu klaim ISIS yang menyatakan menerapkan syariat Islam secara kaffah hanyalah omong kosong belaka. Selain itu ISIS kerapkali melecehkan dirinya dan keluarganya yang perempuan. Bahkan adiknya yang belum cukup umur berulang kali ditanyakan apakah sudah haid atau belum.

Karena tidak sesuai itu lah Naila dan keluarga besarnya memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Pasca-pulang Naila yang hobinya menggambar dan membuat komik melanjutkan minatnya. Naila berbekal alat gambar yang diberikan oleh BNPT membuat berbagai macam komik yang secara rutin terbit di website ruangobrol.id.

“Kalau ide sih random ya. kadang berdasarkan pengalaman pribadi kadang pengalaman orang lain. Tapi biasanya bikin komik itu liat yang lagi tren aja,” kata Naila dalam film berdurasi kurang lebih 3 menit itu.

Sementara film “Dari Kecewa Bapak Menjadi Pendana ISIS” merupakan kisah mantan pengikut ISIS,  Munir Kartono yang kecewa terhadap bapaknya yang menyebabkan ibunya harus banting tulang. Dari kekecewaan itu Munir bertemu dengan Bahrun Naim dari kelompok teroris ISIS.

Film Film dokumenter ini dibedah langsung oleh sang sutradara Ani Ema Susanti.  Secara singkat Ani yang menjadi sutradara beberapa film menjelaskan latar belakang film yang mengulas tokoh Munir.

Linda, Moderator dalam diskusi itu menyampaikan bahwa kesan yang ia tangkap setelah menonton film itu adalah bahwa Munir pasca-pengalaman yang tidak enak dengan bapaknya tidak ingin pengalaman itu ia tularkan kepada anak-anaknya. “Bahwa Munir ingin dekat dengan anaknya dan tidak memberikan pengalaman bapak yang melakukan kekerasan itu hal yang dirasakan setelah nonton film ini,” kata Linda berapi-api.

Selain dua film tersebut dihari yang sama juga diputar film Atas Nama Percaya. Film tersebut merupakan hasil kolaborasi dari CRCS UGM bareng Watchdoc Documentary,  Pardee School of Global Studies, Boston University, dan Henry Luce Foundation.

Film dokumenter ini angkat cerita kaum penganut kepercayaan dan agama leluhur untuk mendapatkan hal mencantumkan kepercayaannya di KTP. Dalam dokumenter 36 menit ini penonton ajak diajak mengenal berbagai penganut kepercayaan di berbagai daerah di Indonesia.

Diskusi siang itu cukup meriah, ruangan terasa begitu padat bahkan ada beberapa peserta yang terpaksa harus berdiri karena tidak mendapatkan tempat duduk. Karena memang peserta dibatasi sebanyak 35 orang. Namun peserta yang datang melebihi kuota bahkan ada peserta yang membawa keluarga dan anak-anak.

Komentar

Tulis Komentar