Storytelling: Salah Satu Cara Ampuh Memengaruhi Masyarakat dalam Pencegahan Terorisme

Analisa

by Arif Budi Setyawan

Storytelling alias kegiatan untuk menyampaikan sebuah cerita (bercerita) bisa jadi senjata ampuh untuk menuangkan ide ataupun wacana untuk disampaikan ke orang lain. Sering kita jumpai dalam kehidupan betapa ampuhnya cerita dalam mempengaruhi orang di segala bidang, mulai dari menjual produk, mengajar, hingga menyebarluaskan agama dan ideologi.

Pada konteks kampanye pencegahan terorisme di masyarakat, terutama bila targetnya adalah pelibatan masyarakat dalam pencegahan terorisme, aktivitas bercerita menjadi salah satu metode yang efektif.

Riset menunjukkan, cerita dapat menyentuh pusat-pusat sensori di dalam otak pendengar sehingga membuat mereka seolah-olah masuk dalam cerita tersebut dan mengalaminya sendiri. Oleh karena itu, cerita yang bagus dapat mengaduk emosi, menarik perhatian, dan diingat terus. Konsep yang kompleks pun dapat dipahami dengan mudah bila dikemas dalam bentuk cerita.

Masifnya imbauan dan ajakan memerangi atau mewaspadai ancaman radikalisme-terorisme yang disertai pemaparan data mengenai indeks ancaman terorisme dan indeks-indeks lainnya, terkesan hanya menjadi sebuah berita. Masih jauh dari kata dapat meningkatkan aware (kepedulian) masyarakat atas bahaya ancaman radikalisme-terorisme. Kemampuan manusia dalam menyerap informasi berupa angka dan data memang tidak terlalu

bagus. Berdasarkan studi Profesor Jennifer Aaker dari Universitas Stanford, hanya 5 persen dari mahasiswa yang ia teliti dapat mengingat angka-angka statistik. Sementara, 63 persen mahasiswa justru dapat mengingat cerita.

Beragam penelitian mengenai memori manusia juga membuktikan bahwa fakta-fakta kritis, data, dan analisis akan lebih menggugah emosi bila dikaitkan dengan cerita tertentu. Bahkan, penyajian materi dengan cara demikian dapat lebih menggerakkan orang untuk mengambil tindakan.

Data memang dapat memengaruhi orang, tetapi tidak bisa menginspirasi sampai membuat orang bertindak. Sementara itu, cerita dapat menembus area yang tidak sanggup digapai analisis kuantitatif, yaitu hati kita.

Pada upaya pencegahan terorisme yang memerlukan energi dan jangka waktu yang panjang, semua tindakan haruslah berdasarkan panggilan hati. Sedangkan hati lebih mudah tergerakkan oleh sebuah cerita atau narasi. Maka metode bercerita dapat dijadikan alternatif yang lebih efektif.

Credible Voices sebagai Pencerita yang Efektif

Menurut para aktivis pencegahan radikalisme-terorisme, cerita pengalaman para mantan teroris yang mau berbagi kisahnya --kami di Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP) menyebutnya sebagai credible voices-- lebih dapat mempengaruhi masyarakat dibanding masifnya himbauan dan ajakan memerangi atau mewaspadai ancaman radikalisme-terorisme yang digaungkan oleh pemerintah.

Cerita mengenai bagaimana proses mereka masuk jaringan kelompok teroris, apa yang mereka lakukan selama menjadi bagian dari kelompok teroris dan bagaimana akhirnya mereka keluar dari kelompok teroris, serta apa kendala mereka setelah keluar dari kelompoknya, akan lebih menggugah kepedulian masyarakat. Karena cerita-cerita itu bisa menjelaskan banyak hal sekaligus masyarakat mendapatkan bukti tak terbantahkan akan bahaya radikalisme-terorisme.

Lalu bagaimana cara memperoleh dan mengolah kisah-kisah dari para credible voices itu agar bisa disampaikan kepada masyarakat?

Idealnya atau yang terbaik adalah si credible voice itu sendiri yang menceritakan ke publik, baik melalui tulisan sendiri, podcast wawancara, atau tampil berbicara di depan publik pada acara-acara tertentu.

Sebab, efek bagi audiens akan lebih kuat bila disampaikan langsung oleh yang bersangkutan. Tetapi ada cara lain yang bisa dilakukan oleh para aktivis pencegahan radikalisme-terorisme, yaitu menuliskan kisah-kisah dari para credible voices di website-website komunitas maupun di media sosial.

Untuk memperoleh kisah-kisah dari para credible voices mungkin memang relatif mudah. Namun seringkali tidak semua yang mau bercerita itu mengizinkan kisahnya dipublikasikan. Perlu usaha ekstra untuk memenangkan kepercayaan atau melakukan negosiasi yang menghasilkan win-win solution. Di sinilah kreativitas dan kegigihan seorang aktivis diuji.

 

 

Komentar

Tulis Komentar