Taliban: Membenci, Mengkritik dan yang Merindukan (2-habis)

Analisa

by Arif Budi Setyawan

Pihak yang Mengkritik Taliban

Sedangkan pihak yang mengkritik atau mengkritisi apa yang diperoleh dan apa yang sedang diupayakan oleh Taliban saat ini adalah para ‘pejuang Islam’ yang sama-sama ingin menjalankan Islam di level negara namun berbeda jalan dengan Taliban.

Mereka ini adalah orang-orang yang ingin menegakkan Islam pada level negara melalui jalur politik, yang salah satunya melalui perjuangan parlementer. Bagi orang-orang ini, kemenangan Taliban di Afghanistan adalah batu sandungan besar dalam narasi yang sedang mereka bangun.

Betapa tidak. Selama ini orang-orang ini selalu menyebarkan narasi bahwa untuk ‘menguasai negara’ harus melalui gerakan politik. Lalu tiba-tiba ada pihak yang bisa ‘menguasai negara’ dengan jalan berperang selama 20 tahun. Gawat kalau tidak segera membuat narasi tandingan. Bisa-bisa kalah pamor di mata umat.

Orang-orang ini kemudian mencoba mengkritisi dengan menyampaikan tantangan menghadapi peta geopolitik saat ini. Hal ini tidak akan mudah bagi kelompok yang belum punya pengalaman di bidang politik.

Narasi lain yang muncul bisa saja disampaikan bahwa Amerika menarik mundur pasukannya bukan karena kalah perang melawan Taliban, tetapi karena tekanan politik di dalam negeri Amerika. Seakan-akan perjuangan Taliban selama ini tidaklah hebat-hebat amat. Masih kalah dengan pengaruh politik.

Pokoknya menurut kelompok ini, secara politik Taliban masih kalah dengan mereka. Perjuangan melalui politik tetap lebih baik dari perjuangan melalui peperangan.

Pihak yang Merindukan Taliban

Di sisi lain, ada juga yang justru merindukan kehadiran Taliban pada saat seperti ini. Mereka ini adalah para aktivis pergerakan Islam yang mulai lelah dengan perjuangan melalui politik atau melalui jalan perjuangan lain yang tak kunjung menampakkan hasilnya.

Mereka ini adalah orang-orang yang selama ini sangat memperhatikan perkembangan dunia Islam dengan baik. Tidak mudah menilai hanya berdasarkan narasi pemberitaan media mainstream, namun selalu berusaha mencari narasi lain yang dapat dipercaya.

Orang-orang ini melihat apa yang dicapai oleh Taliban saat ini bisa dijadikan sebagai sebuah role model alternatif. Meskipun butuh waktu yang lama untuk melihat dampak perubahan yang bisa dilakukan oleh Taliban, tetapi setidaknya Taliban telah berhasil membuktikan bahwa jalan perjuangannya selama ini telah berhasil ‘menguasai negara’. Sebuah pencapaian yang belum pernah dicapai oleh gerakan Islam yang lain.

Keberhasilan Taliban ‘menguasai negara’ itu setidaknya menimbulkan sebuah harapan baru. Yaitu potret penerapan ajaran Islam dalam lingkup bernegara yang bisa menjadi solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Afghanistan.

Lebih jauh lagi, kelompok yang merindukan Taliban ini berharap suatu saat nanti cara Taliban berpolitik baik politik dalam negeri dan luar negeri bisa mewarnai peta geopolitik di kawasan tersebut. Sehingga menimbulkan pengaruh yang cukup signifikan dalam percaturan politik secara global.

Bahkan pada perkembangan paling mutakhir, kelompok yang merindukan Taliban ini mulai melakukan pembelaan terhadap narasi-narasi negatif tentang Taliban. Misalnya; meminta agar semua memaklumi aksi Taliban memburu para jurnalis yang ‘tidak adil’ dalam pemberitaan tentang Taliban.

Ketiga kelompok yang berbeda pandangan dalam menyikapi kemenangan Taliban di Afghanistan ini merupakan sebuah fenomena yang wajar dan alamiah. Mungkin ada yang khawatir dengan sikap kelompok terakhir yang merindukan Taliban. Tapi menurut saya tak ada yang perlu dirisaukan untuk saat ini. Biarkan semuanya berkembang secara alamiah.

Pada akhirnya toh semuanya akan merevisi pandangan mereka saat ini seiring dengan dampak perubahan yang terjadi pascakemenangan Taliban itu. Karena semua anggapan dan opini akan kalah oleh bukti nyata.

Maka mari kita nantikan saja apa yang akan dilakukan oleh Taliban dalam mengelola Afghanistan. Tentu semua berharap hasilnya bisa membawa kebaikan bagi semua pihak meskipun mungkin tidak bisa memuaskan banyak pihak.

Ilustrasi: pixabay.com

Komentar

Tulis Komentar