Menelisik Keunikan Kota Tawau

Analisa

by Arif Budi Setyawan

Tanggal 15-17 Oktober yang lalu saya mendapat undangan menjadi salah satu narasumber dalam workshop yang diadakan oleh ASASI Sabah Malaysia di Kota Tawau. Ini merupakan pengalaman kedua menghadiri event di tingkat regional.

Sehari sebelumnya saya sempat transit di Kuala Lumpur selama 23 jam. Sengaja agar bisa jalan-jalan dulu di Kuala Lumpur City Centre (KLCC) dan mampir rumah salah satu kerabat.

Tulisan ini tulisan ringan soal kota Tawau dan masyarakatnya. Bukan tentang apa yang diperoleh dari workshop. Itu nanti di tulisan lain. Karena tulisan ini saya buat dalam perjalanan pesawat dari Kuala Lumpur ke Surabaya.

Tawau merupakan sebuah kota yang termasuk kecil bila dibandingkan dengan Bandung atau Surabaya tapi ramai. Terletak di sepanjang pantai yang berseberangan dengan Pulau Sebatik. Pulau Sebatik sendiri adalah pulau yang dimiliki oleh dua negara alias pulau yang menjadi perbatasan  Indonesia dan Malaysia.

Suasana kota Tawau mengingatkan saya pada kota Pelaihari di Kalimantan Selatan. Kota yang hidup dari hasil laut, perkebunan, dan perdagangan. Suasananya memiliki beberapa kesamaan. Misalnya, kebiasaan warganya yang suka nongkrong di sore hari di pinggir pantai, keramahan warganya, orang-orang yang suka jajan dan tata letak kotanya, sangat mirip. Bedanya, Tawau memiliki pelabuhan internasional meskipun kecil.

Kota Tawau pantas disebut sebagai kota transit dan perdagangan karena keberadaan Pelabuhan Tawau. Pelabuhan yang melayani penyeberangan kapal feri Tarakan-Nunukan-Tawau ini bahkan sering menjadi perlintasan beberapa tersangka teroris dalam perjalanan misi mereka dari dan ke Filipina Selatan.

Keunikan Kota Tawau

Bangunan rumah tradisional dari kayu dengan perempuan paruh baya berpakaian tradisional sembari menjajakan makanan khas menjadi pemandangan khas Tawau. Jika ingin tahu siapa orang kaya di kota ini, bisa dilihat dari rumah dengan warna-warni  nyentrik.

Meski masih tradisional, namun begitu menuju lebih ke tengah kota, Anda akan menemukan Tawau yang sudah sangat maju dengan kehadiran supermarket. Bahkan Tawau bisa dikatakan termasuk salah satu kota yang termaju berkat kehadiran mall, lapangan golf, dan bandara sendiri.

Di sini juga sudah ada beberapa hotel bintang 4. Ada pula Jalan Dunlop yang terkenal dengan ruko kayu jaman pasca Perang Dunia II.

Menariknya lagi, ruko ini kebanyakan yang digunakan oleh dua pihak yang berbeda. Penyewa bagian atas dan bawah beda orang.

Bagian atas disewakan sebagai tempat tinggal bagi kebanyakan para pekerja rantau, sedangkan bagian bawah disewakan untuk usaha. Karena perbedaan tipe penyewa inilah yang menjadikan ruko-ruko ini unik. Yaitu perpaduan antara kumuhnya hunian kelas menengah bawah di bagian atas dengan ramainya aktivitas perdagangan di bagian bawahnya.

Keunikan berikutnya adalah toko-toko yang ada saling menampakkan identitas etnis pemiliknya namun cukup harmonis dalam hubungan keseharian. Misalnya toko yang dimiliki oleh etnis Tionghoa akan menuliskan nama tokonya dengan huruf Tiongkok. Demikian pula dengan toko-toko milik etnis Arab atau Melayu.

Paling Berkesan dari Tawau

Selama 2 hari menjelajahi kawasan sekitar tempat saya menginap, ada satu yang paling menyenangkan. Yaitu, setiap orang yang saya temui menjadi lebih antusias setelah mengetahui saya dari Indonesia dan pertama kali datang ke Tawau.

Kebiasaan saya selalu memperkenalkan diri terlebih dahulu bila bertemu dengan orang di wilayah yang baru ternyata membawa berkah. Setidaknya adalah ketika membeli oleh-oleh buat keluarga di sebuah toko suvenir. Saya membayar satu harga namun dikasih barang 3 kali lipat dari harga yang saya bayar. Padahal harga yang dibayar sudah merupakan hasil tawar-menawar.

"Ini Makcik Haji bagi hadiah buat kamu. Lama tak ada orang Indonesia yang belanja di kedai Makcik ini," begitu ujar pemilik toko paruh baya yang sangat ramah.

Saya pun berterimakasih dan berjanji akan menceritakan kebaikan beliau sesampainya di Indonesia.

Maka inilah tulisan yang saya dedikasikan untuk para penduduk Tawau yang ramah, terkhusus untuk Makcik Haji yang baik hati itu.

 

Komentar

Tulis Komentar