Mantan Instruktur Jabhah Nusrah itu Telah Bebas (3-habis)

News

by Arif Budi Setyawan

Kami menempuh perjalanan dari Lapas Tuban, Jawa Timur, ke rumah Ulul Albab di wilayah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.


Sekira pukul 15.30 WIB kami sampai rumah keluarga Muslih dengan selamat. Kami disambut oleh keluarga dan 3 orang anggota TNI dari Kodim Kudus yang sudah menunggu di beranda rumah. Tidak ada orang lain lagi selain itu.

Ulul langsung masuk ke dalam rumah untuk menemui ibunya. Sementara ayahnya mempersilahkan kami masuk. Di meja ruang tamu telah tersedia sepiring pisang goreng dan beberapa bungkus susu kedelai aneka rasa.

“Silahkan dicicipi. Ini susu kedelai produksi sendiri. Selama Ulul di penjara, usaha kecil ini lumayan membantu ekonomi keluarga," ucap Muslih ramah. Ia sendiri setelah pensiun dari PT. Djarum, sejak tahun 2021 berjualan cilok dan es keliling.

Saya kemudian memperkenalkan diri kepada ketiga anggota TNI dari Kodim yang hadir saat itu. Setelah itu ketiganya dengan sopan gantian memperkenalkan diri dan asal kesatuannya.

“Saya kira jenengan tadi intel dari Polres Tuban yang mengawal. Ternyata mantan teroris," celetuk salah satunya sambil tertawa.

Tak lama kemudian Ulul keluar sambil membawa nampan berisi teh hangat dan langsung bergabung dalam obrolan kami. Ia kemudian dengan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para tamu dari TNI itu.

Pertanyaan yang diajukan itu kebanyakan seputar riwayat hidup dan pengalaman pembinaan di dalam lapas.

Di sela pertanyaan-pertanyaan kepada Ulul, tamu-tamu itu juga berbagi pengalaman mereka dalam melakukan pengamanan teritorial terkait ancaman terorisme.

Pada intinya mereka ingin menjelaskan perbedaan pola kerja dan perbedaan kewenangan antara TNI dengan lembaga keamanan negara lainnya.




Pada sebuah kesempatan Ulul balik bertanya kepada tamunya, “Apakah Bapak-Bapak ada yang pernah bertugas di wilayah konflik seperti saya di Suriah?,” tanya Ulul.

Salah satu dari tamu itu kemudian menceritakan pengalamannya bertugas di wilayah konflik SARA di Kalimantan. Ada pernyataan menarik dari cerita beliau.

”Kalau sudah terjadi konflik, memang susah mencari tahu siapa yang salah dan siapa yang benar. Sama-sama punya alasan dan bukti. Maka yang kami lakukan saat itu mencegah agar konflik tidak berlarut-larut. Salah satu caranya adalah mengajak mereka berdialog, lalu berpikir soal dampak dari konflik itu dan bagaimana masa depan mereka," tuturnya.

“Jadi, kami kira dalam persoalan terorisme ini juga seperti itulah. Kami akan mengedepankan dialog dan mengajak berpikir bersama. Kami yakin penegakan hukum saja tidak akan cukup," tambahnya lagi.

Saya membenarkan pendapat itu, dan kemudian berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana sebaiknya langkah yang harus dilakukan oleh aparat negara setempat terhadap eks napiter yang baru bebas. Juga tentang bagaimana sebaiknya yang dilakukan oleh eks napiter di awal masa kebebasan.

Di samping itu saya juga menyampaikan soal potensi Ulul dalam penyelesaian persoalan terorisme, menjelaskan posisi saya sebagai aktivis dan peneliti yang siap membantu siapa pun yang ingin berperan aktif di dalam pencegahan terorisme.

Kepada semua yang hadir, Ulul Albab menyatakan ingin segera bekerja, lalu menikah. Tapi untuk sementara ini dirinya belum tahu akan kerja apa. Apabila ada yang punya lowongan pekerjaan di daerah Kudus dan sekitarnya dia meminta agar dikabari.

Soal hubungan dengan kelompok lama ia mengaku posisinya adalah sebagai anggota yang baru direkrut untuk tugas khusus (bertugas ke Suriah). Sehingga untuk jaringan yang ia tahu hanyalah rekan-rekan sesama alumni sasana dan para pengurus sasana, serta yang mengurus keberangkatan ke Suriah, di mana sebagian besarnya sudah tertangkap semua.

Sejak kembali dari Suriah dia menganggap tugasnya sudah selesai dan telah memulai hidup baru dengan merintis usaha budidaya ikan cupang.

Namun, ternyata kemudian ditangkap oleh polisi pada 19 Mei 2019 karena pernah bergabung dengan kelompok perlawanan di Suriah.

Kini ia akan melanjutkan kembali upayanya memulai hidup baru yang sempat terhenti karena dirinya harus menjalani pidana atas dakwaan terlibat kasus terorisme.

Biarlah pengalamannya bertugas di wilayah konflik dan sempat menjadi instruktur beladiri bagi kelompok Jabhah Nusrah menjadi pelajaran dan kenangan.

Karena pada akhirnya berbakti kepada orangtua dan berbuat baik kepada keluarga adalah segalanya baginya saat ini.

Baca juga: Mantan Instruktur Jabhah Nusrah itu Telah Bebas (2)

Mantan Instruktur Jabhah Nusrah itu Telah Bebas (1)

Komentar

Tulis Komentar