Credible Voices Goes To International: Persiapan

Analisa

by Arif Budi Setyawan

Alhamdulillah, akhirnya setelah kesibukan mereda sejak 13 September hingga 25 September 2022, saya mulai berkesempatan menulis lagi. Ada banyak hal yang harus dituliskan. Mulai dari seputar workshop di Manila, sampai kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan oleh Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP) di Bandar Lampung pada 20 September 2022 lalu.

Pada 14-16 September 2022, alhamdulillah saya berkesempatan mewakili Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP) menghadiri workshop bertajuk “SEAN-CSO In The Post Covid-19 Environment Workshop” di Manila Filipina. Workshop dihadiri oleh 37 orang dari 5 negara. Peserta yang hadir merupakan para aktivis Civil Society Organisation (CSO) yang tergabung dalam grup SEAN-CSO (South East Asia Nations-Civil Society Organization).

Peserta dari Indonesia berasal dari beberapa CSO, yaitu antara lain: Peace Generation, Empatiku,  Division for Applied Social Psychology Research (DASPR), Yayasan Prasasti Perdamaian (YPP) dan Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP). KPP sendiri merupakan anggota termuda di SEAN-CSO yang baru bergabung pada 2022 ini.

Beberapa tahun lalu tidak pernah terlintas di pikiran bahwa saya akan mengikuti workshop di luar negeri. Apalagi di workshop itu mengharuskan pesertanya berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris. Bahasa Inggris masih menjadi masalah utama saya saat ini. Sehingga ketika di grup WhatsApp KPP membahas siapa yang akan mewakili KPP menghadiri undangan workshop di Manila, saya tidak tertarik untuk mengajukan diri.

Hingga mendekati batas akhir registrasi, tiba-tiba saya ditelepon oleh Mbak Rizka. Mbak Rizka adalah perwakilan resmi KPP di SEAN-CSO, jadi semua urusan KPP dengan SEAN-CSO merupakan tanggungjawabnya.

“Cak, menurutku yang paling tepat mewakili KPP itu Cak Arif. Karena Cak Arif merupakan salah satu credible voices yang menjadi fokus kegiatan KPP selama ini. Akan sangat powerful bila yang menjelaskan kerja-kerja KPP di forum itu adalah seorang credible voices. Soal Bahasa Inggris itu bisa dipersiapkan dengan dibantu teman-teman yang lain,” begitu kurang lebih isi pembicaraannya.

Setelah berpikir 30 menit, entah kenapa saya bisa begitu percaya diri menyatakan siap mengikuti workshop tersebut. Setidaknya saat itu saya berpikir, dari Indonesia bukan saya saja. Jadi, bila dikomunikasikan dengan baik, saya yakin akan ada yang membantu mengatasi kesulitan Bahasa Inggris saya.

Setelah itu, di sela-sela kesibukan kerja menjadi fixer liputan Channel News Asia, saya mulai mempersiapkan diri. Mengisi form pendaftaran, menghubungi orang-orang yang juga akan menghadiri workshop tersebut, dan meminta kesediaan teman-teman menterjemahkan presentasi dan teks pidato saya.

Sambutan positif dari sesama peserta workshop asal Indonesia dan antusiasme teman-teman dalam membantu mempersiapkan presentasi, membuat saya semakin yakin dan percaya diri. Artinya, ketika saya tampil nanti, berarti akan ada banyak orang yang ikut bangga dengan apa yang saya lakukan. Akan ada banyak orang yang mendapat ‘bagian pahala’ dari pencapaian saya. Dan itulah yang membuat saya menjadi semakin bersemangat.


BACA JUGA: 

Lika-Liku Menjadi Credible Voices: Refleksi Empat Tahun Kebebasan (1)

Lika-Liku Menjadi Credible Voices: Refleksi Empat Tahun Kebebasan (2-habis)

Terutama sekali yang paling bangga adalah kedua orangtua saya. Karena saya bisa membuktikan bahwa hari ini saya memiliki orang-orang di sekitar yang siap membantu dengan senang hati. Yang mana semua itu saya peroleh dengan didasari semangat berbakti kepada kedua orangtua.

Seminggu menjelang keberangkatan ke Manila, saya mulai berlatih intensif menyampaikan presentasi dan pidato. Di sela-sela itu, ada beberapa komunikasi dengan panitia acara terkait persyaratan perjalanan, teknis perjalanan, itenary kegiatan, dan beberapa hal lainnya.

Dari rundown kegiatan yang saya terima, ada dua nama fasilitator kegiatan yang cukup saya kenal dari jurnal internasionalnya, yaitu Profesor Greg Barton dan Matteo Vergani. Wah, jadi semakin semangat. Ini kesempatan langka bisa bertemu dua tokoh besar di isu P/CVE. Lupakan Bahasa Inggris yang pas-pasan, yang penting percaya diri dulu.

Bismillah, saatnya memperluas jaringan pertemanan ke luar negeri. (*)

Komentar

Tulis Komentar